Anda di halaman 1dari 74

Dhanis Sartika

Pemicu 1 Biomedik 3
24 Feb 2011
Peradangan
Reaksi vaskular menimbulkan pengiriman cairan, zat-
zat terlarut dan sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan intertisial di daerah cedera (nekrosis), yang
mana dapat disebabkan oleh mikroorganisme, zat
kimia, pengaruh fisik dan reaksi imunologik
Penyebab Jejas
• Mikroorganisme: Virus,bakteri, jamur, parasit
• Zat Kimia: Asam, basa, toksin bakteri
• Pengaruh Fisik: Trauma, radiasi, panas, dingin,
listrik
• Reaksi Imunologi: Hipersensitifitas, kompleks
imun, reaksi autoimun
Pengaruh Peradangan

Keuntungan
Menghasilkan netralisasi Perbaikan dan pemulihan Menghasilkan eliminasi
bagian-bagian tubuh

Penghancuran jaringan nekrotik

Kerugian
Pencairan jaringan normal Timbul pembengkakan Ketidaktepatan reaksi radang
Proses Pokok Peradangan

Terjadinya cedera jaringan, berupa degenerasi ataupun nekrosis

Terjadinya pelebaran kapiler yang diikuti oleh cedera dinding kapiler

Cairan plasma, sel darah dan sel jaringan terkumpul


dengan disertai proliferasi

Timbulnya proses fagositosis

Terjadinya perubahan-perubahan imunologik


Pola Peradangan
• Eksudat Non Selular
– Serosa
– Fibrinosa
– Musinosa
• Eksudat Selular
– Neutrofilik
– Campuran
– Granulamatosa
Pola Peradangan
• Eksudat Serosa: Cairan dan zat terlarut dengan
sangat sedikit leukosit, ditemukan di rongga tubuh
(pleura, peritoneum), menyebar melalui jaringan
ikat
• Eksudat Fibrinosa: Terbentuk saat protein yang
keluar dari vaskuler daerah peradangan terkandung
fibrinogen, dijumpai di atas permukaan serosa,
tempat fibrin diendapkan tepat di atas membran
yang terkena, gejala nyeri jika permukaan
bergesekan
Pola Peradangan
• Eksudat Musinosa: Hanya terbentuk di atas
permukaan membran mukosa, tempat
disekresikannya musin
• Eksudat Neutrofilik: Respon terhadap infeksi
bakteri, cedera aseptik dan jaringan yang telah
nekrotik. Jika terjadi supurasi lokal di dalam
jaringan padat terbentuk abses (lubang berisi
nanah di dalam jaringan yang terkena)
Pola Peradangan
• Eksudat Campuran: Kerusakan membran
mukosa -> daerah nekrotik terkelupas ->
terbentuk celah di permukaan mukosa -> ulkus
-> di permukaan dasar ada eksudat
fibrinopurulen (fibrin dan PMN)
• Granulomatosa: Agen tidak larut tetapi
steril/mikroorganisme resisten -> makrofag
berkumpul di agregat sel epiteloid dan sel
raksasa -> gumpalan nodular -> granuloma
Reaksi Peradangan
• Pembatasan Daerah Meradang: Berfungsi
mencegah atau memperlambat penyebaran
bakteri atau zat toksik lainnya
• Kerja Leukosit: Memiliki 4 tahapan, yaitu
marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan
kemotaksis. Terjadi pada 1 jam setelah cedera
dengan daerah yang terkena mengandung
banyak neutrofil
Kerja Leukosit
Tahapan Marginasai dan Diapedesis
• Marginasi: Keadaan dimana viskositas darah meningkat
dan aliran lambat. Kemudian menuju ke bagia perifer
arus
• Diapedesis: Menempelnya neutrofil dan monosit antara
2 ruang endotel kapiler di jaringan yang cedera, caranya
mendorong dan muncul di sisi lain
Kerja Leukosit
Tahapan Ameboid
• Leukosit mampu mengulurkan pseudopodi ke dalam ruang
yang mungkin ada antara dua sel endotel,
Kerja Leukosit
Tahapan Kemotaksis
• Pergerakan leukosit di intertisial pada jaringan
yang meradang terarah pada kemotaksin.
Nantinya terikat dengan reseptor protein di
membran plasma sel fagositik diikuti
pemasukan Ca2+ ke dalam sel. Fungsi akhir
membuat sel mampu bergerak ameboid
Kerja Leukosit
• Proliferasi Leukosit: Jumlah leukosit,
khususnya neutrofil meningkat disebabkan
pemindahan dari marginal ke darah dan
mendorong sumsum tulang untuk
menghasilkan lebih banyak lagi
• Perbaikan jaringan: Fibroblas membelah dan
mengeluarkan protein kolagen. Selanjutnya
mengisi bagian yang ditinggalkan
Kerja Leukosit
Destruksi Leukosit
• Fungsi:
– Membersihkan daerah meradang dari zat toksik
• Tahapan:
– Fagositik: Sel fagosit memasukkan sasaran, terjadi
fusi lisosom dengan membran sasaran, lisosom
mengeluarkan enzim hidrolitik ke vesikel membran
tersebut dan sasaran diuraikan. Sel fagosit yang
telah mati maupun masih hidup dapat dicairkan oleh
enzim lisosom, hasilnya dikenal sebagai pus (nanah)
Mediator Kimiawi Respons Peradangan
• Laktoferin: Asalnya neutrofil, mematikan mikroba yang belum
difagosit
• Histamin: Menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler
• Kininogen: Asal sekresi sel fagositik, nantinya dipecah menjadi
kinin dengan bantuan kalikrein. Fungsi:
– Merangsang sistem komplemen
– Memperkuat perubahan vaskuler yang dilakukan histamin
– Pengaktifan reseptor nyeri
– Menginduksi migrasi fagosit ke daerah yang cedera
• Pelepasan endogen-pirogen dari hipotalamus, dilanjutkan
pengeluaran prostaglandin dan terjadilah kenaikan termostat
Mediator Kimiawi Respons Peradangan
• Metabolit asam arakhidonat: Asalnya dari fosfolipase
yang diaktivasi oleh cedera, menghasilkan prostaglandin,
tromboksan dan leukotrien. Mekanismenya:
– Jalur siklooksigenase
– Jalur lipooksigenase
• Mediator endogen leukosit (LEM): Disekresikan oleh
makrofag
• IL-1: Dihasilkan makrofag, bersama-sama EP dan LEM
memicu tubuh untuk menghasilkan reaksi demi
mempertahankan tubuh dari infeksi atau cedera jaringan
Sel-Sel Peradangan
TIPE & % DALAM
GAMBAR TUBUH FUNGSI

-Fagosit
-Pertahanan terhadap
65% infeksi bakteri dan
proses peradangan kecil
lainnya

-Detoksifikasi
-Pertahanan tubuh
4% terhadap infeksi parasit
 anti histamin
-Eos ↑  parasit >>
Sel-Sel Peradangan
TIPE & % DALAM FUNGSI
GAMBAR TUBUH
-Reaksi alergi &
antigen  histamin,
<1% bradikinin, serotonin
kimia keluar
-Mediator inflamasi

-Fagosit
-Memberi sensor
6% patogen pada sel T
atau membuat
tanggapan antibodi
Sel-Sel Peradangan

TIPE & % DI
GAMBAR TUBUH FUNGSI

Bekerja dalam sistem limpa


-Sel B : imunitas humoral,
membentuk antibodi (Ig) 
ikat patogen  hancurkan
-Sel T : imunitas selular
a. T4 : koordinir tanggapan
25% pertahanan & menahan
bakteri intraseluler
b. T8 : membunuh sel yang
terinfeksi virus
c. T efektor
4 Fase Fungsi Neutrofil & Monosit
Kemotaksis (mobilisasi dan migrasi sel)
Fagosit tertarik ke bakteri atau lokasi inflamasi oleh zat kemotaktik yang dilepaskan dari
jaringan yang rusak atau oleh komponen komplemen & juga oleh interaksi molekul
perlekatan leukosit dengan ligan di jaringan yg rusak.

Fagositosis
Bahan asing (bakteri, jamur) atau sel pejamu yg mati atau rusak difagositosis. Pengenalan
partikel asing dibantu oleh opsonisasi dgn imunoglobulin atau komplemen karena neutrofil
& monosit mempunyai reseptor Fc & C3b.

Kemokin
Dihasilkan secara konstitutif & mengatur aktivitas limfosit pada kondisi fisiologik; kemokin
inflamatorik diinduksi & diregulasi meningkat oleh rangsangan inflamasi. Kemokin berikatan
dgn dan mengaktifkan sel melalui reseptor kemokin & berperan penting dalam merekrut
sel yg sesuai ke lokasi inflamasi.
Membunuh dan mencerna
Pada reaksi bergantung O2, superoksida (O2-), H2O2, O2 teraktivasi lainnya. Dalam neutrofil,
H2O2 bereaksi dgn mieloperoksidase & halida intraseluler utk membunuh bakteri. Faktor
tambahan yaitu laktoferin, bersifat bakteriostatik dgn cara mengambil besi dari bakteri.
Proses kemotaksis
Selektin CD11/CD18 PECAM
Proses membunuh & mencerna
patogen
Sitokrom B558
Klasifikasi dan Fungsi Limfosit
Limfosit T4 / Penolong

Limfosit T Limfosit T8 / Penekan

Limfosit Kelenjar Thymus Limfosit Efektor / E

Imunitas Seluler

Limfosit B

Jaringan yang menyerupai jaringan Bursa Fabricus

Sel Plasma Imunoglobulin Imunitas


Humoral
Peradangan Akut
Gambaran Gambaran
Makroskopik Mikroskopik
Kalor Fungsio Laesa Rubor Kuantitas Eksudat

Dolor Tumor Jenis eksudat

Proliferasi Sel

Nekrosis Jaringan
Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Proses
Penyembuhan dan Peradangan
Suplai leukosit bebas di dalam
sirkulasi darah
Imobilisasi dan ketidaksempurnaan
pendekatan tepi luka
Kebeergantungan pada proliferasi seluler

Aktivitas sintetik

Keberadaan benda asing

Keberadaan jaringan nekrotik

Adanya atau tidaknya infeksi

Keadaan gizi pasien


Terbentuknya jaringan parut,memendek dan menebalnya jaringan
yang mengalami peradangan
Komplikasi Penyembuhan

Kontraktur, menyebabkan daerah yang mengalami peradangan menjadi


cacat, pembatasan gerak pada persendian

Striktur, jaringan parut melingkari struktur berbentuk tubulus yang


Radang

menyebabkan menyemiptnya struktur itu sendiri


dan menimbulkan kesulitan berat

Adhesi, merekatnya antara jaringan parut dan granulasi pada permukaan


serosa

Proud flesh, penonjolan sebagian kecil granulasi di atas permukaan


Luka yang sedang sembuh

Amputasi, proliferasi regenerasi serabut-serabut saraf ke dalam daerah


Penyembuhan tempat ia terjerat pada jaringan parut yang padat dengan
Bentuk yang seperti gumpalan dan terkadang menimbulkan nyeri
Komplikasi Peradangan
Demam
Dihasilkan oleh kerja sitokinin pada pusat pengatur suhu di hipothalamus

Leukositosis
Dihasilkan oleh kerja sitokinin pada pusat pengatur suhu di hipothalamus
peningkatan jumlah leukosit di sirkulasi darah, diakibatkan adanya stimulasi
maturasi leukosit diperantarai sitokinin dan pelepasan dari sumsum tulang

Peningkatan sintesa “protein fase akut” di hati seperti protein C-reaktif dan protein serum
amyloid-associated (SAA) dan komponen koagulasi serta sistem komplemen

Peningkatan laju endap darah (LED),dengan ini dapat dijadikan sebagai


Bahan pemeriksaan klinis

Hiperplasia reaktif sistem retikuloendotel


Jenis-Jenis Peradangan

Eksudat Non Seluler Eksudat Seluler

Eksudat Serosa Eksudat Neutrofilik

Eksudat Mukosa Eksudat Campuran

Eksudat Musinosa Eksudat Granulomatosa


Pola-Pola Peradangan
Ulkus
Sebagian permukaan jaringan menghilang, sedangkan yang di sekitarnya meradang

Abses (Bisul)
Timbulnya jaringan nekrotik yang mencair dan membentuk sebuah rongga
Berisi cairan kental mengandung sisa jaringan yang mencair dan leukosit yang telah musnah
Kecepatannya tergantung pada leukosit yang melepaskan enzim proteolitik, berupa tripsin.
Diakibatkan oleh kuman staphylococcus

Phlegmone
Radang yang meluas dengan batas-batas yang tidak jelas, disebabkan oleh strepthococcus
Pemulihan Peradangan
Abses
Pembiusan lokal dengan menggunakan lidokain

Menyayat bagian abses dan mengeluarkan nanahnya

Membersihkan luka dengan larutan garam

Abses dikeringkan

Kasa membalut abses dan baru akan dibuka 24-48 jam ke depan
The Arrangement of Microorganisms in Skin
and Mucous Membrane
• The resident flora consists of relatively fixed
types of microorganism regularly found in a
given area at a given age
• The transient flora consists of non pathogenic
or potentially pathogenic microorganism that
inhabit the skin or mucous membranes for
hours, days or weeks
Normal Flora of The Skin
• S.epidermidis
• S.aureus (in small numbers)
• Micrococcus sp
• Nonpathogenic Neisseria sp
• Alpha-hemolytic and non hemolytic streptococci
• Diphtheroids
• Propionibacterium sp
• Peptostreptococcus sp
• Acinetobacter sp
• Candida sp
Infeksi
Peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme (agen)
di dalam tubuh pejamu (host)

Kontak secara langsung

Kontaminasi dan luka

Inokulasi, misalnya gigitan serangga dan


Faktor Masuknya suntikan (serum hepatitis)
Agen Infeksi
Mengonsumsi makanan dan minuman
yang terkontaminasi

Menghirup debu dan droplets


Macam-Macam Agen Infeksi
Organisme Intrasel Obligat
Menimbulkan neksrosis sel, disertai perubahan yang
Menghentikan fungsi sel

Pembengkakan dengan sifatnya yang sublethal, dengan


Penunjukkan berbagai degenerasi

Pembentukan inclusion body yang dilakukan oleh partikel virus


Ataupun sisa sintesa asam nukleat

Pembentukan sel datia

Infeksi virus laten yang dapat bertahan dalam jangka waktu lama
Bahkan seumur hidup pejamu pun bisa
Pemeriksaan Laboratorium dan Fisik

• Pemeriksaan Fisik
– Demam
– Menggigil
– Nyeri kepala
– Myalgia
Pemeriksaan Laboratorium dan Fisik
• Hitung Leukosit dan Diferensial
– Pergeseran ke kiri, peningkatan berlebihan persentasi
neutrofil dan band-cells mengisyaratkan terjadi infeksi
bakteri
• Laju Endap Darah
– Peningkatan laju endap darah mengisyaratkan
diperlukannya pemeriksaan lanjutan
• Protein C-Reaktif
– Reaktan fase akut yang meningkat konsentrasinya dalam
serum atau plasma saat terjadi infeksi lokal atau sistemik
Pemeriksaan Laboratorium dan Fisik

• Interleukin dan Faktor Nekrosis Tumor


– Mediator peradangan: IL-6
– Dihasilkan: IL-1 dan faktor nekrosis tumor
– Fungsi: sinyal pengaktifan sel T, perangsang
terbentuknya antibodi oleh sel B, pemicu
diferensiasi sel T sitotoksik dan pembentukan
protein C reaktif oleh hati
Spesimen Uji Coba

• Darah: Pembiakkan mengggunakan tabung


berantikoagulan natrium polianetol sulfonat (SPS) atau
reagen lisis basis-saponin ditambah SPS. Kebutuhan
darah uji dewasa 20 mL-30 mL dan anak-anak 1mL-5mL
• Cairan tubuh: serebrospinal, perikaridium, peritoneum
dan darah
• Biopsi: Pengambilan spesimen sebesar kacang polong
dihomogenisasi dalam kaldu/salin steril, fungsinya
untuk apusan dan inokulasi biakan bakteri aerob,
anaerob, tahan asam dan jamur
Spesimen Uji Coba
• Urine: Penyimpanan di suhu 40C. Tabung yang dipergunakan
berpengawet asam borat. Cara memperolehnya
– Bagged: Dilakukan pada anak hanya sebagai cadangan
– Clean catch dan katerisasi : Dikerjakan pada laki-laki atau wanita tidak
disunat, melalui disinfeksi daerah periuretra sebelum pengambilan
spesimen
• Tinja: Ditujukkan menurun pH saat penumpukkan produk sisa
peragian dari metabolisme mikroba anaerobik. Bantuan
penyangga, salin tergliserolisasi untuk Shigella. Sedangkan
Campylobacter spp mempergunakan Cary-Blair. Pemeriksaan toksin
membutuhkan pengawet polivinil alkohol (PVA) dan langsung
dihantarkan, Closttridium difficille, C.bolitinium serta Eschericia coli
Spesimen Uji Coba
• Sekresi Saluran Napas: Pemeriksaan sputum,
pada anak menggunakan aspirat
endotrakea/lambung. Adapun teknik aspirasi
selama bronkospasme, aspirasi jarum perkutis
abses/rongga empiema ataubiopsi paru terbuka.
• Saluran Genital: Spesimen dikumpulkan dengan
memaksimalkan jumlah patogen dan
meminimalkan jumlah mikroorganisme endogen.
Spesimen Uji Coba
• Apusan: Macam-macamnya adalah steril rayon,
dakron, kapas, kalsium alginat katun, serat
sintetik, tangkai plastik dan tangkai kayu. Untuk
mempertahankan viabilitas mikroorganisme
disertakan dalam wadah. Ditunjukkan bagi
spesimen cair atau semipadat
• Biakkan anaerob: Pendeteksian bergantung
pada kesintasannya selama proses
pengambilan, inokulasi dan inkubasi
Visualisasi Agen Infeksius
• Pewarnaan Gram • Putih Kalkofluor
• Pewarnaan Orange Akridin • Preparat Tinta India
• Pewarnaan Tahan Asam • Biru Toluidin O
• Ziehl Nielsen • Pewarnaan Trikrom
• Kinyoun
• Fluorokrom
• Pewarnaan Tahan Asam
Modifikasi
• Preparat Kalium
Hidroksida
Pewarnaan Kuman
• Pewarnaan Gram:
– Cara:
• Sediaan yang telah direkat diwarnai dengan karbol kristal
ungu 5 menit
• Zat sebelumnya dibuang, ganti dengan lugol , tunggu 45-60
detik
• Larutan lugol dibuang dan sediaan dicuci dengan alkohol
96% selama 30 detik
• Sediaan dicuci dengan air mengalir dan diwarnai dengan
fuschin 1-2 menit
• Dicuci kembali, dikeringkan dan lihat di bawah mikroskop
Pewarnaan Kuman
• Pewarnaan Ziehl Neelsen
– Cara:
• Sediaan kuan diwarnai dengan fuchsin karbol dan
dipanaskan di atas spiritus hingga keluar asap, biarkan 5
menit
• Cuci dengan air, masukkan larutan H2SO4 5% selama 2
detik, jika M.leprae pakai yang 1%
• Dicuci dengan alkohol 60% hingga tak ada warna merah
mengalir
• Cuci dengan air, berika pewarnaan biru metilen selma 1-
2 menit, cuci dengan air dan keringkan
Immunoassay Pendeteksian Antimikroba

• Immunofluoresensi
– DFA
– IFA
• Aglutinasi Partikel
• Enzyme Immunoassay
• Imunokromatografi
• Immunoassay Optis
Biakan Bakteri
• Kebutuhan Oksigen Bakteri
– Anaerob obligat
– Aerob mikroaerofilik
– Anaerob fakultatiif
– Anaerob aerotoleran
– Anaerob obligat
• Reaksi Katalase dan Oksidase
– Umumnya bakteri yang berespirasi secara aerobik menghasilkan
katalase hemeprotein.
– Anaerob aerotoleran didapatkan negatif katalase
– Bakteri aerobik tertentu yang ditemukan adalah enzim sitokrom
oksidase
Biakan Bakteri
• Reaksi Koagulase Stafilokokus
– Fungsi: Mendeteksi pembentukan koagulase yang terikat di dinding sel
atau koagulase bebas
– Metode: tabung, kaca objek dan penggumpalan partikel
• Biakan anaerobik memiliki 2 penekanan terpenting
– Jangan diambil dari bagian tubuh yang dikolonisasi bakteri tersebut
– Harus dikirim dengan cara konsisten dengan kelangsungan hidup mikroba
• Biakan mikobakteria: Klasifikasi berdasarkan Runyon, yaitu:
– Fotokromogen
– Skotokromogen
– Nonkromogen
– Rapid growers
Pemeriksaan Kuman Aerob, Non Aerob dan
Mikroaerofilik
Perbedaan mendasar antara 3 jenis host adalah cara mendapatkan
Suasana lingkungan pertumbuhan dan jenis pembenihan yang dibutuhkan

Tahapan Persiapan
Menentukan tingkat prima bahan yang akan diamati

Kesesuaian pengambilan sample yang tertera pada


surat pengantar

Ketetapan jenis pemeriksaan mikrobiologik

Cara pengolahan bahan seperti sentrifugasi, pengenceran, pemanasan


dan pengolahan dengan zat kimia
Pemeriksaan Kuman Aerob, Non Aerob dan
Mikroaerofilik
Pembuatan sedian ulas dengan mempergunakan sistem pewarnaan gram
Langkah Pengasingan Kuman

Penanaman kuman pada perbenihan untuk keperluan uji terhadap antimikroba

Pengeraman pada inkubator

Pengamatan terhadap hasil uji, yaitu pertumbuhan kuman, bentuk dan sifat
koloni kuman

Jika kuman diperbanyak, maka tentukan apakah berasal dari biakkan murni
atau bukan dengan menggunakan pewarnaan gram

Menguji kepekaan kuman terhadap antimikroba dengan cara cakram


agar dilution (pengenceran antimikroba dalam agar) atau pengenceran
dengan tabung

Pembacaan hasil isolasi dan identifikasi


Perbedaan Sifat Kuman
Dinding Sel Gram + Gram -
Peptidoglikan Tebal Tipis

Kadar Lipid 1-4% 11-22%

Resistensi 1% KOH Tidak Larut

Kepekaan Jodium Peka Kurang

Toksin yang Dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Resistensi Tellurit Tahan Peka

Sifat Tahan Asam Ada Tidak Ada

Kepekaan Penisilin Peka Kurang

Kepekaan Streptomisin Tidak Peka


Diagnosa Banding
S.aureus S.epidermidis S.saprophyticus
Warna Koloni Kuning-Putih Putih Putih

Hemolisis(Agar Darah) + ± -

Anaerob + + ±
Koagulasa + - -

Peragian Glukosa + + -

Manitol + - -

Endonuklease Termo- + - -
Resisten

Protein A + - -

Novobiosin S S R

As Teikhoat

Ribitol N-Asetilglukosamin + - -

Gliserol-Glukosa - + -

Gliserol N-Asetilglukosamin - - +
Erysipelothrix rhusiopathiae
• Morfologi: Basil gram +
• Karakteristik: Tak bersimpai dan tak bergerak
• Penyebaran: Ikan air tawar/laut, babi, kuda dan kambing
• Mekanisme Infeksi: Kontak langsung dengan binatang
atau produk pada bagian kulit yang rusak
• Pasien Beresiko: Nelayan,tukang jagal
• Organ yang Terinfeksi: Jari-jari,tangan,gatal, biasanya
tidak nyeri dan tanpa gejala sistemik
• Pengobatan: Penisilin dan eritromisin
Pseudomonas aeruginosa
• Morfologi: Basil gram -
• Daya Tahan: Desinfektan, peralatan pernafasan, air dingin,
lantai, kamar mandi
• Patogenesis: 2 tipe proteasenya menyebabkan lesi hemoragik
kulit dan destruksi kornea, yaitu fosfolipase dan glikolipid
• Organ yang Diserang: Luka,luka bakar, kornea, saluran kemih
dan nafas
• Diagnosa Lab: Isolasi dan berbagai media
• Pengobatan: Karbenisilin+gentamisin
• Profilaksis: Heptavalen
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Terapi
Farmakokinetik: nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat

Absorpsi
Proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah yang akan
didifusikan secara pasif dengan aktor barier absorpsinya adalah membran
sel epitel saluran cerna

Distribusi
Obat akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah
seperti, hidrofobik, van der walls, hidrogen dan ionik

Metabolisme
Dilakukan di membran endoplasmik retikulum hati, dengan tujuan
mengubah obat yang non polar menjadi polar agar dapat diekskresikan
melalui ginkal atau empedu

Ekskresi
Obat dapat diekresikan dalam 2 bentuk yaitu utuh atau tidak. Dalam
proses ekskresinya melalui 3 proses, yaitu filtrasi glomerulus,
sekresi aktif di tubulus proksimal dan reabsorpsi pasif
Penyebab Kegagalan Terapi
Masa terapi kurang

Keberadaan faktor mekanik seperti Dosis yang kurang, bisa menjadi


abses,benda asing dan jaringan salah satu faktor penting yang
nekrotik tergantung pada tempat terjadinya
infeksi

Pilihan AM yang kurang tepat, jika Kesalahan dalam menetapkan


melihat daftar AM yang dinyatakan etiologi seperti timbulnya gejala
efektif pada uji kepekaan tidak demam tidak selalu disebakan oleh
mungkin seluruh AM akan kuman karena
memberikan efektifitas klinis yang dapat saja diakibatkan oleh virus
sama pula dan jamur

Faktor farmakokinetik, dikarenakan


tidak semua obat dapat menembus
bagian tubuh
Antimikroba
Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba, seperti
Sulfonamid,trimetoprim asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon

Antimikroba yang menghambat sintesa dinding sel mikroba,


seperti penicillin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan
sikloserin

Antimikroba yang menhambat sintesa protein mikroba,


Mekanisme Kerja seperti aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin
dan kloramfenikol

Antimikroba yang menhambat sintesa asam nukleat


mikroba, seperti rifampisin dan golongan kuinolon

Antimikroba yang mengganggu keutuhan mebran sel


mikroba seperti, polimiksin golongan polien dan obat
kemoterapeutik
Penggunaan Antimikroba
Klinik
Ketentuan pemakaian terapeutik antimikroba
Gambaran Klinik Pasien Parameter mikrobiologis Parameter farmakologis

T Kegawatan Kepekaan Farmakodinamik

Usia Relevansi Hasil Farmakokinetik


Pemeriksaan Lab
Insufisiensi Ginjal Kombinasi
Pencegahan Perkembangan
Faal Hati Efek Samping
Resistensi
Pembekuan Darah

Granulositopenia

Kehamilan dan Laktasi


Pola Pemberian Antimikroba
• Direktif: Penyebab infeksi dan kepekaan terhadap obat
telah diketahui,sehingga pemilihan antimikrobanya
spektrum sempit.
• Kalkulatif: Pemilihan didasarkan pada antimikroba yang
ampuh terhadap infeksi organ/jaringan yang dikeluhkan
• Interventif: Penggunaan yang didasarkan pada
protokol,sewaktu tidak didapatkan hasil yang diinginkan
dari suatu obat dan menambahkannya dengan obat lain
• Omnispektrif: Hendak dijangkau spektrum yang luas dan
diberikan secara empiris
• Profilaksis: Pemberian obat digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi, kekambuhan dan komplikasi
Terminologi Resistensi
• Alami: Antibiotika yang dipergunakan memang kurang/tidak
aktif terhadap kuman.
• Didapat: Sebelumnya sensitif terhadap kuman, tetapi berubah
menjadi resisten
• Didapat Relatif: Didapat secara bertahap peningkatan MIC
dari suatu kuman terhadap antibiotika tertentu
• Absolute: Mutasi genetik selama/setelah terapi dan didapati
peningkatan MIC yang sangat tinggi.Sehingga tidak dapat
dicapai dengan pemberian antibiotika melalui dosis terapi
• Pseudo: Tes kepekaan menyatakan hasil resisten,tetapi in vivo
masih efektif
• Silang: Extended spectrum B-lactamase yang diproduksi untuk
ceftazidime menghasilkan resistensi untuk seluruh
cephalosporin generasi ke-III
Mekanisme Terjadinya Resistensi
• Selaput Bagian Luar Bakteri Gram Negatif: Mutasi
lubang pori membran terluar bakteri -> menurunnya
permeabilitas -> antibiotika terhambat
• Inaktivasi melalui Enzimatik: Golongan β laktam,
aminoglikosida dan tetrasiklin
• Modifikasi pada Target: Golongan β laktam,
glikopeptida, tetrasiklin, makrolide dan linkosamide,
kuinolon dan rifampin
• Pengembangan Bypass: Perpindahan/penyebaran gen
resisten, plasmid dan konjugatif tranposon
Strategi Pengendalian Resistensi Antibiotik

• Strategi pencegahan terbukti berhasil


– Eliminasi antibiotik dari makanan ternak
– Pembatasan formularium rumah sakit
• Pengendalian resistensi terbukti berhasil
– Pengendalian infeksi nosokomial
– Survailance kuman untuk mendeteksi resistensi
secara dini
– Implementasi pengendalian infeksi secara cepat
dalam membatas penyebaran kuman yang resisten
Aplikasi Klinik
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
• Concentration Dependent Killing: kadar dosis
diusahkan relatif tinggi, tetapi waktu yang
diperlukan tidak lama
• Time Dependent Killing: Kadar dosisnya
dipertahankan cukup lama diatas kadar
hambat minimal
Kondisi Penyebab Infeksi Kulit dan Jaringan
Lunak
• Konsentrasi bakteri yang tinggi
• Kelembaban bakteri yang tinggi
• Suplai darah yang kurang
• Keberadaan nutrisi bakteri
• Kemampuan penetrasi bakteri saat
permukaan kornea rusak
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
• Klasifikasi:
– Infeksi Bakteri Primer (Pioderma/Sellulitis):
Melibatkan 1 bakteri dan daerah kulit yang sehat,
– Infeksi Bakteri Sekunder ( Invasi Jaringan):
Perkembangan dari daerah kulit yang telah rusak
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Infeksi Primer
Erispelas Kel A Streptococci
Impetigo Staphylococcus aureus
Limfangitis Kel A Streptococci, Staphylococcus aureus
Sellulitis Gram + coccus, gram – bacillus, anaerob,
S.aureus, kel A Streptococci
Necrotizing Fasciitis
Tipe 1 Anaerob (Bacteroides spp,
Peptostreptococcus spp); fakultatif
(Streptococcus, Enterobactericiae)
Tipe 2 Kel A Streptococcus
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Infeksi Sekunder
Infeksi Kaki Diabetik S.aureus, Streptococci, Enterobactericiae,
Bacteroides spp, Peptostreptococcus spp,
Pseudomonas aeruginosa
Pressure Sores S.aureus, Streptococci, Enterobactericiae,
Bacteroides spp, Peptostreptococcus spp,
Pseudomonas aeruginosa

Luka Gigitan
Hewan Pasteurella multocida,S.aureus,
Streptococci, Bacteriodes spp
Manusia Eikenella corrodens, S.aureus,
Streptococci, Corynebacterium spp,
Bacteroides spp, Peptostreptococcus spp
Luka Terbakar S.aureus, Streptococci,
Enterobacteriaceae, Pseudomonas
aeruginosa
Educated Guess Antimikroba Pilihan
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
Jenis Infeksi Penyebab Tersering Pilihan Antimikroba
Impetigo, Furunkel, S.pyogenes, S.aureus Kloksasilin/eritromisin,
Sellulitis Sephalosporin generasi I
Gas Gangren C.Perfringens Penisilin G
Osteomyelitis Akut S.Aureus Kloksasilin
Educated Guess Antimikroba Pilihan
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
• Kloksasilin
• Indikasi: Staphylococcus yang menghasilkan penisilinase
• Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap penisilin
• Peringatan: Riwayat alergi dan gangguan fungsi ginjal
• Interaksi: Tes in vitro dan klinis menunjukkan antagonisme dan
agonisme pada penggunaan bersama
• Efek Samping: Urtikaria, demam, nyeri sendi, angioedema,
leukopenia, trombositopenia, diare
• Sediaan Beredar: Meixam Meiji Indonesia, Ikaclox Ikpharmindo,
Orbenin SmithKline Beecham Indonesia
Educated Guess Antimikroba Pilihan
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
• Sephalosporin Generasi I
– Mekanisme Kerja: Menghambat dinding sel mikroba
– Sensitif: S. aureus, Str. pyogenes, Str.viridans, Str.
pneumoniae, Clostridium perfringens, Listeria
monocytogenes, Corinebacterium diphteria
– Resisten: S.aureus resisten metisilin, S.epidermis,
Str.faecalis
– Cara Pemberian: Per oral (Sefaleksin, Sefradin,
Sefadroksil)
Educated Guess Antimikroba Pilihan
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak
• Eritromisin
– Mekanisme: menghambat sintesa protein kuman melalui
ikatan ribosom subunit 50S
– Sensitif: Coccus gram + (S.pyogenes, S.pneumoniae,
S.viridans, S.aureus); Coccis gram –
(C.perfringens,C.diphtheriae,L.monocytogenes)
– Resisten: penurunan permeabilitas membran kuman ,
perubahan reseptor obat pada ribosom kuman, hidrolisis
obat oleh esterase (Enterobactericiae)
– Efek Samping: demam,eosinofilia, mual, muntah, nyeri
epigastrium
Trauma/Luka
Pada Sel
Biosintesa
Gangguan
Prostaglandin
Membran Sel

Fosfolipid

Dihambat Enzim
Kortikosteroid Fosfolipase

Enzim Enzim
Lipoksigenase Asam
Siklooksigenase
Arakhidonat Endoperoksid
PGG2/PGH
Hidroperoksid Dihambat
OAINS/NSAID
Leukotrien

PGE2,PGF2,PGD2 Tromboksan A2 Prostasiklin


Klasifikasi OAINS/NSAID
COX-Nonselektif COX- 2-Preferential COX 2-Selektif

Aspirin Nimesulid Selekoksib

Indometasin Meloksisam Rofekoksib

Piroksisam Nabumeton Generasi I Valdekoksib

Diklofenak Parekoksib
Ibuprofen

Etodolak Eterikoksib
Naproksen

As Nefenamat
Generasi II Lumirakoksib
Salisilat
• Asam asetil salisilat/Asetosal/Aspirin:
– Analgesik,antipiretik dan antiinflamasi secara luas.
– Farmakodinamik: Memperoleh efek antiinflamasi kadar plasma
dipertahankan antara 250-300 µg/mL, per oral setara 4 gr/hari
untuk dewasa
– Farmakokinetik: Diabsorbsi dalam bentuk utuh di lambung, di
kulit dipakaikan dalam bentuk salep dan tidak dianjurkan
pemberian secara rektal
– Indikasi: 24-48 jam setelah pemberian ada pengurangan rasa
nyeri,pembengkakan, panas dan merah jaringan setempat
– Intoksikasi: Pusing,tinitus, tremor, vertigo, perdarahan, pruritus

Anda mungkin juga menyukai