Anda di halaman 1dari 15

SANITASI LINGKUNGAN

DAN
KESMAVET

11 April 2008
SANITASI

Pengawasan faktor–faktor dalam lingkungan fisik


manusia yang dapat menimbulkan pengaruh
yang merugikan terhadap kesehatan (WHO)

Dapat diartikan juga sebagai suatu usaha


pencegahan penyakit untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal
LINGKUNGAN

Adalah tempat pemukiman dengan segala


sesuatu dimana organisme itu hidup
KATEGORI LINGKUNGAN
• Lingkungan fisis (abiotis):
– Geografi: pegunungan, tanah datar
– Geologi: sumber-sumber air
– Iklim
• Lingkungan biologis:
– Flora
– Fauna
LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Memiliki hubungan timbal balik, dimana
lingkungan dapat berakibat atau
mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat

Lingkungan merupakan bagian dari segitiga


epidemiologi:
- Lingkungan
- Inang
- Agen penyakit
LINGKUNGAN DAN PENYAKIT
• Penyebab langsung
• Sebagai predisposing factor berperan
dalam menunjang terjangkitnya penyakit
pada manusia dan hewan
• Sebagai medium transmisi penyakit
• Sebagai faktor yang mempengaruhi
perjalanan penyakit
SANITASI LINGKUNGAN DALAM
KESMAVET
• Penyediaan air (water suply)
• Pembuangan limbah kotoran hewan (excreta
disposal)
• Pembuangan sampah (garbage disposal)
• Pembuangan air limbah (sewage disposal)
• Perumahan/kandang (housing)
• Pencemaran (polution)
• Sanitasi makanan (food sanitation)
• Pengawasan serangga dan tikus (insect &
rhodent control)
LIMBAH TERNAK
Adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak,
rumah potong hewan, pengolahan produk
ternak, dll.

Limbah tersebut meliputi:


limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine,
sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah,
bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll
DAMPAK NEGATIF LIMBAH TERNAK

• Pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia dapat meningkatkan


kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek
polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan
konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya
proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai
hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat
mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978).

• Limbah cair Rumah Pemotongan Hewan dapat mengakibatkan


kualitas air menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan
amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain
itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan
manusia.

• Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat berperan sebagai
sarana penularan penyakit, misalnya penyakit AI, anthrax, dsb
MANAJEMEN DAN JALUR POLUSI
LIMBAH TERNAK

Peternakan Sapi

Limbah (feces, Urine, dll)

Limbah Padat Limbah Cair

Penggunaan Dikeringkan Penimbunan Tangki


langsung utk dijual Manure Penampungan

Pupuk Tanaman Ditimbun di Saluran Air


Area pemukiman

Polusi

(Chantalakhana dan Skunmun, 2002)


PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK

Ekskreta ternak ruminansia dapat


dimanfaatkan sebagai:
• bahan pakan
• Media tumbuh
• pupuk organik
• gas bio
• briket energi.
• Perlindungan hama tanaman
SANITASI DAN KESMAVET

PERAN DOKTER HEWAN:

Dengan dasar ilmu yang dimiliki dapat


memastikan bahwa produk ternak (daging,
susu, dan telur) yang dipasarkan aman
dikonsumsi manusia.

“Halalan thayyiban”….halal, bersih dan


sehat.
KESEHATAN PRODUK TERNAK

• Produk asal hewan dapat terkontaminasi atau tercemar mikroba, residu obat hewan
seperti produk biologis (vaksin, sera dan anifen) farmasetik serta premiks dan bahan
kimia serta pemakaian bahan pengawet tertentu yang merugikan konsumen.
• Pemerintah melalui bidang kesehatan masyarakat veteriner, dalam peraturan
pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang kesehatan masyarakat veteriner
menetapkan bahwa daging yang layak dikonsumsi manusia harus memenuhi
persyaratan aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
• Untuk memenuhi kriteria tersebut beberapa perlakuan disyaratkan baik untuk hewan
hidup yang akan dipotong di rumah potong hewan (RPH)/rumah potong unggas
(RPU), hewan perah maupun ayam petelur, penanganan daging, pengangkutan,
tempat penjualan dan pengawetan.
• Penanganan daging umumnya dimulai dari pemotongan ternak sampai dengan
daging siap untuk dimakan olek konsumen.
• Di RPH atau RPU dokter hewan melaksanakan pemeriksaan ante mortem (sebelum
dipotong) dan pemeriksaan post mortem (setelah dipotong) terhadap setiap jenis
ternak dan dilaksanakan berdasarkan ketentuan undang-undang veteriner.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut hewan yang dinyatakan tidak sehat akan
dibatalkan untuk dipotong atau daging asal hewan dimusnahkan. Hal ini terutama
berkaitan erat dengan adanya penyakit hewan yang mengancam kesehatan
manusia (penyakit zoonosis).
• Pemotongan hewan di luar RPH atau RPU tanpa pengawasan dokter hewan/mantri
hewan beresiko tinggi terhadap konsumen karena peluang terhadap penularan
penyakit asal hewan sangat tinggi terutama sebab tidak diketahui sejarah asal
usulnya, apalagi bila berasal dari hewan yang sedang sakit atau mati.
ISLAM DAN SANITASI
LINGKUNGAN

• “Kebersihan sebagian dari iman”

• Dengan menjaga kebersihan hidup anda


akan aman
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai