Anda di halaman 1dari 2

YAQAWIYU JATINOM

Tiap-tiap bulan romadhon atau puasa Masjid Jatinom tiap-tiap sore untuk darusan anak cucu.
Adapun Kyai Ageng Gribig sendiri tak dapat menunggu, sebab dia bila pada saat-saat seperti itu
kebetulan sedang sholat tarawih ke Mekah. Dan kembalinya sudah jam 1.00 malam lalu menjadi
imam sholat tarawih. Demikian itu telah menjadi tradisi atau kebiasaan setiap sejak jaman dahulu di
Jatinom. Darusan sorenya, tarawih malamnya adapun perubahan seperti sekarang ini baru-baru saja.
Kyai Ageng Gribig tidak kanya satu kali saja naik haji tapi beberapa kali.
Berziarah ke Mekah adapun yang menceritakan ziarah ke tanah Arab sering dengan Sinuhun
Sultan Agung. Pada suatu hari pada hari jumat tanggal 15 bulan sapar tahun alip 1511,
diperlambangi (sinengkalan) “Ratu Suci Tataning Jagat” artinya tahun 1511. Pada waktu ziarah ke
Mekah mendapat apem yang masih hangat kemudian dibawa pulang untuk anak cucunya, ternyata
sampai di Jatinom pun masih hangat pula. Dengan bersabda “APEM YAQAWIYU” artinya kata
Yaqawiyu itu ialah “Tuhan Mohon Kekuatan”.Berhubung apem buah tangan itu tidak mencukupi
untuk anak cucunya, maka Nyai Ageng disuruhnya membuatkan lagi agar merata.
Kecuali tersebut di atas Kyai Ageng Gribig juga memerintahkan kepada orang-orang Jatinom.
Bila kebetulan bulan sapar agar merelakan harta bendanya sekedar untuk sesama orang yang datang
: (jw mertamu). Oleh karena itu orang-orang sama tahu bahwa bahwa Nyai Ageng Gribig sedekah
apem maka kini penduduk Jatinom lalu ikut-ikutan sama membuat apem untuk selamatan. Hanya
caranya sekarang orang-orang Jatinom membawa apem, lalu diserahkan pada panitia penyebaran
apem untuk jumat itu disebarkan.
Sejak dulu hingga saekarang tiap-tiap hari jumat bulan sapar sekitar tanggal 15, penduduk
kota Jatinom berselamatan apem, sesudah pendiri Yaqawiyu, lalu disebarkan. Menurut kepercayaan
orang banyak apem tersebut dapat untuk tumbal atau syarat untuk bermacam-macam, akan tetapi
untuk syarat-syarat di rumah dapat perbuatan-perbuatan dari perbuatan tidak sejati dan selanjutnya.
Ada pula seseorang yang mempunyai kepercayaan bahwa mendapatkan banyak apem pada
perbuatan saat itu bahwa suatu tanda ia akan mendapat banyak rizki. Maka biasanya barang siapa
yang mendapatkan banyak ada yang menanggap wayang kulit, dan mengadakan perbuatan-
perbuatan pertunjukan dan keramaian di desa yang menyababkan kota itu jadi ramai.
Karena banyaknya pertunjukkan dan keramaian itu dipandang menyulitkan penjagaan dari
segi keamanannya. Maka oleh Pamomg Praja bermacam-macam pertunjukkan itu dikumpulkan
menjadi satu tempat di pasar lama di tengah-tengah kota Jatinom dan berlangsung hingga sekarang
ini.
Beberapa kesaktian Kyai Ageng Gribig yang dimakamkan di situ , hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya pengunjung keramaian Yaqawiyu betul-betul sangat mengagumkan banyaknya.
Mulai hari kamis siang jalan-jalan dari segala penjuru orang-orang berbondong -bondong menuju
kota Jatinom penuh sesak adanya beribu-ribu orang yang ada di situ minta berkah kepada Kyai
Ageng Gribig yang dimakamkan di Jatinom itu. Tapi hendaknya kita selalu sadar bahwa : mintalah
sesuatu itu hanya kepada Allah.
Dimana-mana tempat di masjid-masjid, di jalan-jalan dan langgar –langgar banyak orang tak
dapat terhitung. Pun pula di oro-oro Tarwiyah, di sepanjang sungai Soka tepi desa. Di gisik-gisik
sungai pun tak kekurangan orang. Tempat-tempat yang biasanya sepi sunyi, tetapi pada keramaian
Yaqawiyu tempat-tempat itu bukan tempat untuk tirakatan para pengunjung. Banyaknya keramaian
dan banyaknya orang menyebabkan indahnya pemandangan di situ, apalagi para pemuda-
pemudanya.
Pada waktu malam sepanjang sungai menjadi tanaman kodrat, penuh pemandangan lampu
berkelap-kelip lampu-lampu milik penjual makanan, menghiasi sepanjang sungai Soka.
Dalam keramaian Yaqawiyu bila kebetulan tahun dal, banyak pengunjung dari daerah pesisir
Semarang, Demak, Salatiga, Magelang, Muntilan dan sebagainya.
Tak sedikit yang berziarah ke Jatinom, ke makam Kyai Ageng. Adapun makamnya terletak di
belakang masjid besar, yang di Langse dan dihias indah sekali.
Setelah selesai shalat jumat diadakan perebutan apem di muka masjid besar. Makin lama
keramaian Yaqawiyu makin besar, maka dibentuklah badan dalam (komite) yang memikirkan dan
mengatur agar keramaian terselenggara baik untuk waktu-waktu selanjutnya. Ujudnya keramaian
diatur seperti pasar malam. Diadakan pertunjukkan bermacam-macam yang berlangsung beberapa
hari lamanya, dalam keramaian itu banyak pengunjung sampai mengherankan, yang berasal dari
berbagai penjuru, maka menjadi ramailah kota Jatinom setiap sapar itu.

KETERANGAN DARI SUMBER LAIN

1. Untuk menyempurnakan keyakinan sebagai orang Islam dalam memenuhi rukun Islam maka
Kyai Ageng Gribig naik haji ke negeri Mekah, sekembalinya dari dari Mekah membawa
oleh-oleh roti gimbal dan segenggam tanah dari arofah, tiba di Jatinom tepat pada bulan
sapar, anak cucu beserta tetangganya sama berkumpul perlu minta do’a restu, berkah dan
buah tangan. Kebetulan malam jumat dan terang bulan Kyai Ageng memberikan
wejangannya anak cucu diberi roti gimbal yang telah dijadikan apem, tetapi karena yang
banyak hadir, maka siang sehabis shalat jumat apem itu disebarkan atau dirayakan , kalau
dibagi tidak mencukupi meskipun Kyai Ageng telah wafat. Tradisi ini masih tetap
dilangsungkan oleh anak cucu di Jatinom , hingga sekarang terkanal denga keramaian
YAQAWIYU, bila dilaksanakan tiap-tiap hari Junat bulan sapar nendekati tanggal 15.
2. Sedangkan tanah dari oro-oro Tarwiyah untuk kenang-kenangan keadaan Mekah, lalu
ditanam di “Pengiriman” nya di oro-oro Jatinom yang dinamakan oro-oro Tarwiyah,sering
juga digunakan untuk shalat idul adha.

Anda mungkin juga menyukai