1) Pengertian PBB Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutama ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. 2) Pembagian hasil penerimaan PBB Hasil penerimaan pajak merupakan penerimaan negara yang dibagikan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) untuk Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah Daerah Tingkat I sebagai pendapatan daerah yang bersangkutan (Pasal 18/1). Pendapatan daerah ini digunakan untuk membangun infrastruktur daerahnya masing-masing dalam rangka otonomi daerah. Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 34/PMK/2005 tentang Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tertanggal 23 Mei Tahun 2005, dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan sebagai berikut: a. 10% (sepuluh persen) untuk Pemerintah Pusat Jumlah 10 % (sepuluh persen) bagian Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut: 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan secara insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. b. 90% (sembilah puluh persen) untuk Daerah Jumlah 90% (sembilan puluh persen) bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat ( /1) huruf b dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk Daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi; 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota; 9% (sembilan persen) untuk Biaya Pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah. Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 90% (sembilan puluh persen) dari hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan bagian Daerah yang dibagi dengan rincian sebagai berikut: a. 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk Daerah Provinsi, yang dibagi dengan imbangan: 1. 30% (tiga puluh persen) untuk biaya pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan disalurkan melalui rekening khusus dana pendidikan; 2. 70% (tujuh puluh persen) untuk daerah Provinsi dan disalurkan melalui rekening Kas Daerah Provinsi b. 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan yang dibagi dengan imbangan: 1. 30% (tiga puluh persen) untuk biaya pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan disalurkan melalui rekening khusus dana pendidikan; 2. 70% (tujuh puluh persen) untuk Daerah Kabupaten/Kota dan disalurkan melalui rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota c. 9% (sembilan persen) untuk Biaya Pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah 3) PBB termasuk Pajak Pusat PBB merupakan pajak langsung yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang kemudian sebagian dari penerimaan PBB dibagikan kepada Pemerintah Daerah guna menambah dana Pemerintah Daerah dalam membangun infrastruktur daerahnya masing-masing dalam rangka otonomi daerah. 2. Mekanisme penyelesaian PBB a. Pendaftaran Objek dan Subjek PBB Pebdaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan PBB atau Pelayanan Pajak Pratama yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk utnuk pengambilan dan pengembalian SPOP dengan dilampiri bukti-bukti pendukung seperti: Sketsa/denah objek pajak Fotokopi KTP dan NPP Fotokopi sertifikat tanah Fotokopi akta jual beli Atau bukti pendukung lainnya Pengembalian SPOP oleh wajib pajak ke Kantor Pelayanan PBB dapat dilaksanakan dengan cara a. menyerahkan langsung ke Kantor Pelayanan PBB atau; b. mengirimkannya melalui pos tercatat wajib Pajak yang terlambat mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP sesuai dengan waktu yang ditentukan namun pengisiannya tidak benar, maka kepada Wajib Pajak yang bersangkutan dikenakan denda administrasi dan kepadanya akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor Pelayanan PBB atau tempat lain yang ditunjuk atau melalui teknologi internet dengan mencetak langsung dari : www.pajak.go.id. b. Pendataan Objek dan Subjek PBB Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah semua kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi, dan menatausahakan data Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan. Pelaksanaan pendataan ini dapat dilakukan dengan dua jenis kegiatan, yaitu: Penyusunan data awal Penyusunan data awal adalah semua kegiatan pendataan seluruh Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam suatu wilayah tertentu yang dilaakukan oleh kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan atau pihak lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pemutakhiran data Pemutakhiran data adalah suatu kegiatan memperbaharui atau menyesuaikan data yang ada berdasarkan verifikasi/penelitian Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan atau laporan perubaha/mutasi Objek dan atau Subjek Pajak dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan menggunakan formulir SPOP dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan. Pendataan dapat dilakukan dengan cara: Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang ada pada umumnya belum/tidak mempunyai peta, daerah terpencil atau potensi PBB relatif kecil. Identifikasi Objek Pajak Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif OP tetapi tidak mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara lengkap Verifikasi Objek Pajak Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat menentukan posisi relatif OP dan mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara lengkap. Pengukuran Bidang Objek Pajak Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak
c. Penilaian Objek Pajak
Penilaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan baik secara massal maupun secara individual dengan menggunakan pendekatan yang telah ditentukan. Kemudian hasil penilaian tersebut akan dijadikan sebagai dasar penentuan Nialai Jual Objek Pajak (NJOP). Kantor Pelayanan PBB melakukan pengklarifikasian NJOP berdasarkan Ketetapan Menteri Keuangan yang mengeluarkan Surat Keputusan KMK. 532/KMK/04/1998. d. Penghitungan PBB Cara untuk memudahkan penghitungan PBB terutang adalah dengan membuat klasifikasi bumi dan bangunan, yaitu pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya. Klasifikasi bumi dan bangunan tersebut sekaligus digunakan sebagai pedoman penentuan NJOP. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bumi adalah: 1. Letak; 2. Peruntukan; 3. Pemanfaatan; 4. Kondisi lingkungan dan lain-lain. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah: 1. Bahan yang digunakan; 2. Rekayasa; 3. Letak; 4. Kondisi lingkungan dan lain-lain. Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (assesment value = NJKP) yaitu suatu persentase tertentu dari NJOP yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan PBB. NJKP ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari NJOP. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2002: Objek PBB perkebunan, dan pertambangan sebesar 40% dari NJOP; Objek PBB lainnya : 1) Sebesar 40% dari NJOP apabila NJOP bernilai Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atau lebih; 2) Sebesar 20% dari NJOP apabila NJOP bernilai kurang dari Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). e. Penerbitan Surat Tagihan Pajak Surat Tagihan Pajak adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Setelah diterbitkannya Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak (SPPT) atas bumi dan bangunan, maka wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayarnya sesuai dengan masa jatuh tempo pembayaran SPPT. Bila waktu pembayaran melebihi jatuh tempo yang telah ditentukan maka wajib pajak akan dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat jatuh tempo SPPT sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. f. Tata Cara Pembayaran PBB Berdasarkan SPPT yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBBnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT. Sedangkan,bila berdasarkan SKP yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBBnya selambat- lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP. Pajak terutang dapat dibayarkan melalui Bank,Kantor Pos dan Giro, ATM bank-bank tertentu (BCA,BII), Petugas pemungut PBB Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi dengan SK Walikota/Bupati dan tempat lain yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan.