OLEH:
BAIHAQIE NDARU 109533423250
RIRIS NESWANTARA 209533420397
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan
dan cara hidup manusia Indonesia , yakni Pancasila.Sebagai implikasi dari nilai-nilai
filsafat pancasila yang dianut bangsa Indonesia , dicerminkan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional seperti terdapat dalam UU no.20 tahun 2003, yaitu:Pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 .Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
berakhlak mulia , sehat , berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 2 dan 3)
Menurut Tyler (1946) , Taba (1963) Tanner dan Tanner (1984) menyatakan
tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum . Calhoun ,
Light dan Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi social pendidikan , yaitu : (1) mengajar
keterampilan , (2) mentransmisikan budaya , (3) mendorong adaptasi lingkungan , (4)
membentuk kedisiplinan, (5) mendorong adaptasi lingkungan (4) membentuk
kedisiplinan , (5) mendorong bekerja kelompok (6) meningkatkan perilaku etik dan (7)
memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi
Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif
mengenai apa yang harusnya dicapai . Herbert Spencer dalam Nasution (1982)
mengungkapkan lima kajian sebagai sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan ,
yaitu :
1. Self-Preservation :individu harus dapat saling menjaga kelangsungan hidupnya
dengan sehat , mencegah penyakit , hidup secara teratur
2. Securing the necssitties of life : individu harus sanggup mencari nafkah dan
memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan
3. Reaning of family : individu harus mampu menjadi ibu atau bapak dan sanggup
bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluarganya
4. Enjoying proper social and political relationships : individu harus sanggup
memanfaatkan waktu senggangnya dengan memilih kegiatan kegiatan yang
menyenangkan dan menambah kenikmatan dan kegairahan hidup
Suatu kurikulum dengan berbagai komponennya yang terdiri atas tujuan (aims,
goals, objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi,
agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibilitas yang tinggi/memadai perlu ditopang oleh
berbagai landasan (foundations). Landasan-landasan tersebut yaitu: landasan filosofis
sebagai landasan utama, epistemologi (sifat-sifat pengetahuan), masyarakat dan
kebudayaan, individu (siswa), dan teori-teori belajar.Senada dengan pendapat Zais di
atas, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein, 1988) mengemukakan pandangan yang erat
kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum (dalam hal ini disebut
schoolpurposes)
Berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek
pokok yang mendasari pengembangan kurikulum tersebut, yaitu landasan filosofis,
psikologis, sosial-budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi
BAB II
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan konteks KBKdan KTSP . Oleh karena itu, otonomi
yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam
visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan
nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatkan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta
melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun pada
pemerintah.
2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan , pelaksanaan dan
penilaian kegiatan kurikulum . Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional
(standar kompetensi / kompetensi dasar)dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun lingkungan.
EVALUA
ISI
SI
METODE
a. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional,
ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami
proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan
menciptakan SDM yang berkualitas umumnya.Secara makro tujuan pendidikan
nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan bersifat otonom sehingga
mampu melaksanakan inovasi untuk menuju lembaga yang beretika, menggunakan
nalar, social yang positif dan SDM yang tangguh.Secara mikro pendidikan nasional
bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan,selanjutnya bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur.
Zais (1976), mengandaikan tujuan sebagai target, makin dekat target itu maka makin
mudah dibidik. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru
waktu pelajaran berlangsung, ini disebut tujuan intruksional.Jadi, tujuan umum
menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur. Tujuan
umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi
(sekolah). Tujuan instisusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu
tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan menjadi lebih spesifik lagi yaitu tujuan
instruksional.
Sebelum memahami istilah tujuan ada dua istilah utama yang harus di pahami yaitu
“Goals” dan “Objectives”. Goals cenderung lebih menekankan pada tujuan yang
bersifat umum dan belum bisa diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.
Objectives cenderung mengarah pada pemahaman mengenai tujuan yang sudah
dapat diukur dalam asfek perubahan perilaku peserta didik.
Hirarki tujuan pendidikan dan pembelajaran:
1. Tujuan Pendidikan Nasional
2. Tujuan Institusional
3. Tujuan Kurikuler
4. Tujuan Pembelajaran Umum
5. Tujuan Pembelajaran Khusus
Kaitan Tujuan-tujuan Pendidikan
Menurut Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan
1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 domain, yaitu:
1. Domain Kognitif
Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi
menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisa, sintesis dan evaluasi.
2. Domain Afektif
Afektif berkenaan dengan sikaf, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini memiliki
tingkatan, yaitu; penerimaan, merespon, menghargai, mengorganisasi dan
karakterisasi nilai.
3. Domain Psikomotor
Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau
skill seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception), kesiapan, meniru
(imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption) dan menciptakan
(organization).
b. Komponen Materi
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan
disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-
topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.
2) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.
3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi
kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan.
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsif-prinsif sebagai
berikut:
a. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
Hilda Taba (1962:267), kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :
a. Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan
mutakir.
b. Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.
c. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.
d. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.
e. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
f. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman
peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi
berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba (1062), kegiatan belajar menimbulkan
pengalaman belajar (Taba, 1962).
c. Komponen Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar dalam
mencapai tujuan kurikulum. Metode lebih menekankan pada kegiatan guru dan
disebut dengan istilah lain strategi pembelajaran.Bagaimanapun idealnya tujuan
tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu. T. Rakajoni mengartikan
strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan dosen-mahasiswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai tujuan yang telah
ditentukan.Perlu diperhatikan; Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk pemanfaatan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya dalam pembeajaran. Kedua, strategi disusun untuk tujuan
tertentu. Jadi metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Maka itu satu strategi dapat digunakan beberapa metode.
Metode pmbelajaran mempunyai fungsi penting dalam kurikulum. Karena itu
penyusunannya harus berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan
kurikulumdan berdasarkan perilaku awal siswa (entry behavior).
Dalam kajian ini ada 3 alternatif pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented).
2. Pendekatan yang berpusat siswa (student oriented).
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social oriented).
Landasan dalam tolak ukur untuk pemakaian jenis metode yaitu bahwa “ tidak ada
metode satupun yang dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran
hendaknya bersipat multi metode”. Untuk memilih metode perlu pendekatan sebagai
pedoman, ada beberapa pendekatan yaiti; Pendekatan Heuristik, adalah pendekatan
yang sifatnya menyampaikan informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya.
Pendekatan Ekspositorik, yaitu pendekatan yang sifatnya praktek, termasuk
percobaan, observasi, discovery inquiri dan sejenisnya.Rowntree (1974), strategi
pembelajaran dibagi atas Strategi Exposition dan Discovery Learning; serta strategi
Groups dan individual learning. Dalam exposition, bahan ajar sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga mahasiswa tinggal menguasai saja dan metode yang
banyak digunakan adalam ceramah. Dalam discovery learning, bahan ajar tidak
dikemas dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi mahasiawa harus kreativ secara
penuh, mencari dan mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisa, dan
sebagainya maka itu metode yang sering dipakai adalah metode pemecahan masalah.
Secara administratif pengelolaan kurikulim sangat terkait dengan pekerjaan guru dan
kepala sekolah. Pengelolaan kurikulum secara administratif ditujukan untuk menunjang
ketercapaian tujuan kurikulum lebih efektif, baik dalam tujuan pembelajaran maupun
tujuan sekolah. Pengelolaan kurikulum dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi serta pengendalian.
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahap menentukan apa yang akan dilakukan oleh sekolah
(guru dan kepala sekolah). Dalam tahapan perencanaan beberapa hal yang harus
dilakukan adalah mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD)
untuk setiap mata pelajaran dan menjabarkannya kedalam silabus, menyusun
kalender akademik, menyusun program tahunan, menyusun program semesteran,
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), satuan kegiatan harian (SKH),
atau satuan layanan (Satlay). Hasil dari tahapan ini adalah dokumen-dokumen
administratif yang merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan KBM.
Karenanya kepala sekolah perlu meluangkan waktu secara khusus untuk memeriksa
secara cermat untuk memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu
diperbaiki atau ditambahkan.
3. Tahap Pelaksanaan
Proses pelaksanaan kurikulum merupakan tahapan inti, yaitu tahap dimana rencana
yang telah disusun diimplementasikan. Pada tahap ini kepala sekolah dan guru
memiliki peran strategis. Sebagus-bagusnya rencana pembelajaran dan penjadwalan
dibuat, namun apabila pelaksanaannya menyalahi rencana yang dibuat atau
melenceng dari rencana maka akan sia-sia saja rencana yang sudah dibuat. Artinya
keberhasilan kurikulum pada intinya akan ditentukan oleh kebermutuan guru dan
kepala sekolah dalam menguasai bidangnya masing-masing.
Permasalahan yang sering muncul dan harus dipecahkan oleh kepala sekolah dan guru
dalam manajemen kurikulum adalah (1) sejauhmana kepala sekolah dan guru memahami
tugasnya dalam manajemen kurikulum? (2) sejauhmana kepala sekolah memberikan arahan
dan bimbingan kepada guru- guru untuk membuat, menyusun, mengimplementasikan dan
mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pesantren/sekolah?
(3) sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan dapat menghasilkan lulusan yang
memiliki keunggulan dan daya saing. Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dipecahkan, maka tujuan Persis untuk mewujudkan organisasi pembaharu melalui
penyediaan para pendakwah untuk disebar kepada masyarakat, bukanlah suatu angan-
angan.
BAB III
A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Pelakasanaannya dapat terintegritas dan mendukung
terhadap penerapan MBS dan KBK dalam rangka menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan integritas. Implementasi manajemen kurikulum harus
memperhatikan prinsip-prinsip dan landasan kebijaksanaan pemerintah atau
Departemen Pendidikan nasional yang terkait dengan penerapan kurikulum pada
jenjang/jenis pendidikan/sekolah yang bersangkutan. - Sesuai dengan fungsinya,
bahwa penerapan manajemen kurikulum yang efektif dapat meningkatkan proses dan
hasil berbagai aspek, sumber dan komponen yang terkait dalam kurikulum.
Daftar Pustaka
Anderson, Ronald H, Selecting and Developing Media for Instruction, Van Nastrand Reinhold Company,
New York, 1983
AECT Task Force, The Defenition of Educational Technology, Association for Educational
Communication and Technology, 1997
Dale Edgar, Audio Visual Methods and Teaching, the Dryden Press, New York, 1949
Dirdjo Soemarto. Sundjojo, Media Pendidikan, Pemilihan dan Penggunaaan Media dalam Proses
Belajar Mengajar, P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1978
Gerlach. Vernon S. Ely Donald P., Teaching and Media, a Systematic Approach, Prentice Hall inc,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1980
Heinich. Robert, Molenda, Michel, Russhel. James D, Instructional and the New Technologies of
Instruction, John Willey and Sons, New York, 1985
Kemp. Jerrold E, Dayron. Diane K., Panning & Producing Intructional Media, Fifth Edition, Harper &
Row Publishers, New York, 1985
In J E.L. Baker and H.F. O’Neil (Ed.), Technology Assesment in Education and Training. Hillsdale, NJ:
Lawrence Eribaum
Sadiman, Arief. (1990). Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta:
RAjawali
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik , bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Saylor, G.J et.al. (1981) Curriculum Planning : for Better Teaching and Learning USA : Rinehart and
Watson
Tyler, Ralph W. (1975). Basic Principles of Curriculum And Instruction. Chicago : University of Chicago
Press
Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung, Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan UPI
Taba, Hilda (1962) Curriculum Development : Theory and Practice . New York. Hartcort Brac & World,
Inc
Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundations, New York, Thomas Y. Crowell Harper
& Publisher.