Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Pendidikan Kejuruan
yang dibimbing oleh Bpk. Tri Admadji S

OLEH:
BAIHAQIE NDARU 109533423250
RIRIS NESWANTARA 209533420397

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
MARET 2011
BAB I

A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan
dan cara hidup manusia Indonesia , yakni Pancasila.Sebagai implikasi dari nilai-nilai
filsafat pancasila yang dianut bangsa Indonesia , dicerminkan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU no.20 tahun 2003, yaitu:Pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 .Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
berakhlak mulia , sehat , berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 2 dan 3)
Menurut Tyler (1946) , Taba (1963) Tanner dan Tanner (1984) menyatakan
tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum . Calhoun ,
Light dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi social pendidikan , yaitu : (1) mengajar
keterampilan , (2) mentransmisikan budaya , (3) mendorong adaptasi lingkungan , (4)
membentuk kedisiplinan, (5) mendorong adaptasi lingkungan (4) membentuk
kedisiplinan , (5) mendorong bekerja kelompok (6) meningkatkan perilaku etik dan (7)
memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi
Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif
mengenai apa yang harusnya dicapai . Herbert Spencer dalam Nasution (1982)
mengungkapkan lima kajian sebagai sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan ,
yaitu :
1. Self-Preservation :individu harus dapat saling menjaga kelangsungan hidupnya
dengan sehat , mencegah penyakit , hidup secara teratur
2. Securing the necssitties of life : individu harus sanggup mencari nafkah dan
memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan
3. Reaning of family : individu harus mampu menjadi ibu atau bapak dan sanggup
bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluarganya
4. Enjoying proper social and political relationships : individu harus sanggup
memanfaatkan waktu senggangnya dengan memilih kegiatan kegiatan yang
menyenangkan dan menambah kenikmatan dan kegairahan hidup

Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya dipergunakan bagi para


penyusun kurikulum (makro) atau kurikulum tertulis yang sering dipahami dan dijadikan
dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum (mikro) yaitu para guru , kepala
sekolah, pengawas pendidikan dan pihak pihak lain yang terkait dengan tugas tugas
pengelolaan pendidikan sebagai bahan untukdijadikan instrument dalam melakukan
pembinaan terhadap implemntasi kurikulum disetiap jenis dan jenjang pendidikan /
persekolahan
Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan, yaitu: philosophy and the
nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Dengan
berpedoman pada empat landasan tersebut dibuatlah model yang disebut "An eclectic
model of the curriculum and it foundations"

Suatu kurikulum dengan berbagai komponennya yang terdiri atas tujuan (aims,
goals, objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi,
agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibilitas yang tinggi/memadai perlu ditopang oleh
berbagai landasan (foundations). Landasan-landasan tersebut yaitu: landasan filosofis
sebagai landasan utama, epistemologi (sifat-sifat pengetahuan), masyarakat dan
kebudayaan, individu (siswa), dan teori-teori belajar.Senada dengan pendapat Zais di
atas, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein, 1988) mengemukakan pandangan yang erat
kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum (dalam hal ini disebut
schoolpurposes)

Berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum tersebut, yaitu landasan filosofis,
psikologis, sosial-budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi
BAB II

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan konteks KBKdan KTSP . Oleh karena itu, otonomi
yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam
visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan
nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatkan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta
melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun pada
pemerintah.
2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan , pelaksanaan dan
penilaian kegiatan kurikulum . Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional
(standar kompetensi / kompetensi dasar)dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun lingkungan.

3. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum


Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum di antaranya :
- Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran dalam menejemen kurikulum.
- Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi
yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
- Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
- Efektifivitas dan efesiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum,
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna
dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.
- Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan
tujuan kurikulum.

Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksanan


pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti UUSPN No20 tahun
2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan
penerapan MBS, kebijaksanaan penerapan KBK, keputusan dan peraturan pemerintah
yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang
bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum
untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam
memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum. Ada beberapa
fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya :
1) Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan
sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang
terencana dan efektif.
2) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil
yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya
melalui kegiatan intarkurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan
kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola
secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif dan
terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
belajar.
5) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang
telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping
itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efesien, karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam
kegiatan pengelolaan kurikulum.
6) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat
khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan
ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.

4. Komponen-Komponen Manajemen Kurikulum


Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan,
yaitu: a. tujuan yang ingin dicapai, b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai
tujuan, c. susunan materi/pengalaman belajar dan d. evaluasi apakah tujuan yang
ditetapkan tercapai(Tyler,1949).
Komponen yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan.
TUJUAN

EVALUA
ISI
SI

METODE

Bagan diatas menggambarkan bahwa system kurikulum terbentuk oleh komponen-


komponen yang menyatu menjadi suatu kesatuan system yang menjadikan saling
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain dan tidak dapat dipisahkan,
apabila salah satu komponen terganggu atau tidak berkaitan maka system kurikulum
pun akan terganggu juga.

a. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional,
ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami
proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan
menciptakan SDM yang berkualitas umumnya.Secara makro tujuan pendidikan
nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga
mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan
nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh.Secara mikro pendidikan nasional
bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan,selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.
Zais (1976), mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin
mudah dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru
waktu pelajaran berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.Jadi, tujuan umum
menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur. Tujuan
umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi
(sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu
tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan
instruksional.
Sebelum memahami istilah tujuan ada dua istilah utama yang harus di pahami yaitu
“Goals” dan “Objectives”. Goals cenderung lebih menekankan pada tujuan yang
bersifat umum dan belum bisa diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.
Objectives cenderung mengarah pada pemahaman mengenai tujuan yang sudah
dapat diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.
Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran:
1. Tujuan Pendidikan Nasional
2. Tujuan Institusional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujuan Pembelajaran Umum
5. Tujuan Pembelajaran Khusus
Kaitan Tujuan-tujuan Pendidikan
Menurut Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan
1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 domain, yaitu:
1. Domain Kognitif
Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi
menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisa, sintesis dan evaluasi.
2. Domain Afektif
Afektif berkenaan dengan sikaf, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki
tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan
karakterisasi nilai.
3. Domain Psikomotor
Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau
skill seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception), kesiapan, meniru
(imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption) dan menciptakan
(organization).
b. Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-
topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
2) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi
kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai
berikut:
a. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
a. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan
mutakir.
b. Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
d. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
e. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman
peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi
berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan
pengalaman belajar (Taba, 1962).
c. Komponen Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam
mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan
disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran.Bagaimanapun idealnya tujuan
tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan
strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah
ditentukan.Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya dalam pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan
tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa metode.
Metode pmbelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu
penyusunannya harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan
kurikulumdan berdasarkan perilaku awal siswa (entry behavior).

Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).
2. Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).

Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada
metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran
hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai
pedoman, ada beberapa pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan
yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya.
Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk
percobaan, observasi, discovery inquiri dan sejenisnya.Rowntree (1974), strategi
pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery Learning; serta strategi
Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang
banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak
dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara
penuh, mencari dan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan
sebagainya maka itu metode yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.

d. Komponen Organisasi Kurikulum

Komponen organiasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan)


sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Organisasi materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi : horizontal dan
vertikal. Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari
keseluruhan materi. Organisasi horizontal merupakan kaitan antara satu mata
pelajaran dengan pelajaran lain pada kelas yang sama. Organisasi vertikal mencakup
urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa hubungan
longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.

Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu:


1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri-sendiri
tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa
melihat perbedaan siswa semua dipandang sama.
2. Mata pelajaran berkorelasi (correlated).
Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata
pelajaran.
3. Bidang studi (broad field).
Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan
mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang
sama dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered).
Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata
pelajaran.
5. Inti masalah (core programs).
Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil
dari suatu mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.
6. Eclectic program
Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang
terpusat pada mata ajar dan peserta didik.

Ada 5 kriteria organisasi materi pelajaran / pengalaman belajat yaitu :


a. Kriteria ruang lingkup, mencakup materi dan pengalaman belajar. Menyangkut
jawaban atas pertanyaan : “materi dan pengalaman belajar apa yang harus diajarkan?
Berapa jauh ruang lingkup dan organisasi materi itu harus ditetapkan untuk
mencapai tujuan?”
b. Kriteria integrasi menyangkut mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain yang terkait. Bertujuan untuk membantu peserta didik melihat kesatuan
yang ada antara semua materi pelajaran yang terkait.
c. Kriteria urutan menyangkut usaha untuk menghasilkan belajar kumulatif dan
berkelanjutan secara vertikal.
d. Kriteria kontinuitas, menyangkut hubungan vertikal materi/kegiatan belajar.
Umpama untuk mengembangkan kemampuan menulis, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk latihan terus-menerus dan berulang-ulang.
e. Kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang seimbang pada
semua asfek yang ada. Keseimbangan dicapai kalau semua peserta didik
berkesempatan memahami materi, baik pada asfek personal, sosial maupun
intelektual.
e. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam
konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen
kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran
itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek yang dinilai
bertitik tolak dari tujuan yang akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung
pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :

a) Penilaian awal pembelajaran


b) Penilaian proses pembelajaran
c) Penilaian akhir pembelajaran.

Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas,


obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif, dilakukan
berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan pelaksanaan
kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang handal dan
mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat
Dalam evaluasi dapat dukelompokan kedalam dua jenis yaitu:
1. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek kognitif.
Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas seandainya dapat
mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat reliabilitas/kendalan jika
tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang konsisten. Tes berdasarkan jumlah
peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu dilakukan terhadap sejumlah siswa
secara bersama-sama dan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang
individu secara perorangan.
Tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar
adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi
kemampuan siswa pada masa yang akan datang.
Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah dengan cara
siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah tes yang
dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.
2. Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi
tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu dimana
observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi. Observasi non
partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni
sebagai pengamat.
b. Wawancara Wawancara
adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang diwawancarai.
Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung apabila pewawancara
melakukan komunikasi dengan subjek yang akan dievaluasi. Wawancara
tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data subjek melalui
perantara.
c. Studi kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu
secara terus menerus.
d. Skala Penilaian
Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan
mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif,
sehingga pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.
B. Kasus

Secara administratif pengelolaan kurikulim sangat terkait dengan pekerjaan guru dan
kepala sekolah. Pengelolaan kurikulum secara administratif ditujukan untuk menunjang
ketercapaian tujuan kurikulum lebih efektif, baik dalam tujuan pembelajaran maupun
tujuan sekolah. Pengelolaan kurikulum dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi serta pengendalian.

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap menentukan apa yang akan dilakukan oleh sekolah
(guru dan kepala sekolah). Dalam tahapan perencanaan beberapa hal yang harus
dilakukan adalah mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD)
untuk setiap mata pelajaran dan menjabarkannya kedalam silabus, menyusun
kalender akademik, menyusun program tahunan, menyusun program semesteran,
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), satuan kegiatan harian (SKH),
atau satuan layanan (Satlay). Hasil dari tahapan ini adalah dokumen-dokumen
administratif yang merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan KBM.
Karenanya kepala sekolah perlu meluangkan waktu secara khusus untuk memeriksa
secara cermat untuk memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu
diperbaiki atau ditambahkan.

2. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi

Pengorganisasian merupakan tahapan untuk mengalokasikan berbgai sumber daya


yang dimiliki sekolah untuk mendukung keterlaksanaan kurikulum yang telah
direncanakan. Sumber daya yang dimaksud dilakukan dalam bentuk penjadwalan
yang setidaknya meliputi jenjang kelas, semester, mata pelajaran, guru,ruangan, dan
waktu. Hasilnya adalah jadwal KBM. Dalam tahap ini yang perlu diperhatikan
kepala sekolah adalah :

a. Kalender akademikdisusun berdasarkan rencana program kegiatan yang akan


berlangsung di sekolah selama setahun kedepan
b. Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan pada kepada kewajiban guru mengajar
5 hari/minggu
c. Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan , keadilan dan
tidak menimbulkan permasalahan
d. Program kegiatan sekolah di susun berdasarkan kebutuhan nyata untuk
meningkatkan , mengembangkan dan memajukan sekolah

3. Tahap Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kurikulum merupakan tahapan inti, yaitu tahap dimana rencana
yang telah disusun diimplementasikan. Pada tahap ini kepala sekolah dan guru
memiliki peran strategis. Sebagus-bagusnya rencana pembelajaran dan penjadwalan
dibuat, namun apabila pelaksanaannya menyalahi rencana yang dibuat atau
melenceng dari rencana maka akan sia-sia saja rencana yang sudah dibuat. Artinya
keberhasilan kurikulum pada intinya akan ditentukan oleh kebermutuan guru dan
kepala sekolah dalam menguasai bidangnya masing-masing.

