Anda di halaman 1dari 2

Introduction

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan komisi yang dibentuk untuk mengawasi
pelaku usaha dalam mejalankan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat. Salah satu kasus praktek monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat yang ditangani oleh KPPU adalah kasus Carrefour mengakuisisi 75% saham PT Alfa
Retailindo. Akuisisi tersebut mengakibatkan Carrefour dianggap melakukan praktek monopoli
dan mempunyai posisi dominan dalam pasar ritel setelah mengakuisisi PT Alfa Retailindo.

Bukan kali ini saja Carrefour dibidik KPPU, sebelumnya peritel yang kini memiliki puluhan
gerai tersebut telah dijatuhi hukuman denda Rp 1 Miliar karena telah menetapkan syarat
perdagangan yang memberatkan sehingga salah satu pemasoknya bangkrut.

KPPU melalui putusannya untuk perkara Nomor 09/KPPU-L/2009 tanggal 3 November 2009
memutuskan Carrefour bersalah dan harus melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya di PT.
Alfa Retailindo dan menjatuhkan sanksi berupa denda Rp25 Milliar. Dalam putusan tersebut
dinyatakan bahwa Carrefour terbukti secara sah memonopoli dan mendominasi pasar hulu
(upstream) ritel di Indonesia setelah mengakuisisi 75% saham PT. Alfa Retailindo pada Januari
2008. KPPU menilai Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 17 ayat (1)
dan pasal 25 ayat (1) a UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.

Pasal 17 (1) menyatakan pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan tidak sehat. Sedangkan pasal 25 (1) a menyebutkan, pelaku usaha dilarang
menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menetapkan
syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen
memperoleh barang dan jasa yang bersaing dari segi harga maupun kualitas.

Dalam kasus ini carrefour telah menyalahgunakan posisi dominannya dengan meningkatkan dan
memaksa potongan-potongan harga pembelian barang pemasok melalui skema trading term,
dimana pasca akuisisi Alfa potongan trading term meningkat dalam kisaran 135-20%
KPPU juga memerintahkan untuk melepaskan seluruh saham kepemilikan PT Carrefour
sebanyak 75% pada PT Alfa Retailindo Tbk kepada pihak yang tidak berafiliasi dengan PT
Carrefour selambat-lambatnya 1 tahun setelah putusan berkekuatan tetap.

Atas putusan tersebut PT. Carrefour mengajukan keberatan melalui Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Hal ini mengacu pada pasal 44 ayat 2 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat, yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dapat
mengajukan keberatan atas keputusan KPPU kepada Pengadilan Negeri. PN Jaksel melalui
putusannya pada tanggal 17 Februari 2010 membatalkan putusan KPPU tersebut. Dalam
putusannya majelis hakim PN jakarta Selatan tersebut mengabulkan permohonan PT Carrefour
karena menilai KPPU telah salah dalam menafsirkan terkait monopoli pasar ritel di Indonesia,
sehingga menyebutkan bahwa Carrefour menguasai pasar ritel 58%. Majelis Hakim juga
menggunakan acuan 3 riset yakni AC Nielsen, Mars Indonesia dan Euro Monitor yang
menyebutkan bahwa dalam penelitian pasar ritel menyebutkan bahwa Carrefour tidak menguasai
pasar ritel secara dominan.

Di tingkat Kasasi, Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor : 502.K/Pdt.Sus/2010 tanggal 21


Oktober 2010 secara resmi menolak kasasi KPPU dalam kasus tersebut, sehingga KPPU harus
membatalkan keputusannya atas Carrefour.

Anda mungkin juga menyukai