Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget, dan Robert Gagne.
Belajar aktif Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek
belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar
yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-
simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri
o
Belajar lewat interaksi sosial.
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar.
Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan
membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan
sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin
beragam.
o
Belajar lewat pengalaman sendiri.
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik
daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk
berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan yang
direspons . Atau sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan
akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara
asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan oleh Piaget disebut sebagai keseimbangan.
4. Keseimbangan
Yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai
hasil ketepatan akomodasi . Dalam proses adaptasi dengan lingkungan individu berusaha
mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Yaitu keseimbangan antara proses asimilasi
dan akomodasi. Seandainya hanya asimilasi secara kontinu maka yang bersangkutan hanya akan
memiliki beberapa skemata global dan ia tidak mampu melihat perbedaan antara berbagai hal.
Sebaliknya jika hanya akomodasi saja secara kontinu, maka hanya memiliki skemata kecil-kecil
saja dan mereka tidak memiliki skemata yang umum. Dan tidak akan mampu melihat persamaan
antara berbagai hal.
Dengan keseimbangan ini maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang dengan
lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain terjadi keseimbangan antara faktor-
faktor internal dan faktor eksternal.
Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang sudah dimiliki dengan
informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan menimbulkan ketidakseimbangan
antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Proses
ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini
merupakan proses yang berkesinambungan antara proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini
akan menjaga stabilitas mental dalam diri pembelajar dan ia akan dapat terus mengembangkan
dan menambah pengetahuannya.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hierarki. Seseorang harus melalui
urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat. Kemampuan bayi
melalui tahapan ini bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
(melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian struktur berpikir. Tahapan ini
secara kualitatif berbeda pada setiap individu. Demikian pula, pemikiran seorang anak berbeda
pada setiap tahap. Desmita mengutip dari Mussen (1969) mengatakan bahwa Piaget tidak
menegaskan batasan umur dalam masing-masing tahap. Batasan umur tersebut diberikan oleh
Ginsburg dan Opper.
Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual, Piaget
membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode yaitu :
1) Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan sistem penginderaan
untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap perkembangan kognitif. “Pada tahap
ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan pengalaman panca indra koordinasi
(seperti melihat dan mendengar) dengan fisik, motorik tindakan.” “Bayi memperoleh
pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan di atasnya.”
“Seorang bayi berkembang dari refleksif, insting tindakan saat lahir ke awal pemikiran simbolis
menjelang akhir panggung.” “Piaget membagi tahap sensorimotor menjadi enam sub-tahap”
Sub Tahap
Usia
Deskripsi
Simple Refleks Kelahiran-6 minggu “Koordinasi sensasi dan aksi melalui perilaku refleksif”.
Tiga dasar Reflek yang dijelaskan oleh Piaget: mengisap benda-benda di mulut, berikut obyek
bergerak atau menarik dengan mata, dan penutupan tangan ketika membuat sebuah objek kontak
dengan telapak (palmaris pegang). Selama enam minggu pertama kehidupan, refleks ini mulai
menjadi tindakan sukarela, misalnya refleks menjadi palmaris sengaja menangkap.
Anak menggunakan reflek alamiah, dan mengikuti gerakan objek dalam medan penglihatan.
reaksi sirkular primer 6 minggu-4 bulan “Koordinasi sensasi dan dua jenis skema: kebiasaan
(refleks) dan reaksi sirkular primer (reproduksi dari sebuah peristiwa yang awalnya terjadi secara
kebetulan). Utama masih fokus pada tubuh bayi.” Sebagai contoh jenis reaksi, bayi mungkin
akan mengulangi gerakan lewat tangan mereka sebelum wajah mereka. Juga pada tahap ini,
reaksi pasif, yang disebabkan oleh klasik atau instrumental conditioning. Contohnya, sekiranya
bayi tersebut melakukan sesuatu tingkah laku yang mana dapat menyenangkan dia, maka dia
akan mengulangi tingkah laku itu lagi. Dan anak terus memandangi objek yang hilang.
fase reaksi sirkular sekunder 4-8 bulan
Pengembangan kebiasaan. “Bayi menjadi lebih object-oriented, bergerak di luar keasyikan diri;
ulangi tindakan yang membawa hasil yang menarik atau yang menyenangkan.” Tahap ini
terutama berhubungan dengan pengembangan koordinasi antara visi dan kemampuan memegang.
Tiga kemampuan baru terjadi pada tahap ini: disengaja menggapai untuk objek yang
dikehendaki, reaksi sirkular sekunder, dan pembedaan antara tujuan dan sarana. Pada tahap ini,
bayi akan sengaja menangkap udara ke arah objek yang dikehendaki, sering membuat geli
teman-teman dan keluarga. Reaksi sirkular sekunder, atau pengulangan dari suatu tindakan yang
melibatkan objek eksternal mulai misalnya, memindahkan saklar untuk menyalakan lampu
berulang-ulang. Pembedaan antara cara dan tujuan juga terjadi. Ini mungkin salah satu yang
paling penting pada tahap-tahap pertumbuhan anak karena menandakan fajar logika. Dan anak
mencari objek yang hilang.
Koordinasi tahap reaksi sirkular sekunder 8-12 bulan
“Koordinasi visi dan sentuhan – koordinasi tangan-mata; koordinasi skema dan niat.” Tahap ini
terutama terkait dengan perkembangan logika dan koordinasi antara sarana dan tujuan. Ini adalah
sangat penting pada tahap perkembangan, Piaget memegang apa yang disebutnya “tepat pertama
kecerdasan.” Selain itu, tahap ini menandai awal orientasi tujuan, perencanaan yang disengaja
dan langkah-langkah untuk memenuhi suatu tujuan. Anak mulai menggunakan tanda untuk
mengantisipasi kejadian, mengenali objek dan orang yang sudah dikenal dan mencari objek yang
di sembunyikan.
reaksi sirkular tersier, kebaruan, dan rasa ingin tahu 12-18 bulan “Bayi menjadi tergelitik oleh
banyak sifat-sifat benda dan oleh banyak hal yang mereka dapat membuat terjadi pada objek;
mereka bereksperimen dengan perilaku baru.” Tahap ini berhubungan terutama dengan
penemuan cara-cara baru untuk memenuhi tujuan menggunakan trial and error. Piaget
menjelaskan anak pada saat ini sebagai “ilmuwan muda,” melakukan pseudo-eksperimen untuk
menemukan metode baru menghadapi tantangan. Mencari objek yang disembunyikan dan
meniru tindakan orang lain.
internalisasi Skema 18-24 bulan “Bayi mengembangkan kemampuan untuk menggunakan
simbol-simbol dan bentuk primitif bertahan lama mental.” Tahap ini berhubungan terutama
dengan awal pemahaman, atau kreativitas. Mengembangkan kemampuan menirukan,
mengembangkan citra mental untuk menyelesaikan masalah, mengantisipasi konsekuensi,
menngetahui objek tetap ada setelah objek hilang dari pandangan.
Pada akhir dari periode sensorimotor, objek keduanya terpisah dari diri dan permanen. Objek
keabadian adalah pemahaman bahwa benda tetap ada bahkan ketika mereka tidak dapat dilihat,
didengar, atau disentuh. Mendapatkan pengertian objek permanen adalah salah satu prestasi bayi
yang paling penting, menurut Piaget.”
Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman
yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan
seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan)
pada pikiran anak terjadi pemilahan melalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu :
1. Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran
anak
2. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam
pikiran anak.
Kedua hal itu merupakan kejadian assimilasi.
Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema
yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam
skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti
keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini
anak mempunyai 2 pilihan :
a. Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak
berbuat apa-apa (jalan buntu)
b. Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun
mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari
tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.
Walaupun pada mulanya, Piaget beranggapan bahwa pada usia sekitar 15 tahun, hampir semua
remaja akan mencapai tahap perkembangan formal operation ini. Namun kenyataan
membuktikan bahwa banyak siswa SMU bahkan sebagian orang dewasa sekali pun tidak
memiliki kemampuan berpikir dalam tingkat ini.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini berpedoman kepada kegiatan pembelajaran
yang mesti melibatkan siswa. Menurut teori ini, pengetahuan tidak hanya sekadar dipindahkan
secara lisan, tetapi mesti dikonstruksi semua siswa. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam
kegiatan pembelajaran siswa, ia mestilah bersifat aktif. Pembelajaran koperatif adalah sebuah
model pembelajaran aktif dan bekerjasama. Pada masa ini, siswa telah menyesuaikan diri dengan
realitas konkrit dan harus berpengetahuan. Oleh sebab itu, dalam usaha meningkatkan kualitas
kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan
pemecahan masalah atau latihan meneliti dan menemukan (Semiawan 1990). Selanjutnya,
diungkap pembelajaran koperatif bahwa pembentukan mind dengan pengetahuan hafalan dan
latihan (drill) yang berlebihan, selain tidak mewujudkan peningkatan perkembangan kognitif
yang optimal.
e. Dampak Belajar
Kurikulum-pendidik harus merencanakan kurikulum sesuai dengan tahapan perkembangan yang
meningkatkan pertumbuhan logis dan konseptual siswa.
Instruksi-Guru harus menekankan peran penting bahwa siswa belajar dengan pengalaman atau
interaksi dengan lingkungan sekitarnya (bermain). Sebagai contoh, instruktur harus
mempertimbangkan peran konsep dasar, seperti obyek permanen, bermain dalam membentuk
struktur kognitif.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Menurut Slavin (dalam Nur :1998 : 27) implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget, penyajian materi jadi (ready
made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti
orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
Dari uraian tersebut pembelajaran menurut konstruktivis dilakukan dengan memusatkan
perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan
individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual
anak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendefinisikan kembali intelegensi, pengetahuan,
dan hubungan dengan lingkungannya.
Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi social, dan
ekuilibrasi.
Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi.
Dalam proses adaptasi dan organisasi terdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan persepsi baru
atau stimulus baru ke dalam skemata atau pola perilaku yang sudah ada.
implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga
sampai pada jawaban tersebut.
b. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget, penyajian materi jadi (ready
made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
c. Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti
orang dewasa dalam pemikirannya.
d. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
http://teoripiaget.blogspot.com/