4. Tahap evaluasi dan pengendalian

Tahap evaluasi dan pengendalian adalah tahapan yang mencoba melihat


ketercapaian pelaksanaan kurikulum dalam mencapai tujuannya. Apabila
pelaksanaan kurikulum belum mencapai tujuan yang ditetapkan, maka langkah
selanjutnya diadakan pengendalian melalui perbaikan atau peningkatan. Proses ini
apabila dilakukan secara akurat dan ajeg (berkesinambungan) akan menghasilkan
jaminan mutu terhadap lulusan yang berkualitas.

Permasalahan yang sering muncul dan harus dipecahkan oleh kepala sekolah dan guru
dalam manajemen kurikulum adalah (1) sejauhmana kepala sekolah dan guru memahami
tugasnya dalam manajemen kurikulum? (2) sejauhmana kepala sekolah memberikan arahan
dan bimbingan kepada guru- guru untuk membuat, menyusun, mengimplementasikan dan
mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pesantren/sekolah?
(3) sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan dapat menghasilkan lulusan yang
memiliki keunggulan dan daya saing. Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dipecahkan, maka tujuan Persis untuk mewujudkan organisasi pembaharu melalui
penyediaan para pendakwah untuk disebar kepada masyarakat, bukanlah suatu angan-
angan.
BAB III

A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Pelakasanaannya dapat terintegritas dan mendukung
terhadap penerapan MBS dan KBK dalam rangka menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan integritas. Implementasi manajemen kurikulum harus
memperhatikan prinsip-prinsip dan landasan kebijaksanaan pemerintah atau
Departemen Pendidikan nasional yang terkait dengan penerapan kurikulum pada
jenjang/jenis pendidikan/sekolah yang bersangkutan. - Sesuai dengan fungsinya,
bahwa penerapan manajemen kurikulum yang efektif dapat meningkatkan proses dan
hasil berbagai aspek, sumber dan komponen yang terkait dalam kurikulum.
Daftar Pustaka
Anderson, Ronald H, Selecting and Developing Media for Instruction, Van Nastrand Reinhold Company,
New York, 1983

AECT Task Force, The Defenition of Educational Technology, Association for Educational
Communication and Technology, 1997

Dale Edgar, Audio Visual Methods and Teaching, the Dryden Press, New York, 1949

Dirdjo Soemarto. Sundjojo, Media Pendidikan, Pemilihan dan Penggunaaan Media dalam Proses
Belajar Mengajar, P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1978

Gerlach. Vernon S. Ely Donald P., Teaching and Media, a Systematic Approach, Prentice Hall inc,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1980

Heinich. Robert, Molenda, Michel, Russhel. James D, Instructional and the New Technologies of
Instruction, John Willey and Sons, New York, 1985

Kemp. Jerrold E, Dayron. Diane K., Panning & Producing Intructional Media, Fifth Edition, Harper &
Row Publishers, New York, 1985

In J E.L. Baker and H.F. O’Neil (Ed.), Technology Assesment in Education and Training. Hillsdale, NJ:
Lawrence Eribaum

Sadiman, Arief. (1990). Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta:
RAjawali

Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik , bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Saylor, G.J et.al. (1981) Curriculum Planning : for Better Teaching and Learning USA : Rinehart and
Watson

Tyler, Ralph W. (1975). Basic Principles of Curriculum And Instruction. Chicago : University of Chicago
Press

Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan UPI

Taba, Hilda (1962) Curriculum Development : Theory and Practice . New York. Hartcort Brac & World,
Inc

UNESCO, (2001), ICT Development at School Level. Tersedia : http://www.edu.ge.ch

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundations, New York, Thomas Y. Crowell Harper
& Publisher.

Anda mungkin juga menyukai