Anda di halaman 1dari 4

AIDS, Narkoba dan Pergaulan Bebas

Narasumber: dr Soares dan Frater Yohanes Kopong, MSF Host: Rocky Natio
Pasaribu dan Theofilus Lie Wa

Rekan setia, seperti kita ketahui bersama bahwa 1 Desember diperingati sebagai hari
AIDS sedunia. Data-data terakhir yang muncul mengenai perkembangan penderita HIV
maupun AIDS di dunia sangat menyentak kita. Lebih menyentak lagi memperhatikan
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang perkembangannya sangat cepat
dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Hal ini merupakan momok dan harus ditangani
secara serius.

Rocky: Dokter, sebelum kita masuk lebih jauh dalam substansi, bisa Dokter jelaskan
mengenai fenomena pergaulan bebas, narkoba, serta AIDS itu sendiri dari sudut pandang
medis?
Dr.Soares: Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia
sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang
lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship).Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan,
sehingga setiap manusia tidak tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan
melakukan diskrriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia
harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta
norma bermsayarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau
terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan
menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. Begitupun dengan narkoba, narkotika dan obat-
obatan berbahaya adalah suatu kemajuan dalam bidang medis yang dicapai oleh manusia
yang ditujukan untuk membantu manusia dalam aspek medis. Jadi jika narkoba dipakai
diluar aspek medis, itu adalah suatu pelanggaran hukum atau norma yang sebenarnya.

Rocky: Apa bedanya HIV dengan AIDS?


Dr.Soares: AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
atau kumpulan gejala atau sindroma akibat dari kekurangan sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, jadi HIV adalah
virus yang menginfeksi manusia dan menyebabkan AIDS. Jadi AIDS merupakan suatu
fase dari infeksi HIV.

Theo: Baik, kembali ke fenomena perkembangan jumlah penderita Dok. Sejauh ini
berapa banyak penderita HIV dan AIDS di Indonesia saat ini, bagaimana di Kalimantan
Timur khususnya Kota Balikpapan?
Dr.Soares: Bicara mengenai jumlah penderita AIDS atau HIV positif adalah suatu hal
yang gampang-gampang susah, tetapi yang pasti dari awal tahun 2000 an angkanya
meningkat dengan drastis. Diperkirakan oleh Departemen Kesehatan penderita HIV-
AIDS di Indonesia antara 80.000 – 120.000 orang, di Kalimantan Timur tahun 2005
jumlah penderitanya sekitar 56 orang, dan separuhnya di Balikpapan.
Theo: Dari jumlah tersebut, apakah dapat diidentifikasi kategorisasinya, misalnya dari
segi umur, jenis pekerjaan, cara terinfeksi, dan kategori lain?
Dr.Soares: Penderita HIV-AIDS secara nasional memiliki pola dimana lelaki lebih
banyak menderita penyakit ini dibandingkan dengan perempuan. Di Jakarta,
penularannya lebih banyak dikalangan pengguna narkoba jenis suntikan, tetapi di Papua,
penularannya lebih banyak melalui aktivitas seksual bebas. Secara nasional penularannya
melalui hubungan seks dan penggunaan jarum suntik dikalangan pengguna narkoba,
sedangkan melalui transfusi darah masih belum terdeteksi. Usia penderita kebanyakan
berkisar antara 20 – 30 tahun, jadi dewasa muda.

Rocky: Baik, masih menyambung pertanyaan sebelumnya sebelum beralih ke Frater


Koppong. Baik Dokter, dari sudut pandang orang awam dan medis, apakah ada dampak
positif dari suatu pergaulan bebas?
Dr.Soares: Kembali lagi, kalau kita berpegang pada hakikat pergaulan yang
sesungguhnya, tentunya pergaulan bebas itu ada dampak positifnya bila mengikuti
rambu-rambu norma hukum, agama, budaya dan masyarakat, yang dianut oleh setiap
kelompok masyarakat. Dengan bergaul secara bebas tapi taat norma, setiap individu
dapat belajar untuk mandiri, mengetahui kelebihan dan kekurangan, mendewasakan
secara psikis, mental dan masih banyak lagi manfaat positif lainnya.

Rocky: Frater, bagaimana sih gereja memandang pergaulan bebas dan narkoba serta
AIDS ini?
Frater: Untuk memperjelas masalah pergaulan bebas, kita perlu melihat per kasus dan
dampaknya bagi perkembangan hidup kaum muda itu sendiri. Kalau pergaulan bebas
menyangkut masalah free seks dan pada akhirnya mengarah pada tindak kejahatan yang
lain seperti Narkoba, HIV-AIDS, miras dan lainnya; maka Gereja memandang hal itu
sebagai sebuah tindakan immoral yang merupakan dampak dari berbagai krisis sosial
ekonomi yang dialami bangsa. Mengapa di sebut sebagai tindakan immoral, karena
kapasitasnya sebagai manusia utuh dan yang bermartabat (dalam hal ini sebagai Kaum
Muda yang adalah Genereasi penerus bangsa dan Gereja) direndahkan bahkan dilecehkan
dengan tindakan atau sikapnya yang melanggar norma moral dan iman. Untuk AIDS
sendiri, Gereja memandangnya sebagai masalah yang mengancam segala aspek
kehidupan baik individu maupun sebagai anggota manusia sedunia. Bagi Gereja AIDS
bukanlah masalah kesehatan semata, melainkan juga masalah moral, hubungan sosial,
ekonomi, etika, hukum dan lain-lain. Gereja memandang bahwa HIV-AIDS dan Narkoba
merupakan kejahatan sosial baru yang merupakan dampak dari situasi bangsa yang
berada dalam lingkaran kemiskinan. Singkatnya baik free sex, Narkoba dan AIDS
merupakan tindakan penyalahgunaan yang bertentangan dengan nilai-nilai iman dan
moral.

