KONSEP
Dosen:
Disusun oleh:
Kelompok 4
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Malang
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Logam alkali tanah terdiri dari 6 unsur yang terdapat di golongan IIA. Unsur-unsur
yang termasuk ke dalam golongan IIA yaitu: Berilium (Be), Magnesium (Mg), Calsium (Ca),
Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra), disebut logam karena memiliki sifat-sifat
seperti logam, disebut alkali karena mempunyai sifat alkalin atau basa jika direaksikan
dengan air, sedangkan istilah tanah karena oksidasinya sukar larut dalam air, serta banyak
ditemukan dalam bebatuan di kerak bumi. Oleh karena itu, istilah “alkali tanah” biasa
digunakan untuk menggambarkan kelompok unsur golongan IIA (Fadlyansyah,2010).
Tiap logam memiliki konfigurasi elektron sama seperti gas mulia atau golongan
VIIIA, setelah ditambah 2 elektron pada lapisan kulit paling luar. Contohnya konfigurasi
elektron pada Magnesium (Mg) yaitu: 1s22s22p63s2 atau [Ne] 3s2. Ikatan yang dimiliki
kebanyakan senyawa logam alkali tanah adalah ikatan ionik, karena elektron terluarnya telah
siap dilepaskan untuk mencapai kestabilan (Master Kimia Indonesia, 2009).
Semua logam alkali tanah merupakan logam yang tergolong reaktif meskipun kurang
reaktif bila dibandingkan dengan unsur golongan alkali, mempunyai kilap logam, relatif
lunak dan dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik, kecuali berilium. Logam alkali
tanah memberikan warna yang khas. Pada pembakaran senyawa logam alkali tanah akan
memberikan warna yang khas yang dapat digunakan sebagai identifikasi awal adanya logam
alkali tanah dalam suatu bahan. Be dan Mg memberikan warna spectrum pada daerah
gelombang elektromagnet, sehingga pada pembakaran magnesium hanya akan menimbulkan
warna nyala yang sangat terang. Ca memberikan warna merah jingga, Sr merah ungu, dan Ba
kuning kehijauan (anonim1, 2011).
Pada bab selanjutnya di dalam makalah ini akan ditelaah lebih mendalam mengenai
unsur-unsur pada golongan IIA.
BAB II
PEMBAHASAN
Oksigen dengan konfigurasi elektron [He] 2s 2 2p4 adalah unsur yang sangat
elektronegatif (skala paulling = 3,5), nomor dua terbesar seelah fluor (skala paulling =
4,1). Oleh karena itu, semua unsur bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa
oksida, kecuali gas mulia. Selain itu, juga membentuk senyawa peroksida dan
superoksida (Rahmawati, 2010).
Produk reaksi antara oksida dan air biasanya memiliki gugus hidroksi. Banyak
oksida bersifat asam bahkan bila oksida-oksida ini tidak memiliki hidrogen. Dalam
hal produk reaksi antara oksida asam dan air, hidrogen dari gugus hidroksi cenderung
terdisosiasi menjadi proton. Jadi, asam yang mengandung hidrogen asam terikat pada
oksigen disebut asam okso. Di pihak lain, produk reaksi antara oksida basa dan air
dinamai dengan hidroksida yang mengandung gugus hidroksi yang cenderung
terdisosiasi sebagai ion hidroksida OH¯. Oksida logam alkali atau alkali tanah kurang
lebih akan larut dalam air dan menunjukkan sifat basa. Natrium oksida Na 2O adalah
contoh khas oksida basa. Jadi,
Na2O(s) + H2O 2Na+(aq) + 2OH-(aq)
(aq) menunjukkan bahwa spesi ini ada dalam larutan dalam air. Bahkan bila oksida ini
sedikit larut dalam air, oksida ini tetap basa bila bereaksi dengan air (Anonim2, 2011).
Mg+OMg +O
2+ 2-
atau
___________________________________________
3. Mengapa unsur alkali tanah cenderung membentuk ion positif? Apa kaitannya
dengan energi ionisasi dari golongan IIA?
Energi ionisasi atau potensial ionisasi merupakan energi yang diperlukan atom
untuk melepaskan satu elektron sehingga membentuk ion bermuatan +1. Jika atom
tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih
besar, begitu juga pada pelepasan elektron yang ke-3 dan seterusnya. Maka EI 1< EI 2
< EI 3. Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena jari-jari
atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil.
Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan. Dalam satu periode (dari
kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya
tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar. Akibatnya elektron terluar semakin
sulit untuk dilepaskan (Cahyono, 2010).
Berikut adalah tabel sifat fisik dari golongan IIA (Miesller, 2004):
Tabel 2. Sifat fisik dari golongan IIA
Dari tabel di atas terlihat bahwa golongan IIA memiliki harga energi ionisasi
yang kecil. Harga energi ionisasi yang kecil menunjukkan bahwa energi yang
dibutuhkan untuk melepaskan 1 elektron dari unsur golongan IIA tidak terlalu besar.
Ini berarti bahwa unsur golongan IIA mudah melepaskan elektronya sehingga
cenderung membentuk ion positif. Pernyataan ini didukung dengan nilai
keelektronegatifan unsur golongan IIA yang memiliki nilai kecil. Seperti telah
dijelaskan di atas, semakin kecil keelektronegatifan suatu unsur maka unsur tersebut
cenderung melepaskan elektron dan membentuk ion positif. Dari nilai energi ionisasi
dan keelektronegatifan, dapat disimpulkan bahwa unsur golongan IIA cenderung
membentuk ion positif.
4. Apakah terdapat hubungan yang erat antara titik leleh unsur-unsur golongan
IIA terhadap sifat keperiodikannya di dalam tabel berkala?
Unsur-unsur golongan IIA termasuk unsur logam yang memiliki elektron pada
kulit terluarnya sebanyak dua elektron. Unsur yang bersifat logam memiliki ikatan
logam yang sangat kuat di mana antar atom logam tersebut akan terikat kuat. Oleh
karenanya, unsur logam tersebut akan membutuhkan energi untuk dapat melepaskan
elektron terluar yang dimilikinya sehingga semakin kecil ukuran atom maka jarak
elektron terluar dengan inti akan semakin dekat sehingga energi yang dibutuhkan
untuk melepas elektron akan semakin besar. Energi yang besar dibutuhkan untuk
merusak ikatan logam yang sangat kuat ini sehingga berakibat titik leleh dari unsur
logam tersebut akan sangat tinggi (Clark, 2004).
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pada golongan alkali tanah atau golongan
IIA ini titik lelehnya tidak sepenuhnya teratur. Terdapat beberapa anomali, dari
berilium ke magnesium titik lelehnya mengalami penurunan akan tetapi dari
magnesium ke kalsium mengalami kenaikan. Selanjutnya, dari kalsium ke barium
mengalami penurunan kembali. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecenderungan
tersebut, antara lain adalah jari-jari atom dan struktur kristal dari logam tersebut.
Dalam satu golongan, semakin ke bawah titik leleh dari unsur golongan IIA akan
semakin kecil dikarenakan ukuran (jari-jari) atom akan semakin besar sehingga energi
yang dibutuhkan untuk merusak ikatan logam akan lebih sedikit, sehingga titik
lelehnya akan makin kecil.
Sedangkan pengaruh yang lain adalah struktur kristal dari logam. Dalam
golongan IIA ini ada 2 jenis struktur kristal dari unsur-unsurnya. Pada unsur Be dan
Mg memiliki struktur kristal yang sama yaitu struktur kristal heksagonal. Sedangkan
pada Ca, Sr, Ba dan Ra memiliki struktur kristal kubik. Sehingga, dari perbedaan
struktur tersebut titik leleh unsur-unsur golongan alkali tanah tidak dapat
dibandingkan secara langsung. Karena struktur kristal Be dan Mg sama, maka kedua
unsur tersebut dapat dibandingkan titik lelehnya. Be memiliki titik leleh yang lebih
tinggi daripada Mg. Hal ini dikarenakan jari-jari Be yang lebih kecil dari Mg sehingga
gaya tarik menarik antar atom dalam struktur tersebut semakin kuat yang
menyebabkan ikatan logamnya sulit rusak. Begitu pula dengan Ca, Sr, Ba dan Ra,
semakin ke bawah jari-jari atomnya semakin besar sehingga gaya tarik antar atom
semakin lemah yang menyebabkan titik lelehnya semakin kecil (Clark, 2004).
Struktur kristal heksagonal dalam satu unit sel satu atom akan dikelilingi oleh 12
atom lainnya yang sejenis. Sedangkan pada struktur kristal kubik, dalam satu unit sel
satu atomnya akan dikelilingi oleh 8 atom lain yang sejenis. Struktur kristal
heksagonal memilki gaya tarik menarik antar atom yang lebih besar dari pada struktur
kristal kubik. Hal ini dikarenakan jarak antar atomnya yang makin kecil atau susunan
antar atomnya yang semakin berdekatan. Hal ini yang dapat menyebabkan gaya tarik
antar atom yang semakin kuat sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk merusak
ikatan logam Anonim3, 2011).
Bila dilihat dari perhitungan perubahan entalpi reaksinya, reaksi antara logam-
logam alkali tanah dengan air menunjukkan nilai negatif yang cukup besar. Perubahan
entalpi reaksi merupakan suatu ukuran jumlah panas yang diserap (bila nilainya
positif) atau yang dibebaskan (bila nilainya negatif) ketika suatu reaksi terjadi (Clark,
2004)
Perubahan entalpi reaksi antara berilium dan magnesium dengan uap air
adalah berturut-turut -369 kJ mol-1 dan -360 kJ mol-1.
Berdasarkan nilai tersebut, kedua reaksi yang mungkin tersebut bersifat sangat
eksotermis. Akan tetapi reaksi tersebut sebenarnya hanya terjadi pada magnesium
saja. Demikian pula bila nilai perubahan entalpi reaksi antara Ca, Sr, dan Ba dengan
air dingin dihitung, akan didapatkan nilai yang sangat berdekatan:
Perubahan Entalpi kJ
Unsur
mol-1
Ca ~-430
Sr ~-430
Ba ~-430
untuk reaksi
X(s) + 2H2O(l) X(OH)2(aq atau s) + H2(g) di mana X = Ca, Sr, Ba
Dari nilai perubahan entalpi tersebut ketiganya memiliki harga yang hampir
sama. Tidak dijumpai pola yang teratur dari data tersebut. Kenaikan reaktivitas dari
logam-logam tersebut ternyata tidak ditunjukkan dari nilai perubahan entalpi
reaksinya. Kenyataan yang sesungguhnya tidaklah demikian.
Fakta yang terjadi bila logam-logam alkali tanah direaksikan dengan air adalah
sebagai berikut : Berilium tidak bereaksi dengan air atau bahkan uap air yang sangat
panas. Magnesium terbakar dalam uap air membentuk magnesium oksida dan gas
hidrogen.
Mg(s) + H2O(g) MgO(s) + H2(g)
Magnesium yang sangat bersih (dari lapisan oksidanya di permukaan logam)
bereaksi sangat lambat dengan air dingin. Reaksi tersebut segera terhenti karena
magnesium hidroksida terbentuk yang sifatnya hampir tidak larut dalam air dan
membentuk suatu penghalang pada permukaan magnesium berupa lapisan oksida
yang menghambat terjadinya reaksi lebih jauh.
Mg(s) + 2H2O(l) Mg(OH)2(s) + H2(g)
Untuk kalsium, stronsium, dan barium, ketiganya dapat bereaksi dengan air
dingin dengan peningkatan energi yang dibebaskan dan membentuk hidroksida logam
dan hidrogen. Reaksi umum untuk logam-logam tersebut dengan air adalah sebagai
berikut:
X(s) + 2H2H(l) X(OH)2(aq atau s) + H2(g)
Hidroksida yang terbentuk tidak semuanya bersifat sangat larut, namun kelarutannya
ke bawah makin besar.
Selanjutnya, selain ditinjau dari nilai perubahan entalpi reaksi, kecenderungan
tersebut dapat pula dilihat dari harga energi aktivasinya. Energi aktivasi suatu reaksi
merupakan jumlah energi minimal yang diperlukan agar suatu reaksi dapat terjadi.
Meskipun suatu reaksi bersifat eksotermis, bila terdapat suatu energi penghalang yang
besar maka reaksi tersebut akan berjalan sangat lambat, bahkan untuk maksud praktis
dikatakan bahwa reaksi tersebut tidak terjadi.
Pembentukan ion logam dari logamnya melibatkan sejumlah tahapan yang
seluruhnya memerlukan energi, di mana energi tersebut berkontribusi terhadap harga
energi aktivasinya. Harga energi aktivasi tersebut berbeda-beda tergantung pada
besarnya energi atomisasi logam energi ionisasinya. Energi atomisasi logam
merupakan sejumlah energi diperlukan untuk memutuskan ikatan yang menahan atom
secara bersama dalam kisi logam menjadi atom logam yang terpisah dalam fasa gas.
Energi atomisasi ini berkurang apabila ukuran atom semakin besar dan ikatan logam
semakin panjang. Dalam atom yang lebih besar, elektron-elektron terdelokalisasi
lebih jauh dari inti sehingga kurang dipengaruhi oleh gaya tarik inti. Sehingga dalam
satu golongan IIA dari atas ke bawah energi atomisasinya akan semakin menurun.
Energi atomisasi perlu diketahui untuk menghasilkan atom-atom logam yang
berwujud gas (anonim4, 2011).
X(s) X(g)
Setelah atom-atom logam berwujud gas tahapan selanjutnya adalah pengionan
atom logam yang prosesnya memerlukan energi (energi ionisasi). Energi ionisasi
pertama merupakan energi yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron terluar
(paling mudah lepas) dari satu mol atom dalam wujud gas untuk menghasilkan satu
mol ion gas dengan muatan 1+ dan energi ini penting untuk mengubah atom logam
menjadi ion dengan muatan 2+.
X(g) X2+(g) + 2e-
Setelah tahapan-tahapan tersebut terjadi, terdapat sejumlah tahapan lagi yang
mengarah pada terbentuknya produk. Namun, sisa tahapan tersebut seluruhnya
bersifat eksotermis.
Grafik di bawah ini menunjukkan tahapan penyerapan energi yang penting
dari logam-logam alkali tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2011, Unsur Alkali Tanah, http://www.scribd.com/doc/14380365/Unsur-
Alkali-Tanah, diakses tanggal 23 Februari 2011
Clark, Jim., 2004, Sifat fisik dan sifat atom dari unsur-unsur golongan II,
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/unsur-
unsur_golongan_2/sifat_fisik_dan_sifat_atom_dari_unsur_unsur_golongan_ii/
diakses tanggal 28 Februari 2011
Effendy, 2008, Ikatan Ionik dan Cacat-Cacat Pada Kristal Ionik, Bayumedia
Publishing, Malang