Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

PARASITOLOGI

Cacing Parasit Penyebab Penyakit Kaki Gajah (Filiriasis)

OLEH :

STENDY S.T
H411 06 050

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
FILARIASIS

Filariasis limfatik atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai

penyakit kaki gajah dan di beberapa daerah disebut untut adalah penyakit yang disebabkan oleh

infeksi cacing filaria. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan

penyakit menular, ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit

(larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah

menjadi penyakit tersebut.

Cacing Filaria berlabuh di tubuh manusia pada saluran Lymphe/Getah bening, Cacing

yang dewasa akan hidup dan sampai mati pada saluran getah bening, karena tertutup oleh cacing

maka saluran getah bening akan menggembung dan bisa mengalami kalsifikasi hingga semakin

menutup saluran dan getah bening akan membuat saluran yang lain dan seterusnya semakin

besar.

Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat

menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan

maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian

bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu

aktifitas sehari-hari.
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah

tertular sebelumnya. Cacing Filaria tersebut akan melepaskan larva cacing ke saluran darah

berupa MicroFilaria, larva cacing/microfilaria ini akan tershisap oleh nyamuk pada waktu

nyamuk menggigit/menghisap darah orang penderita. Setelah beberapa hari microfilaria

berkembang di dalam tubuh nyamuk akan ditularkan ke orang yang sehat pada saat nyamuk

menghisap darah lagi ke orang yang sehat.

Mikrofilaria/larva cacing Filaria akan dilepaskan kedalam pembuluh darah orang lain

pada saat nyamuk menghisap darah lagi. Larva cacing Filaria akan ikut peredaran darah dan

tinggal di kelenjar lymphe/getah bening di Ketiak membuat pembengkakan yang disebut Bubo.

Selanjutnya setelah istirahat di kelenjar getah bening di ketiak tersebut, larva cacing akan

bermigrasi menuju tempat berlabuh permanennya yaitu di Kaki, scrotum,labia mayora atau

tangan penderita.

Vektor Penyebaran

Menurut Zuhasril, seorang dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

berdasarkan  tempat pembiakan cacing dewasanya, vektor vilariasis dapat digolongkan menjadi 2

jenis,yaitu:

1. Vektor Filariasis Limfatik

Filariasis limfatik dapat menyebar melaui  nyamuk yang termasuk dalam jenis Aedes,

Anopheles,Culex,Mansonia,Coquiletiddia, dan Armigeres.

Beberapa spesies dari Anopheles,Culex dan Aedes telah dilaporkan menjadi vektor 

filariasis bancrofti di perkotaan atau di pedesaan. Vektor utama filariasis di daerah perkotaan
adalah Culex quinguefasciatus,sedangkan di pedesaan filariasis bancrofti dapat ditularkan

melalui Anopheles aconitus,Anophles bancrofti dan Anopheles farauti. Vektor utama dari

Filariasis malayi ialah Mansonia uniformis,Coquilettidia crassipes, Anopheles barbirostris,dan

Anopheles nigerrimus. Sedangkan vektor utama filariasis timoris adalah Anopheles barbirostris.

2. Vektor Filariasis Nonlimfatik

Vektor filariasis Alimfatik adalah lalat yang termasuk dalam ordo Diptera dari kelas

Insekta,yaitu genus  Simulium dan Chrysops. Dari genus Simulium terdapat lalat yang bernama

Simulium damnosum,lalat ini menyebabkan Onchocerca volvulus di Afrika. Sedangkan lalat dari

jenis Chrysops,seperti Chrysops centurionis,Chrysops longicornis dan Chrysops distinctipennis

dapat menyebarkan mikrofilaria Loa loa.

Jadi,vektor penyebaran penyakit filariasis itu terdiri dari 2 jenis,yaitu vektor filariasis

limfatik dan filariasis non limfatik. Keduanya memiliki vektor yang berbeda.

Agen Filariasis

Seperti yang telah disebutkan di atas,terdapat beberapa jenis cacing filariae yang dapat

menyebabakan filariasis. Cacing-cacing itu antara lain :

1. Wucheria bancrofti

Menurut Felix Partono,cacing ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis di seluruh

dunia termasuk di Indonesia. Mempunyai ukuran bervariasi, yang betina berukuran 65-100 mm ×

0,1 mm dan yang jantan 40 mm × 0.1 mm. Cacing betina dapat mengeluarkan mikrofilaria yang

bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron × 7-8 mikron. Bentuknya halus seperti benang dan

berwarna putih susu. Pada umumnya, microfilaria W.brancrofti bersifat periodisitas


nokturna,artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam aliran darah tepi pada waktu malam. Pada

siang hari microfilaria hanya terdapat di kapiler alat dalam.

Cacing ini mengalami 5 stadium pertumbuhan untuk menjadi dewasa. Mula-mula

mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk,melepaskan sarungnya di dalam lambung,kemudian

bersarang di otot toraks. Pada stadium I,larva cacing ini memendek. Dalam waktu kurang dari

seminggu,larva ini kemudian berganti kulit,tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut

larva stadium II. Larva berganti kulit sekali lagi pada hari kesepuluh menjadi larva stadium III.

Kemudian, jika larva ini pindah ke tubuh manusia,larva ini dapat mengalami dua kali pergantian

kulit,tumbuh menjadi larva stadium IV dan menjadi dewasa atau stadium V. Umur cacing

dewasa mencapai 5-10 tahun.

2. Brugia malayi

Menurut Tomio Yamaguchi, Brugia malayi adalah jenis cacing filariae yang dapat

ditemukan dari Asia Tenggara sampai Pasifik Barat Daya. Juga pernah ditemukan di Korea

Selatan. Cacing dewasa B.malayi lebih kecil daripada W.brancofti. Yang jantan panjangnya 22 –

23 mm dan lebarnya 0,88 mikron,dan yang betina mempunyai panjang 55×0,16 mm. Berbeda

dengan W.bancrofti yang ekornya tak memiliki nuklei(titik inti) di ekornya,sementara B.malayi

memiliki nuklei di ekornya.

Daur hidup dari B.malayi hampir sama dengan W.bancrofti,kecuali di daerah tertentu,di

mana vektornya berbeda dari W.bancrofti. Yang termasuk vektor B.malayi adalah

Mansonnia,Anopheles,dan Aedes.
3. Brugia timori

Menurut Markell,Voge dan John, mikrofilaria dari jenis ini pertama kali ditemukan pada

tahun 1964 di kepulauan Timor. Kemudian,penyakit ini menyebar ke pulau-pulau di Dangkalan

Sunda.

Mikrofilaria B.timori dapat dengan jelas dibedakan dari mikrofilaria B.malayi.

Mikrofilaria dari B.timori lebih panjang dari B.malayi,dengan rata-rata 310 mikron. Jarak

cephalic (bagian dari mikrofilaria anterior ke nuclei tubuh) mempunyai perbandingan panjang

dan lebar 2:1 di B.malayi,sedangkan di B.timori 3:1. Sarung B.malayi mengandung Giemsa

stain, sedangkan hal itu tidak ditemui pada B.timori.

4. Cacing dari genus Mansonella

Filaria ini adalah satu-satunya filaria yang ditemukan di benua Amerika. Mansonella

ozzardi tidak memiliki nuklei di ujung ekornya sementara Mansonella streptocerca memilki

nuklei yang  memanjang sampai ke ujung ekor. Mikrofilaria dari jenis ini dapat ditemukan

dengan biopsi kulit.

5. Loa loa

Parasit ini hanya ditemukan pada manusia. Penyakitnya disebut loiasis atau Calabar

Swelling. Loiasis terutama terdapat di daerah Afrika Barat,Afrika tengah dan Sudan. Parasit ini

juga terdapat pada daerah khatulistiwa yang mempunyai hutan hujan.

Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan,yang betina berukuran 50-70 mm × 0,35-

0,43 mm. Cacing betina mengeluakan mikrofilarianya yang beredar dalam darah pada siang hari

(diurnal). Pada malam hari,mikrofilaria berada dalam pembulah darah paru-paru. Mikrofilaria

mempunyai sarung berukuran 250 – 300 mikron × 6-8,5 mikron. Dapat ditemukan dalam
urin,dahak dan kadang-kadang dapat ditemukan pada cairan sumsum tulang belakang. Cacing

dewasa dapat tumbuh 1 samapi 4 tahun kemudian berkopulasi dan caing betina mengeluarkan

mikrofilaria.

Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan

tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig

memanjang, seperti benang maka disebut filarial

Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upaordo : Spirurina
Famili : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Spesies : Wuchereria brancoffti

Ciri-ciri Umum Cacing Filaria (Wuchereria brancoffti)

1. Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih kekuningan.

Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.

2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 - 100 mm, ekornya berujung

tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor
melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung

pucat.

3. Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan

pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan pada siang hari

mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati.

Siklus Hidup Cacing Filaria

Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang masa

pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.

2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7

bulan.

Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk

Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan

menghisap darah orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh

penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria yang masuk ke paskan sarung

pembungkusnya, kemudian mikrofilaria menembus dinding lambung dan bersarang di antara

otot-otot dada (toraks).

Bentuk cacing Filaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu

kurang lebih 1 minggu, larva ini berganti kulit, tumbuh akan lebih gemuk dan panjang yang

disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua

kalinya, sehingga tumbuh semakin panjang dan lebih kurus, ini yang sering disebut larva stadium
III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi (pindah), mula-mula

ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan ke alat tusuk nyamuk.

Perkembangan filaria dalam tubuh manusia

Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang

mengendung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva

infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).

Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh

darah kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua

kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV

dan stadium V. Cacing Filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan

menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan, misalnya pada kaki dan disebut

kaki gajah (filariasis).


Tanda dan Gejala Penyakit Kaki Gajah

Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak,

dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan perkembangannya.
Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :

 Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul

lagi setelah bekerja berat

 Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak

(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

 Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari

pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)

 Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat

pecah dan mengeluarkan nanah serta darah

 Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan

terasa panas (early lymphodema)

Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap

(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).

Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Kaki Gajah

Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah,

Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul

dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal

periodicity).

Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit

kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran,

Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan. Metode pemeriksaan yang lebih mendekati

kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes
kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu

dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus

dimalam hari.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kaki Gajah

Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah

membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat

penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang

ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan

mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang

mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang

bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.

Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral

sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam,

dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang

dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah. Namun

pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini,

selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.

Pencegahan Penyakit Kaki Gajah

Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter

dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada

masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada

penderita dan warga sekitarnya. Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah


penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan

merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.

Sejarah ditemukannya filariasis

Sebuah pernyatan menarik tentang asal dan penyebaran filariasis yang disebabkan oleh

W.bancrofti telah diajukan oleh Laurence pada tahum 1989. Pendapatnya itu berdasarkan pada

fakta bahwa filariasis telah ditemukan dan telah meluas di utara dan selatan Polynesia,sebuah

area yang pertama kali dieksplorasi pada abad 17 dan 18. Orang-orang dari Polynesia ini

dipercayai telah berada di Tonga-Samoa pada 2 millenium sebelum masehi,kemudian mereka

menyebar dari Tahiti dan Kepulauan Pasifik Timur. Mereka dalah pelaut yang

tangguh,diperkirakan mereka telah bermigrasi ke Pasifik dari Asia Tenggara dengan membawa

W.bancrofti dan W.kalimantani yang ditemukan pada kera daun. Migrasi lain yang berasal dari

area yang sama sebelum 500 masehi,kemungkinan besar telah mendarat di Madagaskar dan

benua Afrika dengan membawa W.bancrofti. Ada beberapa bukti juga yang telah ditemukan

yang membuktikan bahwa orang-orang dari Polynesia ini menyebar dari Afrika tengah ke

Semenanjung Arab pada abad 14 dan 15. Mereka juga diketahui telah menyebar ke dunia

baru(Benua Amerika) pada abad 17 dan 18 serta ke timur laut Australia pada abad 19.

Sementara itu,filariasis yang disebabkan oleh cacing parasit lain telah ditemukan sejak

tahun 1770. Pada saat itu,seseorang bernama Mongin menemukan Loa loa dari seorang wanita

Negro di Santo Domingo, Hindia Barat.


DAFTAR PUSTAKA

http://Di sini tempat daur ulang.com/filariasis,html


http://harmayamd.blogspot.com/2008/12/pengobatan-massal-filariasis.html
http:// H1a007034′s Weblog.com/Wuchereria bancrofti.html
http:// ISHARMANTO - BIOLOGI GONZAGA.com/ FILARIASIS-KAKI GAJAH.html

http://www.klinik blogger.com/cacing filarial.html

http://www.kiathidupsehat.com/kaki gajah.html

Anda mungkin juga menyukai