Kenakalan Remaja
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara bahasa kata kenakalan berasal dari kata
"nakal" yang berarti suka berbuat kurang baik, mengganggu, tidak menurut, serta bisa juga
diartikan buruk kelakuan. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an, "kenakalan" yang berarti
tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma-norma dan hukum yang berlaku di
masyarakat1.
Imron Pohan menyatakan kenakalan merupakan tingkah laku seseorang yang dapat
menimbulkan persoalan bagi orang lain. Dalam paragraf lain beliau menyatakan bahwa
kenakalan adalah perbuatan yang melanggar nilai sosial dan moral sehingga merugikan dirinya
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin
juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas
pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti
terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial,
kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya.
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak
muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari
tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal2.
Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar
hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika
perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum2.
Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang
Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja
sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan
18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman2.
bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik
Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai
perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.
Menurut Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu3 :
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-
undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila
tingkatan4;
1. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
2. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.
yaitu2:
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak
menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :
1. Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan
2. Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya, yang memiliki
subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian
dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan
prestise tertentu.
3. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami
banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di
tengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang
menyenangkan.
4. Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan
latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan
norma hidup normal. Ringkasnya,delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari
lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun
pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling
sedikit 60 % dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini
disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung
jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara
lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain
1. Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan
hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan,
karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan
batinnya.
3. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan
tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus
neurotik.
4. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya
keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya
5. Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
6. Motif kejahatannya berbeda-beda.
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan
segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku
mereka adalah :
1. Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun
tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak
2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.
3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat
diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang
4. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang
umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.
kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental
dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri,
orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan
norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan
siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.
defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya
tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja
delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang
jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan
sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional.
Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya
sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan.
Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai
agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar
diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri
rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80
% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi
mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh
Penyebab kenakalan remaja adalah karena terganggunya daya penyesuaian sosial remaja,
1. Gangguan tingkah laku tak berkelompok yang sudah mulai terlihat pada masa kanak, dan
semakin parah dengan bertambah nya usia yang antara lain terlihat pada sikap kejam
sesudah
b. Faktor pola asuh orang-tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak,
1. Rasa rendah diri, rasa tidak aman, rasa takut yang dikompensasi dengan berperilaku risiko
tinggi.
2. Pembentukan identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba batas
4. Penanaman nilai yang salah , yaitu orang atau kelompok yang berbeda misalnya seragam
5. Pengaruh media massa (majalah, film, televisi) dapat memberi contoh yang tidak bagi bagi
remaja.
1. Identitas
Perkembangan identitas diri melalui tahapan krisis, yaitu kondisi saat individu mengalami
dan komitmen, yaitu pengambilan keputusan pribadi terhadap suatu ideologi atau pekerjaan.
2. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol
diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol
diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan
remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku
yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini.
Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun
gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk
membimbing tingkah laku mereka. Pola asuh orang tua yang efektif di masa kanak-kanak
berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya dengan memiliki
keterampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan
remaja.
3. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan dampak serius nantinya
dimasa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan
4. Jenis kelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan sering kali memiliki harapan yang rendah terhadap
pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk
kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka
6. Proses keluarga
Proses keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya
dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya
penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih saying orangtua dapat menjadi pemicu
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk
menjadi nakal
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi
yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal diantara daerah perkampungan
miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1.
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat
dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
melakukan aktivitas kriminal mereka. Masyarakat sepeerti ini sering ditandai dengan
kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah,
pendanaan, pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain
B.5. Epidemiologi
Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan di media-media massa, di
mana sering terjadi di Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, salah satu wujud
dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Data di
Jakarta tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183
kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal
13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15
pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas.
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering
tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus2.
Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46 %
di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi
anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak
yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka
30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total
penjaja seks2
bebas sepanjang tahun 2007. Hasil penelitian tersebut sangat mencengangkan mengingat 30%
pelajar melakukan seks bebas. Yang lebih menyedihkan lagi para pelajar tersebut menganggap
perilaku seks bebas sebagai gaya hidup atau bagian dari pergaulan. Menurut Sekretaris Komisi
Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) dr Rita Fitrianingsih: perilaku seks bebas ini telah
melibatkan pelajar yang bukan hanya berasal dari tingkat SMU saja tapi juga kalangan pelajar
SMP. Seks bebas selain berdampak pada peningkatan penderita penyakit kelamin juga menjadi
faktor pendorong tingginya angka aborsi di Indonesia. Setiap tahun di Indonesia diperkirakan
terjadi 2,5 juta kasus aborasi . Di tingkat Asia kasus aborsi berdasarkan data tahun 1997
obat-obat yang meningkat mood ( amfetamin ), yang menurunkan mood ( barbiturat, tranquilizer,
hipnotika ) dan alkohol. Akhir-akhir ini banyak digunakan heroin, kokain dan derivatnya serta
halusinogen5.
meningkat . faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja penyalahguna NAPZA5 :
- Kesulitan Akademik
- Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah laku dan
depresi.
- Impulsivitas
Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang remaja akan
1. Gambaran Klinis5
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III ( PPDGJ III )
Penyalahgunaan, Intoksikasi, dan keadaan putus zat. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan
NAPZA secara patologis (diluar tujuan pengobatan), yang sudah berlangsung selama paling
sedikit satu bulan berturut-turut dan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sekolah atau
mengacu kepada satu kelompok gejala kognitif, perilaku dan fisiologis yang mengindikasikan
seseorang secara terus menerus menggunakan NAPZA dengan teratur dan dalam jangka waktu
panjang. Gejala ketergantungan ini dapat berbentuk ketagihan secara fisik atau psikilogis,
toleransi, keadaan putus zat, pemakaian yang lebih besar dari yang dibutuhkan, kegagalan untuk
penggunaan NAPZA, Sebagai tambahan, pengguna NAPZA mengetahui bahwa zat tersebut
mengakibatkan gangguan yang nyata, tetapi tidak dapat menghentikannya. Intoksikasi zat
mengacu kepada perkembangan yang reversibel , sindrom zat yang spesifik, yang disebabkan
oleh penggunaan suatu zat. Harus ada perilaku maladaptif atau perubahan psikilogis yang nyata
secara klinis. Keadaan putus zat mengacu kepada sindrom zat spesifik yang disebabkan oleh
penghentian atau pengurangan penggunaan NAPZA jangka panjang. Sindrom ini menyebabkan
distres atau hambatan yang nyata secara klinis dalam fungsi sosial. Sekolah atau pekerjaan.
Diagnosis penggunaan NAPZA pada remaja dinuat melalui wawancara yang hati-hati,observasi,
temuan laboratorium, dan riwayat yang diberikan oleh sumber yang dapat dipercaya .
Penggunaan NAPZA dapat dilihat sebagai suatu kontinuum mulai dari : hanya mencoba
( experimentation ), memakai sedikit, penggunaan secara rutin tanpa gangguan yang nyata,
Prestasi akademik yang menurun : sering membolos atau meninggalkan sekolah , sering
membuat masalah dengan teman, guru atau murid sekolah lain, sering memakai uang sekolah,
mencuri, berhutang atau mengompas penyakit fisik ringan yang tidak spesifik, perubahan sikap
dalam hubungan dengan anggota keluarga lain, juga dalam kelompok temannya , lekas marah,
tersinggung, sikap kasar, tidak sabar dan egois, perubahan dalam penampilan, perawatan/
kebersihan diri,wajah murung, loyo mengantuk, kurang bergairah, acuh tak acuh, sering
melamun, disiplin dan sopan santun menurun, pakaian kotor dan lusuh, cara bicara lamban, tak
jelas, kadang-kadang cadel, serta banyak merokok. Banyak dari indikator diatas yang terkait
dengan awitan (onset) dari depresi, penyesuaian sekolah, atau prodromal dari gangguan
psikotik.yang harus diperhatikan adalah tetap menjaga komunikasi yang terbuka dengan remaja
yang diduga menggunakan NAPZA. Disini terdapat hubungan antara penggunaan NAPZA
dengan perilaku risiko tinggi, termasuk penggunaan senjata tajam, perilaku bunuh diri,
pengalaman seksual yang dini, mengemudikan mobil dengan risiko tinggi, menyukai musik
keras (heavy metal), dan pemujaan/ritual agama yangmenyimpang, walaupun tidak ada
hubungan langsung dengan penggunaan NAPZA, namun adanya perilaku seperti diatas patut
diwaspadai5.
