Anda di halaman 1dari 6

BAB 11

KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

11.1 Pendahuluan

Salah satu sarana hukum untuk menyelesaikan utang piutang sebelum tahun
1998 kepailitan dalam Fasillissment Verordning tb. Sementara itu , Undang –undang
tentang kepailitan dan penundaan kewajiban ini didasarkan pada asas-asas, antara lain :

1. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan adalah di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat


mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh
debitor yang tidak jujur.

2. Asas Kelangsungan Usaha

Asas kelangsungan usaha adalah terdapat ketentuan yang memungkinkan


perusahaan debitor yang propestif tetap dilangsungkan.

3. Asas Keadilan

Asas keadilan adalah untuk mencegah terjadinya kesewenang – wenangan pihak


penagih yang mengusahakan pembayaran atas tiap-tiap tagihan terdapat debitor
dengan tidak memperdulikan debitor lainnya.

4. Asas Integrasi

Asas integrasi adalah system hukum formil dan hukum materiilnya merupakan
satu kesatuan yang utuh dari system hukum perdata dan hokum acara perdata
nasional.

Dengan demikian , Undang-undang kepailitan dan penundaan kewajiban


pembayaran utang merupakan perlindungan bagi kepentingan para kreditor
umum/konkuren yang perlunasannya didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 1131 Yo
Pasal 1132 KUH Perdata, terdapat kelemahan dalam pelunasan piutang.
11.2 Pengertian Pailit

Pengertian pailit atau bankrut menurut Black’s Law Distionary adalah seorang
pedagang yang bersembunyi atau melakukan tindakan tertentu yang cenderung
mengelabui pihak kreditornya.

Sementara itu , dalam Pasal 1 butir 1, kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Dalam Pasal 1 butir 7 yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban yang
dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia
maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian
hari, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang yang wajib dipenuhi oleh
debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.

11.3 Pihak-Pihak yang Dapat Mengajukan Kepailitan

Adapun syarat-syarat yang dapat mengajukan permohonan kepailitan


berdasarkan Pasal 12 adalah sebagai berikut.

1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas

2. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk


kepentingan umum

a) Debitor melarikan diri

b) Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan

c) Debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara(BUMN)


atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat

d) Debitor mempunyai utang yang berasal dari perhimpunan dana


masyarakat luas

e) Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan


masalah utang piutang yang telah jatuh waktu
f) Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum

3. Debitor adalah bank umum permohonan pernyataan pailit bagi bank sepenuhnya
merupakan kewenangan Bank Indonesia

4. Debitor adalah perusahaan efek , lembaga kliring dan penjamin, lembaga


penyimpanan dan penyelesaian, permohonan hanya dapat diajukan oleh BPPM

5. Debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau


BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik maka permohonan
pernyataan pailit sepenuhnya ada pada Menteri Keuangan

Apabila debitor merupakan badan hukum , tempat kedudukan hukumnya adalah


sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya. Jadi pengadilan yang berwenang
adalah pengadilan niaga dalam lingkungan peradilan umum. Putusan atas permohonan
pernyataan pailit harus diucapkan dalam siding terbuka untuk umum dan dapat
dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan diajukan suatu upaya hukum.

Apabila kreditor atau debitor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator ke


pengadilan maka BHP bertindak selaku kurator yang bukan BHP maka kurator tersebut
haruslah independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan dengan pihik kreditor
atau debitor.

11.4 Keputusan Pailit dan Akibat Hukumnya

Apabila debitor adalah perseroan terbatas, organ perseroan tersebut tetap


berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaan fungsi tersebut menyebabkan
berkurangnya harta pailit maka pengeluaran uang yang merupakan bagian harta pailit
adalah wewenang kurator.

Namun ketentuan sebagaimana Pasal 21 diatas tidak berlaku terhadap barang-


barang sebagai berikut.

1. Benda, termasuk hewan yang benar – benar dibutuhkan oleh debitor sehubungan
dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk
kesehatan, tempat tidur, dan perlengkapan yang digunakan oleh debitor dan
keluarganya

2. Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaanya sendiri


3. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi
nafkah menurut undang-undang

Dengan demikian , putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala penetapan


pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitor yang telah dimulai sebelum
kepailitan harus dihentikan seketika dan sejak saat itu tidak ada suatu putusan yang
dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera debitor.

11.5 Pihak – Pihak Yang Terkait dalam Pengurusan Harta Pailit

Dalam penguasaaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak hanya
kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang telibat adalah sebagai berkikut :

1. Hakim pengawas bertugas untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan


harta pailit

2. Kurator bertugas melakukan pegurusan dan atau pemberesan harta pailit

3. Panitia Kreditor dalam putusan pailit atau dengan penetapan , kemudian


pengadilan dapat membentuk panitia kreditor, terdiri atas tiga orang yang
dipilih dari kreditor yang telah mendaftarkan diri untuk diverfikasi , dengan
maksud memberikan nasihat kepada kurator.

11.6 Penundaan Kewajiban Pembayaran utang

Penundaan kewajiban pembayaran utang diberikan kepada debitor yang tidak


dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya
yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
debitor.

Dalam hal debitor adalah bank, perusahaan efek, bunga efek, lembaga kliring
dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan asuransi, perusahaan
reasuransi, dana pensiun, dan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik maka
yang dapat mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah
lembaga sebagaimana dimaksud diatas.
Dalam Pasal 244 tidak berlaku penundaan kewajiban pembayaran utang, antara lain :

a) Tagihan yang dijamin dengan gadai , jaminan fidusia, hak tanggungan,


hipotik atau hak agunan atas kebendaan lainnya

b) Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang sudah


harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan
yang sudah ada dan belum dibayar sebelum penundaan kewajiban
pembayaran utang yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk
diistimewakan

c) Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitor


maupun terhadap seluruh harta debitor yang tidak tercakup diatas.

11.7 Pencocokan (Verifikasi) Piutang

Pencocokan piutang merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam proses
kepailitan, karena dengan pencocokan piutang inilah nantinya ditentukan perimbangan
dan urutan hak dari masing-masing kreditor, yang dilakukan paling lambat 14 hari sejak
putusan pernyataan pailit mempunyai kekuatan hukum tetap.

Suatu piutang yang telah diakui dalam rapat mempunyai kekuatan mutlak dalam
kepailitan, sedangkan dalam piutang yang dibantah/tidak diakui, sementara hakim
pengawas tidak dapat mendamaikannnya maka hakim pengawas akan menunjuk para
pihak untuk menyelesaikannya dalam suatu siding pengadilan yang ditentukan olehnya.

Dengan demikian, debitur wajib hadir sendiri dalam rapat pencocokan piutang
agar dalam memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai
sebab-musabab kepailitan dan keadaan harta pailit.

Perdamaian ( Accord )

Debitur pailit berhak untuk menawarkan rencana perdamaian (accord) kepada


para krediturnya. Namun, apabila debitur pailit mengajukan rencana perdamaian, batas
waktunya paling lambat delapan hari sebelum rapat pencocokan rapat piutang
menyediakannya di kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat dengan cuma-cuma oleh
setiap orang yang berkepentingan.

Kreditur dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan


apabila debitur lalai memenuhi isi perdamaian tersebut.

Debitur wajib membuktikan bahwa perdamaian telah dipenuhi.apabila tidak


dapat dibuktikan maka dalam putusan pembatalan perdamaian diperintahkan supaya
kepailitan dibuka kembali.

Dalam hal kepailitan dibuka kembali,harta pailit dibagi diantara para kreditur
(insolvensi) dengan cara

a) jika kreditur lama maupun kreditur baru belum mendapat pembayaran,hasil


penguangan harta pailit dibagi diantara mereka secara pukul rata adalah
pembayaran menurut besar kecilnya piutang masing-masing.

b) Jika telah dilakukan pembayaran sebagian kepada kreditur lama,kreditur lama


dan kreditur baru berhak menerima pembayaran sesuai dengan presentase yang
telah disepakati dalam perdamaian.

c) Kreditur lama dan kreditur baru berhak memperoleh pembayaran secara pukul
rata atas sisa harta pailit setelah dikurangi pembayaran sebagai mana dimaksud
pada huruf b sampai dipenuhinya seluruh piutang yang diakui.

d) Kreditur lama yang telah memperoleh pembayaran tidak diwajibkan untuk


mengembalikan pembayaran yang telah diterimanya.

11,9 Permohonan Peninjauan Kembali

Terhadap keputusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat
diajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, permohonan
peninjauan kembali dapat diajukan apabila

a) Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa dipengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan

b) dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai