Anda di halaman 1dari 18

1.

Pengertian PTK dari berbagai sudut pandang:

Secara etimologi, PTK yang dikenal sebagai Classroom Action Research


(CAR) diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; oleh Carr dan Kemmis
(McNiff, 1991, p.2) mendefinisikannya sebagai berikut: action research is a
form of self reflective inquiry undertaken by participants (teachers, students or
principals, for example) in social (including educational) situations in order to
improve the rationality and justice of (1) their own social or educational
practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and
institutions) in which the practices are carried out. Jadi, ada beberapa poin
penting yang dapat kita simpulkan dari pernyataan diatas:

 Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang


dilakukan melalui refleksi diri.
 Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang diteliti (seperti guru, siswa dan kepala sekolah).
 Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
 Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap paraktik tersebut,
serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.

Selanjutnya, Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai


“sistematik inkuiri” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor
untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan
“reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik
persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa.

Maka, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.

2. Ada beberapa karakteristik PTK:


a. Adanya permasalahan yang timbul akibat kesadaran guru bahwa
praktik yang dilakukan di kelas selama ini mempunyai masalah untuk
diselesaikan. Artinya, guru sadar bahwa ada sesuatu yang harus
diperbaiki dalam praktik pembelajaran dan inisiatif terdapat dalam diri
guru itu sendiri. Jadi, guru punya kepedulian terhadap kualitas
pembelajaran yang dikelolanya yang menjadi awal munculnya
masalah yang perlu dicari jawabannya. Berbeda dengan penelitian
biasa yang biasanya masalah itu ditandai oleh peneliti yang berasal
dari luar lingkungan yang memiliki masalah. Contohnya masalah yang
benar-benar dialami guru dalam kelasnya sendiri (seperti pertanyaan
guru yang tidak pernah dijawab oleh siswa, PR yang tidak pernah
selesai oleh siswa, motivasi siswa yang kurang dan lain-lain).
b. Self-reflective inquiry (penelitian melalui refleksi diri). Ini merupakan
cirri yang paling mendasar di dalam PTK. Ia mensyaratkan guru
mengumpulkan data dari praktik sendiri melalui refleksi diri. Artinya,
guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya dalam
kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, guru mencoba
memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Schmuck (1997)
menyatakan bahwa hal ini sama seperti saat kita melihat ke dalam
cermin tentang berbagai tindakan yang telah kita lakukan, dan juga
mengenai harapan kita terhadap tindakan tersebut.
c. PTK dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian berfokus pada
kegiatan pembelajaran berupaya perilaku guru dan siswa dalam
melakukan interaksi.
d. PTK bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikannya
dilakukan secara terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan.
Karena itu, PTK dikenal dengan prosesnya berupa: perencanaan-
pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Hal ini
berbeda dengan penelitian biasa, yang tidak disertai dengan siklus. Hal
inilah yang menjadi cirri khas penelitian tindakan, yaitu tindakan yang
berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Secara lebih terperinci, Creswell menjelaskan enam karakteristik.

1. PTK terfokus pada tujuan praktis, dalam pengertian diarahkan untuk


mengidentifikasi dan memecahkan masalah aktual yang spesifik. Dengan
demikian, PTK digunakan peneliti untuk memperoleh manfaat langsung bagi
dirinya dan pihak lain yang terlibat dalam penelitian tersebut.
2. PTK merupakan penelitian yang reflektif-mandiri (self-reflektive) atau
kolaboratif. Dalam konteks ini, peneliti (atau kelompok peneliti) mengkaji
praktik yang dia/mereka lakukan (bukan praktik orang lain), untuk melihat
apa yang harus dilakukan dalam rangka memperbaiki praktik tersebut.
3. PTK bersifat kolaboratif karena dilaksanakan oleh individu dengan bantuan
orang lain (minimal sebagai observer) atau oleh sekelompok kolega, praktisi
(guru) atau peneliti.
4. PTK merupakan sebuah proses yang dinamis dan fleksibel yang melibatkan
pengulangan-pengulangan aktivitas (sehingga membentuk pola spiral) yang
maju-mundur diantara refleksi, penjaringan data, dan tindakan.
5. PTK merupakan suatu rencana tindakan. Meskipun merupakan proses yg
dinamis dan fleksibel, sebagai sebuah metode penelitian, PTK harus dirancang
secara sistematis yang memenuhi pola umum prosedur PTK.
6. PTK merupakan penelitian kebersamaan (sharing research). Berbeda dengan
hasil penelitian tradisional yang biasanya langsung dipublikasikan dalam
jurnal atau buku, peneliti PTK biasanya mendistribusikan laporan
penelitiannya kepada teman sejawat yang mungkin dapat memakai temuan
tersebut. Meskipun saat ini laporan PTK juga sudah dipublikasikan melalui
jurnal, biasanya para peneliti PTK lebih cenderung untuk membagikan
informasi tersebut dengan berbagai rekan sejawat untuk dipraktikkan atau
dikaji ulang di sekolah/kelas masing-masing.

3. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dibandingkan ciri-ciri PTK dengan


penelitian kelas dan penelitian formal.

Aspek PTK Non PTK


Peneliti Guru Orang luar
Rencana Oleh guru (memungkinkan
Oleh peneliti
Penelitian dibantu orang luar)
Munculnya Dirasakan oleh guru (mungkin
Dirasakan oleh orang luar
masalah dorongan orang luar)
Ada tindakan untuk perbaikan Belum tentu ada tindakan
Ciri utama
yang berulang perbaikan
Sebagai guru (subjek
Peran guru Sebagai guru dan peneliti
penelitian)
Tempat penelitian Kelas Kelas
Proses
Oleh guru dan bantuan orang
pengumpulan Oleh peneliti
luar
data
Menjadi milik peneliti dan
Langsung dimafaatkan oleh
Hasil penelitian belum tentu dimanfaatkan oleh
guru dan dirasakan oleh siswa
guru

Sedangkan perbedaan karakteristik PTK dengan penelitian non PTK dilihat dari
beberapa sudut pandang, antara lain:
Dimensi PTK Penelitian Non PTK
Motivas Tindakan Kebenaran
Sumber
Diagnosis status Induktif - deduktif
masalah
Verifikasi dan menemukan
Memperbaiki praktik,
Tujuan pengetahuan yang dapat
sekarang dan di ini
digeneralisasi
Peneliti yang
Pelaku dari dalam (guru) Orang yang berminat
terlibat
Sampel Kasus khusus Sampel yang refresentatif
Longgar tetapi berusaha Baku dengan objektivitas dan
Metedologi objektif, jujur, dan tidak ketidakmemihakan yang
memihak terintergrasi
Sampel Kasus khusus Sampel yang refresentatif
Longgar tetapi berusaha Baku dengan objektivitas dan
Metedologi objektif, jujur, dan tidak ketidakmemihakan yang
memihak terintergrasi
Mendiskripsikan,
Untuk memahami praktik
Penafsiran mengabstraksikan, penyimpulan
melalui refleksi oleh
hasil penelitian dan pembentukan teori oleh
praktisi yang membangun
ilmuwan
Siswa belajar lebih baik Pengetahuan, prosedur atau materi
Hasil akhir
(proses dan produk) yang diuji

4. Alasan mengapa melakukan PTK: PTK merupakan suatu penelitian yang akar
permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang
bersangkutan. Penelitian tindakan dianggap sebagai sesuatu bentuk investigasi
yang bersifat reflektif, partisipasif, kolaboratif, spiral, yang memiliki tujuan
untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan
situasi. Menurut Susilo (2009), alasan perlunya PTK adalah karena PTK
membuat guru dan siswa mampu membangun cara-cara yang berbeda untuk
menyelesaikan atau menyempurnakan tugas-tugas membelajarkan/belajar
memperbaiki praktik pembelajaran dan tingkah laku belajar dalam kelas, serta
mampu mengerjakan kegiatan belajar mengajar yang efektif untuk semuanya.
PTK juga dapat digunakan sebgai sarana komunikasi dan kolaborasi antara
guru dan dosen pada bidang studi yang sama, misal melalui kegiatan lesson
study. Selain itu, alasan terpenting dilakukan PTK adlah guru tidak perlu takut
dengan istilah penelitian yang seringkali terkesan rumit, karena PTK tidak
memerlukan teori dan statistika yang rumit.
PTK penting bagi guru karena:
a. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya
b. Temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk
memperbaiki pembelajaran
c. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya
d. Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik
e. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan
PTK di kelasnya (Mundilarto 2004). Peran serta guru dalam upaya-
upaya perbaikan pendidikan dirasa perlu untuk menemukan
pendekatan yang berbeda dalam pemanfaatan penelitian untuk
perbaikan pembelajaran. Guru tidak lagi dianggap sebagai penerima
pembaharuan, melainkan ikut bertanggung jawab dan berperan aktif
untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya sendiri
melalui penelitian tindakan yang dilakukan terhadap proses
pembelajaran yang dikelola. Bagi pendidikan di sekolah, PTK dapat
digunakan untuk perbaikan secara praktis yang meliputi
penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa
baik yang diajar oleh guru sebagi pelaku PTK maupun siswa lain
pada umumnya, seperti kesalahan-kesalahan konsep dalam mata
pelajaran, kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami oleh guru, dan
sebagainya. Selain itu perbaikan praktis tersebut dapat terjadi secara
berkesinambungan karena cenderung terprakarsai ”dari dalam”
bukan karena diinstruksikan dari luar (Tim Pelatih Proyek PGSM
1999).
Dalam pelaksanaan PTK sasaran penelitian dapat diambil dari
berbagai permasalahan dalam pembelajaran sains yang menjadi
keprihatinan guru yang dapat digunakan sebagai titik acuan
prakarsa pelaksanaan PTK. Dengan demikian para guru dapat
memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran sains mereka.
Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan penelitian tindakan
kelas yaitu menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga
kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan
pembelajaran. Pembelajaran sains secara tidak langsung menuntut
guru sains untuk rajin melakukan penelitian-penelitian agar dapat
menemukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu
proses dan mutu hasil belajar siswa. Setelah ditemukannya metode
pembelajaran yang tepat, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk
belajar dan mudah dalam menerima dan memahami pelajaran
tentang sains. Sehingga hasil belajar siswa tersebut juga semakin
baik dan pada akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai. Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas ini sangat relevan dengan
pembelajaran sains yang terus berkembang dan sering ditemui
permasalahan-permasalahan pembelajaran.

5. PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah. Manfaat


PTK bagi guru adalah sebagai berikut.

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.

2. Membantu guru berkembang secara profesional.

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru.

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan.

Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses/hasil


belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model
bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.

Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya


peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
6. Pelaksanaan sebuah penelitian tentu tidak seutuhnya sempurna, pasti terdapat
keterbatasan yang dihadapi. Keterbatasan dalam penelitian tindakan kelas,
yaitu masalah validitas dan generalisasi. Validitas atau kesahihan PTK
sebagai penelitian ilmiah sering dipertanyakan. Kemudian hasil PTK tidak
dapat digeneralisasikan karena memang hasil tersebut hanya terkait dengan
siswa dalam kelas tertentu.

7. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu cara untuk menumbuhkembangkan


pembaruan yang dapat meningkatkan atau mempertbaiki hasil belajar siswa.
Agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus dipenuhi.
Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Sekolah harus memberikan kebebasan bagi guru untuk melakukan PTK,


berkolaborasi dengan teman guru lainnya, dapat secara bebas meminta
teman untuk menjadi pengamat bagi kelasnya, dan bebas berdiskusi
tentang kemajuan kelasnya, disamping dapat menumbuhkan rasa saling
mempercayai. Namun keyataan menunjukkan bahwa birokrasi dan
formalitas yang ada di sekolah tidak menunjang terjadinya itu semua,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Shumsky dan Holly (dalam
McTagganrt, 1991). Kondisi ini tidak menunjang pelembagaan PTK di
sekolah, sehingga PTK hanya dianggap eksprerimen sesaat saja.
b. Sejalan dengan pemikiran pada butir 1, birokarasi dan hierarki  organisasi
di sekolah hendaknya diminimalkan. Sebaliknya yang harus ditumbuhkan
adalah kolaborasi atau kerja sama yang saling menguntungkan, serta
pengambilan keputusan secara bersama.
c. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi
sekolahnya. Jika keinginan tersebut memang merupakan komitmen
sekolah, maka PTK sebagai satu bentuk inovasi di sekolah akan dapat
tumbuh subur, kegiatan PTK mungkin akan menjadi kegiatan rutin bagi
guru.
d. PTK mensyaratkan keterbukaan dari semua staf sekolah untuk membahas
masalah yang dihadapi tanpa rasa khawatir  akan dicemooh. Diskusi
dengan teman sejawat tentang masalah yang dihadapi dan kemudian
setiap staf menganggap masalah yang dibahas merupakan masalah
bersama, merupakan kondisi yang dipersyaratkan untuk berkembangnya
PTK di sekolah.
e. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya
pembaharuan. Sikap negatif yang ditunjukkan meskipun hanya selintas
akan merusak iklim inovasi yang sedang tumbuh.
f. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa
mereka sedang melakukan satu pembaharuan yang didukung oleh kepala
sekolah dan juga orang tua.
g. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya
mendapat perhatian lebih daripada yang lama yang sudah diakrabi setiap
hari. Hal ini perlu untuk menghindari munculnya kecemburuan sosial.

8. Rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan guru.

Apa itu masalah?

 Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah


pembelajaran/pendidikan adalah harapan tentang kondisi pembelajaran
yang berkualitas dengan  mutu pembelajaran yang ada saat ini.

 Masalah adalah situasi yang tidak memuaskan/ganjalan pikiran dan


perasaan yang mendorong peneliti untuk mencari solusi.

 Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabnya


melalui penelitian.

Bagaimana cara dapat menemukan masalah dalam pembelajaran?


Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk refleksi diri guna menemukan
masalah:
 Apakah kompetensi awal siswa untuk mengikuti pembelajaran cukup
memadai?
 Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
 Apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran?
 Apakah sarana/prasana pembelajaran cukup memadai?
 Apakah pemerolehan hasil pembelajaran cukup tinggi?
 Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
 Apakah ada unsur inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
inovatif tertentu?
Untuk mengarahkan pada permasalahan yang lebih realistis, kaji ulang case study
yang pernah dilakukan dengan pertanyaan di bawah ini:
1. Apa yang sedang dan sering terjadi di kelas saya?
2. Masalah-masalah apa yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut?
3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
4. Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan atau tidak segera
dicarikan solusi?

Masalah terpilih tersebut kemudian dianalisis. Analisis masalah dapat dilakukan


dengan cara refleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk
mencari kemungkinan penyebab munculnya masalah. Untuk mempertajam hasil
analisis, upayakan  menemukan bukti-bukti atau dokumen yang  terkait dengan
masalah tersebut.
Tabel untuk format untuk Identifikasi Masalah PTK

Daftar masalah Masalah pembelajaran yang Analisis Masalah


pembelajaran yang akan dipilih untuk diperbaiki (Kemungkinan penyebab dan
muncul di kelas atau diangkat sebagai PTK alternatif solusinya)
Analisis masalah diakhiri dengan upaya menemukan gagasan tentang cara
memperbaiki masalah pembelajaran tersebut. Untuk itu, guru pemandu dapat
memperhatikan rambu-rambu berikut.

a. Menemukan gagasan pemecahan masalah dan hipotesis tindakan


Dengan menggunakan dasar kajian ilmiah terkait dengan masalah pendidikan
dan pembelajaran serta mempertimbangkan berbagai pengalaman peneliti
selaku pendidik, maka peneliti dapat merumuskan beberapa gagasan alternatif
pemecahan yang mungkin dapat dilakukan.
b. Pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih alternatif
pemecahan masalah:
 Kajian terhadap teori-teori pembelajaran dan teori-teori pendidikan.
 Kajian terhadap hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang
diteliti.
 Kajian terhadap pendapat dan saran pakar pendidikan.
 Diskusi intensif dengan teman sejawat atau sesama dosen, dengan
praktisi pendidikan, dan anggota masyarakat yang peduli akan
perkembangan pendidikan.
9. Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah
serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang
dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara
melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar
dapat memandu usaha perbaikan. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya
adalah mencari/ mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat
dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai
dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai
dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas
yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Pelaksanaan tindakan
dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan
termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana
lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, serta
melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
10. Cara mengambil data biasanya menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan teknik
nontes. Teknik nontes yang biasa digunakan adalah bservasi, wawancara, jurnal,
dan dokumentasi. Jika kita menggunnakan teknik tes dalam mengumpulkan data,
perlu dicermati pembuatan soal tesnya. Soal tes yang kita susun haruslah mampu
mengukur kompetensi yang diinginkan. Karena itu, jenis tes yang kita gunakan
pun harus sesuai dengan karakter kompetensi yang akan kita teliti. Jika kita akan
meneliti kemampuan berbicara anak, misalnya, tentu harus menggunakan tes
perbuatan. Tidak mungkin kita menggunakan tes tertulis untuk mendapatkan data
kemampuan berbicara siswa. Demikian juga jika kita menggunakan teknik nontes.
Kita harus bisa memilih bentuk teknik yang memang benar-benar dapat mengukur
kompetensi anak. Hal yang perlu kita perhatikan dalam pengumpulan data adalah
instrumen penelitian. Teknik pengumpulan data selalu berkaitan dengan
instrumen penelitian. Dalam proposal PTK orang sering mencampuradukkan
keduanya. Yang benar, teknik mengumpulan data merupakan cara untuk
mendapatkan data. Dalam rangka mendapatkan data tersebut dibutuhkan alat yang
kita sebut instrumen penelitian. Jika kita menggunakan teknik tes, misalnya,
instrumen yang kita butuhkan adalah soal tes beserta kisi-kisinya. Jika kita
memilih observasi sebagai teknik untuk mengupulkan data, instrumen yang kita
butuhkan adalah lembar observasi. Begitu seterusnya, masing-masing teknik
membutuhkan instrumen yang sesuai. Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya adalah analisis data. Melalui analisis data peneliti akan mengetahui
hubungan masing-masing hasil penelitian, mulai dari prasiklus sampai dengan
siklus terakhir, dengan masing-masing rinciannya. Hasil analisis inilah yang
merupakan bahan penyusunan laporan penelitian.
11. Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah
serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang
dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara
melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar
dapat memandu usaha perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/ mengembangkan
cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang
relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman
sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara
perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru,
kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim
kerja di sekolah. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas,
menyiapkan alat pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara
merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika
diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi
dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu
oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat.
12. Data diperoleh dengan observasi yang bertujuan memantau proses dan dampak
perbaikan dilakukan dengan mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus
yang selalu berulang, yaitu: pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan
observasi, dan diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif,
hubungan guru dan pengamat harus didasari saling mempercayai, fokus kegiatan
adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan data
yang objektif, guru didorong untuk mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi
merupakan proses yang berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat
dalam perkembangan profesional yang saling menguntungkan. Selain melalui
observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui
catatan/laporan harian guru, catatan harian siswa, wawancara (antara guru dan
siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru), angket, dan telaah berbagai
dokumen. Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data,
memaparkan atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau
grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil analisis
dilakukan refleksi, yaitu renungan atau mengingat kembali apa yang sudah
berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru
melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama,
atau baru sama sekali.
13. Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:

1.  merencanakan perbaikan,
2.  melaksanakan tindakan,
3.  mengamati, dan
4.  melakukan refleksi.

Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi


masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran
yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan
cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar
dapat memandu usaha perbaikan. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya
adalah mencari/ mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat
dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai
dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai
dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas
yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Pelaksanaan tindakan
dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan
termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana
lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, serta
melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.

14. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses analisis hasil PTK

1. Data penelitian tindakan kelas pada dasarnya dikumpulkan oleh guru


yang berperan sebagai peneliti dan pengajar, dan jika perlu dapat
dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih banyak bersifat
kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif.

2. Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan
sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah
dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.

3. Sehubungan dengan butir 2, maka analisis data dilakukan dengan cara


memilih, memilah, mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya,
kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau
dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam
bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat
data yang dianalisis.

4. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk


menemukan persentase, dan nilai rata-rata. Penyajian hasil analisis
dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi atau grafik.

5. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari


data yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Interpretasi ini pada gilirannya akan menjadi temuan penelitian.
6. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan
memungkinkan tafsiran/interpretasi hasil penelitian yang akurat dan
valid itu. Oleh karena itu, guru harus sangat berhati-hati dalam
melakukan analisis. Kekurang-akuratan dapat diminimalkan dengan
melakukan “cross check” dengan sumber data atau dengan data lain
yang sejenis.

7. Agar mampu melakukan analisis data, guru harus banyak melakukan


latihan dan bekerja dalam kelompok.

15. Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan


kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Lewat refleksi Anda berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan
kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan
ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan (2)
memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajaran
dilaksanakan.
16. Sebenarnya secara tidak sadar guru telah melakukan PTK, yakni ketika guru
melakukan evaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika
masalah sudah ditetapkan, maka masalah ini perlu dianalisis dan dirumuskan.
Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi, terutama
apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Untuk mengetahui
penyebabnya, masalah ini harus dianalisis, dengan mengacu kepadateori dan
pengalaman yang relevan.

Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah


yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan
untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan
beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam
pertanyaan masalahnya; analisis sebab dan akibat tentang kesulitan yang
dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian
yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi
persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam
penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui
diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian
pustaka.

17. Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah),


guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah
tersebut. Dengan perkataan lain, dalam langkah ini, guru merancang tindakan
perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk
merancang suatu tindakan perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori
yang relevan, (2) bertanya kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan
supervisor. Ahli terkait mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli bidang
studi atau pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan dituangkan
dalam rencana pembelajaran.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis penelitian
tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi lapangan yang
senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan
hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan
perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang
dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur
yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat
dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam
menimbang-nimbang berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari
masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan mencari
ilham dari teori/hasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga
rumusan hipotesis akan lebih tepat. Contoh hipotesis tindakan akan diberikan
di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam
memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan
bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam
memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk
memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai
berikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik
perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks
bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan
membacanya.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan
telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh
tindakannya belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan
hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya.
Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti
merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis
yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi
dan begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat
kualitasnya. Secara alami, langkah-langkah itu biasanya tidak terjadi dalam
alur yang lurus. Apabila terjadi perubahan masalah pada waktu dilakukan
analisis masalah, maka diperlukan identifikasi masalah yang baru. Data
diperlukan untuk memfokuskan masalahnya dengan mengidentifikasi faktor
penyebab, dalam menentukan hipotesis tindakan, dalam evaluasi dsb.   

Anda mungkin juga menyukai