Remaja yang mengalami depresi mempunyai kerentanan tinggi terhadap bunuh diri.
persiapan dan pelajar sekolah menengah atas pernah berpikir serius tentang percobaan bunuh diri
dalam satu tahun terakhir saat diteliti , 19 % mempunyai rencana spesifik untuk melakukan
seksual, seiring dengan meningkatnya dorongan seksual timbul konflik karena upaya untuk
mengendalikan nya harus sesuai nilai dan norma yang dianut, Bentuk tingkah laku seksual dapat
mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu sampai bersenggama. Obyek seksual bisa
berupa orang lain, hanya dalam khayalan atau diri sendiri .Tingkah laku ini bisa berdampak
cukup serius seperti perasaan tegang , bingung,perasaan bersalah dan berdosa, sedih, marah,dan
lain-lain. Dampak lainnya adalah kehamilan pranikah yang dapat menyebabkan pengguguran
kandungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kasus perilaku seksual remaja dan
penatalaksanaannya :
1. Seks bebas
Dipandang dari sudut norma normal maupun agama, tentunya hubungan seksual tersebut
merupakan suatu ungkapan dari bahasa cinta yang dapat dilakukan oleh suami isteri dalam ikatan
perkawinan. Jadi bila dari sudut pandang moral dan agama, tentunya hubungan seks bebas
mengarah kepada ungkapan nafsu seksual, yang dapat menodai keluhuran cinta serta kesucian
pernikahan, bahkan terbuka kemungkinan untuk melahirkan anak diluar nikah, banyak yang
kurang menyadari bahwa hubungan seks bebas sebenarnya hanya didorong oleh kebutuhan dan
kenikmatan fisik/biologik sesaat saja, yang dapat menimbulkan rasa bersalah bila tidak
dilanjutkan dengan pernikahan. Hubungan seks bebas belum tentu dilakukan oleh pasangan yang
saling mencintai selain melanggar norma umumnya secara psikis berdampak, yaitu menimbulkan
rasa bersalah, menyesal, kecewa terutama dipihak wanita. Penilaian dari sudut etis maupun
moral terhadap hubungan seks bebas tersebut dapat memberikan dampak sebagai berikut5:
a) Aspek biologis : kemungkinan menjadi hamil diluar nikah yang sering berakhir dengan
aborsi.
b) Aspek Mental emosional: kemungkinan timbul rasa bersalah, kecewa, menyesal, bahkan
Pengguguran kandungan akibat kehamilan diluar nikah umumnya berdalih menutupi aib
bagi diri dan keluarga serta menggangu kelanjutan pendidikan sekolahnya. Mereka dapat
mengalami komflik batin merasa berdosa, depresi, takut bergaul tidak percaya pada pria, takut
tidak akan menikah karena kehilangan kegadisannya. Arbosi dilarang oleh peraturan/undang-
• Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera
• Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah
dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan
• Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan
kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa
terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang
sekitarnya.
• Akibat kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal
ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja
• Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan
kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas,
hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur
• Kriminalitas bisa menjadi salah satu akibat kenakalan remaja. Remaja yang terjebak hal-hal
negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal.
Itulah beberapa akibat kenakalan remaja yang sudah semestinya harus dihindari. Peran
orang tua atau keluarga, guru di sekolah, dan juga teman-teman, adalah orang-orang yang sangat
berperan penting dalam kehidupan remaja. Keikutsertaan mereka dalam mengontrol seorang
remaja, bisa berdampak cukup besar demi mencapai masa depan yang lebih cerah.