Rocky: Bisa mungkin Frater ceritakan, apa saja usaha-usaha yang telah dan/atau akan
Gereja Katolik lakukan untuk meminimalisir dan mencegah perkembangan AIDS ini?
Frater : Pertama-tama saya mau mengatakan katakan bahwa Gereja tidak mempunya
solusi yang tepat dalam proses pencegahan AIDS (karena AIDS menyangkut banyak
aspek), tetapi lebih memberikan anjuran dan pesan moral untuk membuka sebuah
cakrawala baru mengenai masalah tersebut bagi pendampingan keluarga, kaum muda
semua umat beriman. Usaha-usaha yang telah (menurut pengamatan saya pribadi) Gereja
lakukan adalah dengan mendirikan Yayasan Rehabilitasi bagi para pencandu narkoba
seperti kalau di Yogyakarta: Yayasan HANA. Mengadakan seminar-seminar seputar
HIV-AIDS, NARKOBA dan dampaknya bagi kesehatan dan kehidupan manusia.
Langkah yang lainnya adalah mengajak seluruh komponen, terutama keluaraga-
keluaraga, kaum muda untuk mampu bertanggung jawab atas perilakunay dan sadar akan
martabatnya sebagai ciptaan Tuhan yang sangat dicintai oleh-Nya. Maka dari itu bagi
Gereja sebagaimana yang diserukan oleh Paus Yohanes Paulus II, upaya HIV-AIDS
senantiasa melalui penyebaran informasi yang lengkap dan berlandaskan pada nilai-nilai
positif kepada setiap insan khususnya kaum muda agar dapat terjadi perubahan sikap dan
cara hidup yang baru sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Bagi mereka yang
tertular AIDS, Gereja juga tidak menutup mata, melainkan mendoakan mereka dan
memperhatikan serta merangkul mereka dengan penuh cinta kasih sebagai makhluk yang
bermartabat.

Theo: Bagaimana peran keluarga dalam hal ini?


Frater: Yang jelas peran keluarga khususnya orang tua adalah berkewajiban mendidik
ana-anak agar mereka berperilaku penuh tanggung jawab, termasuk perilaku seksual.
Keluarga-keluarga hendaknya menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, harmonis,
simpatik dan empathy bagi bertumbuhnya nilai-nilai iman dan moral dalam keluarga.
Peranan keluarga yang lainnya adala memberikan informasi yang tepat kepada anak-
anak, dan mendidik mereka agar sedini mungkin mampu mengambil keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Rocky: Frater, setelah kita mengetahui fakta-fakta bahwa betapa pesatnya pertumbuhan
pengidap HIV dan penderita AIDS dewasa ini dan telah mencapai suatu angka yang
sangat mengkhawatirkan dan sebagian besar muncul akibat dari pemakaian narkoba serta
pergaulan bebas dalam pengertian sex bebas serta lebih jauh lagi si pengidap sebagian
besar merupakan kalangan muda yang produktif dan atau yang diharapkan akan
produktif, apa kira-kira yang harus kita sebagai umat Katolik, serta Gereja Katolik harus
lakukan pada masa-masa mendatang ini untuk mencegah lajunya perkembangan yang
mengkhawatirkan ini Frater?
Frater: Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak
dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan prbadi, keluarga) yang akhirnya
mambawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Di sisi lain baik pergaulan
bebas (free sex, narkoba, HIV-AIDS merupakan tawaran yang sudah merupakan satu
mata rantai lingkaran setan yang menggerogoti kehidupan kaum muda pada khsususnya.
Untuk itu menurut saya; usaha yang bisa kita lakukan adalah memberikan informasi
postitp (tidak menakut-nakuti) yang lengkap mengenai permaslaahan-permasalahan dan
dampaknya bagi kehidupan manusia serta memberikan pendampingan (keterlibatan
dalam satu organisasi), kunjungan. Pendampingan dan kunjungan ini lebih menyangkut
nilai-nilai iman dan moral yang hendak kita sampaikan untuk membuka wawasan bagi
mereka agar mampu mengubah cara pandang mereka dan mampu mengambil keputusan
yang bertanggung jawab atas tawaran-tawaran di atas.
Rocky: Kalau dari segi medis, Dokter?
Dr.Soares: Sebagai seorang dokter dan juga sekaligus Katolik, saya melihat bahwa
banyak yang dapat dilakukan oleh Gereja Katolik. Saya pernah membaca kisah hidup
Santo Yohanes Bosco, hari rayanya tanggal 31 Januari, dimana beliau berjuang untuk
membantu memberdayakan kaum muda di Italia pada masanya dengan menggunakan
gereja sebagai pusat doa dan karya bagi kaum muda. Saya dibesarkan secara moral dan
spiritual di lingkungan gereja saya, sewaktu saya di Timor Timur, Paroki saya namanya
Paroki Santo Antonio Motael – Dili. Setiap Katolik jika mau bercermin pada kaidah-
kaidah atau norma-norma ajaran Katolik dan bertingkah laku menurut aturan itu serta
lingkungan Parokinya, saya yakin Gereja Katolik dapat menjawab tantangan pergaulan
bebas yang marak dan infeksi HIV-AIDS yang merajalela saat ini.

http://xpresi-riaupos.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai