Anda di halaman 1dari 3

Muzainiyeh 070912061 1

Tugas Globalisasi dan Strategi

Globalization : On Capital and Authority

Salah satu ciri utama dalam globalisasi adalah adanya free-trade atau perdagangan bebas,
baik perdagangan barang maupun perpindahan Capital atau modal. Dalam jurnal kali ini kami
akan mencoba membahas mengenai krisis finansial yang terjadi di Asia pada tahun 1997 dan
mengkaitkannya dengan perpindahan arus modal serta wewenang atau peran pemerintah dalam
mengatur perekonomian suatu negara. Untuk mempermudah pembahasan maka kami akan
membaginya ke dalam tiga pertanyaan besar yakni : 1) Bagaimana prospek otoritas dalam
globalisasi financial?; 2) Sejauh mana globalisasi financial perlu diregulasi?; dan 3) Bagaimana
mensiasati volatilitas financial global?

Dalam tulisan Bhagwati (2004) yang berjudul “ The Perils og Gung-ho International
Financial Capital ” ada beberapa pendapat pakar ekonomi yang mengatakan bahwa krisis yang
terjadi di Asia tenggara merupakan salah satu bentuk teori ‘diminishing return’ yang mengatakan
bahwa penambahan faktor produksi yang terus menerus pada akhirnya tidak akan membawa
pada ke’efisien’an pada hasil produksi malah akan merugikan dan menjadi tidak efektif, contoh
dalam satu hari seorang tukang kebun dengan satu gunting dapat memotong rumput di lahan
seluas satu hektar, jika tukang kebun tersebut diberi tambahan satu gunting lagi (gunting sebagai
faktor produksi) tanpa tambahan tukang kebun lain, maka tindakan penambahan tersebut tidak
benyak berpengaruh pada luas lahan yang rumputnya berhasil dipotong. Begitu pula yang terjadi
di Asia, menurut teori ini beberapa negara di Asia mengalami akumulasi modal yang sangat
banyak dalam bentuk investasi sehingga mendorong pertumbuhan, namun akumulasi modal ini
tidak berdampak pada penguatan faktor produksi yang lain seperti teknologi. Para pakar ekonomi
seharusnya memperhitungkan hal tersebut dan mencegah diminishing return terjadi dengan cara
memajukan teknologi yang dapat mendorong produksi dalam jumlah besar, dalam contoh diatas
misalnya memberi tukang kebun alat pemotong rumput elektronik (Bhagwati, 2004, p. 200).

Bhagwati dalam artikelnya tidak setuju dengan teori diminishing return diatas, karena
pada kenyataannya negara-negara di Asia telah banyak mengalami kemajuan teknologi dengan
banyak mengimpor alat-alat produksi yang dapat menghasilkan barang dalam jumlah besar.
selain itu sungguh sangat tidak masuk akal jika teori diminishing return ini terjadi dengan begitu
cepat dan melanda negara-negara yang berusaha menempatkan diri dalam perdagangan bebas.
Muzainiyeh 070912061 2
Tugas Globalisasi dan Strategi

Oleh karena itu dalam artikenya Bhagwati menyebutkan alasan pakar ekonomi lainnya mengenai
penyebab krisis Asia yakni crony capitalism yang menuntun pada pelanggaran oleh para
pemegang jabatan (baca : korupsi) (Bhagwati, 2004, p. 201) seperti perlindungan yang diberikan
oleh para pemegang otoritas kepada beberapa perusaaan asing dengan iming-iming uang.

Berbeda dengan dua teori diatas, Bhagwati lebih fokus pada mengapa aliran modal begitu
mudahnya berpindah dari satu negara ke negara lainnya. Dia menjelaskan bahwa financial
global ibaratkan memilih satu diantara tiga restaurant dalam satu mall dan kita sebagai pembeli
tidak tahu harus memasuki yang mana. Ketika kita melihat salah satu restaurant itu banyak
pengunjungnya dan dua yang lainnya kosong maka kita akan berasumsi bahwa restaurant
tersebut lebih unggul daripada lainnya, dan kemudian kita memutuskan untuk membeli makanan
disana. Begitupula dalam financial global negara ibaratkan restaurant dan investor sebagai
pembeli, akibatnya ketika kepercayaan akan stabilitas perekonomian suatu negara tergoyahkan,
maka informasi mengenai ketidak-stabil-an ini akan menyebabkan serangkaian tindakan oleh
negara lain (Economic of Fallibility). Jadi ekonomi disini sudah berubah menjadi tidak rasional
lagi dan banyak dipengaruhi oleh faktor selain motif ekonomi seperti figur pemimpin negara atau
pemerintah. Sedangkan menurut Bhagwati sendiri alasan mengapa sampai terjadi krisis di Asia
adalah a) Adanya benih-benih kepanikan dan ketidakpercayaan dalam pinjaman modal jangka
pendek seperti yang sudah kami jelaskan diatas; b) Praktik kelembagaan yang belum
menyesuaikan diri dengan rezim free-trade; dan c) Buruknya regulasi perbankan dan financial di
negara-negara Asia. Sehingga ketika bank-bank komersial meminjam modal jangka pendek dari
luar negeri, karena tidak adanya regulasi yang mengikat maka bank-bank tersebut merasa bebas
dan meminjamkan dana tersebut dalam jangka panjang terhadap investor domestik tanpa
perlindungan yang memadai. Akibatnya ketika kepanikan terjadi dan pihak asing datang
menagih hutang ke bank-bank komersial arus modal banyak mengalir keluar sehingga bank-bank
tersebut juga berusaha menarik pinjamannya. Selain itu bank central juga mengurangi suplai
uang yang beredar dan menyimpannya sebagai cadangan. Hal-hal diatas akhirnya menyebabkan
para pebisnis gulung tikar dan kolapsnya bank (Bhagwati, 2004, p. 203)

Yang menarik dari krisis Asia ini adalah negara-negara yang menolak mengurangi
kontrolnya terhadap aliran modal seperti India dan China tidak mengalami krisis. Alih-alih krisis
Muzainiyeh 070912061 3
Tugas Globalisasi dan Strategi

menimpa negara yang berusaha ber-integrasi dengan pasar financial global. Kemudian negara
Malaysia yang berhasil pulih dari krisis dengan begitu cepatnya karena negara tersebut menolak
IMF sehingga lepas dari kontrol organisasi tersebut. Dan menerapkan teori Keynesian dengan
cara memperbaiki regulasi, kontrol terhadap aliran modal serta penguatan institusi (Bhagwati,
2004, p. 206). Dari penjelasan diatas maka jawaban kami untuk pertanyaan nomer 1) Bagaimana
prospek otoritas dalam globalisasi financial? Adalah otoritas dan kontrol pemerintah memiliki
peran yang signifikan dalam globalisasi. Karena dalam globalisasi, pasar financial global
disini memang menandingi otoritas negara namun tidak men-take over segalanya (baca:
Age of Emulation).

Selanjutnya jika regulasi pemerintah disini berperan penting dalam mengatur aliran
modal yang keluar-masuk, agar tidak menimbulkan krisis lagi dan menurunkan tingkat
kesejahteraan rakyat, maka pertanyaan nomer 2) Sejauh mana globalisasi financial perlu
diregulasi? Menurut pendapat kami perlu adanya tarif dalam globalisasi financial, dengan
kata lain pasar dunia harus membayar jika ingin investasi di suatu negara dan sektor-
sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikontrol oleh pemerintah.

Pertanyaan selanjutnya adalah 3) Bagaimana mensiasati volatilitas financial global?


Volatilitas atau ketidakpastian aliran modal yang keluar masuk di suatu negara, menurut kami
disebabkan oleh bibit-bibit kepanikan atau ketidakpercayaan terhadap stabilitas perekonomian
suatu negara, oleh karena itu untuk mensiasati volatilitas financial global ini maka pemerintah
setempat harus memastikan keamanan negaranya, kepastian regulasi serta stabilitas
politik, dan tak ketinggalan pemerintah juga perlu menerapkan selective capital atau
memilih modal investasi seperti apa yang bisa masuk ke negaranya. Serta mengutamakan local
trade dan local investment.

Referensi :

Bhagwati, J. (2004). The Perils of Gung-ho International Financial Capitalism. In J. Bhagwati,


In Defense of Globalization (pp. 199-207). New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai