Anda di halaman 1dari 7

MATERI PRAKTIS AGAMA ISLAM TAHUN 2010 TAJHIZ JENAZAH[1]

I. Pendahuluan

Setiap yang bernyawa pasti akan mati, demikianlah firman Allah dalam al-Quar’an, di
antaranya, QS al-Ankabut (29): 57, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”

Itulah sunnatullah yang tetap berlaku pada setiap makhluk yang bernyawa tanpa
ada pengecualian. Namun demikian kematian seorang manusia berbeda dengan makhluk
lain baik dari proses maupun pengurusannya setelah meninggal dunia. Khususnya bagi
ummat Islam yang masih hidup, berkewajiban memperlakukan seorang muslim yang
telah meninggal dengan baik sesuai cara-cara yang telah diatur agama, atau yang lebih
dikenal dengan tajhiz jenazah.

Kata tajhiz ????? secara bahasa berarti persiapan atau perlengkapan. Dalam
penggunaannya, tajhiz jenazah didefinisikan sebagai pelaksaan pengurusan jenazah
seorang muslim, mulai memandikan, mengkafankan, menshalatkan, sampai
menguburkannya dengan tata cara tertentu yang diatur syariat.

Sebelum dibahas tentang tata cara mengurus jenazah, terlebih dahulu dipaparkan
uraian singkat tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut seseorang yang
akan menghadapi saktaul maut. Berdasarkan tuntunan dari Rasulullah Saw, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, baik oleh anggota keluarga, pembesuk orang sakit, maupun
orang yang sedang sakit. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengingatkan orang sakit untuk selalu bersabar agar menerima kenyataan itu sebagai
bagian dari takdir dan cobaan Tuhan. Tabah menjalani penyakit bagian dari ibadah
dan berfungsi sebagai penghapus dosa masa lampau.
2. Jangan membayangkan sesuatu yang menakutkan kepada orang sakit, sebaliknya
upayakan membangkitkan semangat, rasa optimis, dan kepasrahan (tawakkal) kepada
Allah Swt.
3. Tuntunkan sebuah doa dari Rasulullah terhadap orang sakit sebagai berikut:

“Ya Allah, perpanjanglah hidupku jika itu lebih baik bagiku, dan ambillah aku jika
itu lebih baik bagiku”.
4. Anggota keluarga dan para pelayat bisa membantu dengan doa sebagai berikut:

“Ya Allah, panjangkanlah hidupnya jika itu lebih baik baginya, dan ambillah jika itu
lebih baik baginya”.
5. Doa lain yang dianjurkan dan diajarkan Rasulullah kepada para pembesuk terhadap
orang sakit ialah:

Allahumma rabban nasi, mudzhibal basi, isyfi antasy syafi, syifa’an la yughadiru
saqaman.
“Ya Allah, Tuhan manusia, sembuhkanlah (dia), Engkaulah Zat Yang Maha Penyembuh,
Penyembuh yang tidak menyisahkan (penyakit) kepada orang sakit”.
6. Ketika Rasulullah sedang sakit, Jibril membesuknya dan membaca :
Bismillahi arqika, min kulli syai’in yu’dzika, min syarri kulli nafsin wa ‘ainin
hasidah, Alhahu yasyfika.
Artinya: “ Atas izin Allah saya mengupayakan kebaikan atasmu, dari segala sesuatu
yang membuatmu tersiksa, dari keluhan setiap diri dan mata yang dilemahkan Allah,
Allah menyembuhkanmu”.
7. Orang yang sudah dalam keadaan sakaratul maut, anggota keluarga atau pelayat
menuntun orang sakit untuk membaca atau mengikuti dalam hati lafaz tahlil: La ilaha
illal Lah, Muhammadur Rasulullah, berkali-kali, sampai orang sakit menghembuskan
napas terakhir. Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengakhiri hidupnya dengan
kalimat La ilaha illal Lah, maka yang bersangkutan akan masuk surga”.
8. Para pelayat lainnya dianjurkan membaca surah Yasin, untuk meringankan beban
orang yang sedang zakaratul maut, sesuai anjuran Rasulullah Saw.
Tuntunan Tajhizul Mayit
1. Seseorang dinyatakan meninggal dunia jika sudah mengalami tanda-tanda antara lain
sebagai berikut:
2. Denyut jantung sudah berhenti total.
3. Sebelumnya, bagi yang meninggal secara normal, biasanya diawali dengan rasa dingin
ujung jari-jari kaki, kemudian berangsur-angsur naik ke bagian atas anggota badan.
4. Biasanya dada mulai kedengaran bunyi sesak napas, lalu disusul dengan bunyi di
tenggorokan.
5. Biasanya yang bersangkutan mengambil dan membuang napas dari mulut.
6. Kemudian perlahan-lahan pandangan matanya menengok ke atas. Umumnya orang
yang akan meninggal matanya menengadah ke atas, seperti kata Rasulullah:
“Sesungguhnya apabila roh seseorang dicabut, maka tatapan matanya akan
menyertainya”.
7. Bisa juga, dan lebih baik, jika pemberitaan kematian itu dinyatakan oleh dokter.
Catatan:
Euthanasia, yakni melakukan upaya sadar untuk mempercepat proses kematian
seseorang, masih menjadi kontroversi di kalangan ulama. Euthanasia ada dua macam,
yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif.
Euthanasia aktif, yakni melakukan upaya aktif untuk mempercepat proses kematian
seseorang, seperti tindakan seseorang dokter yang memberikan suntikan melebihi dosis
kepada pasien, meskipun menurutnya sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup.
Umumnya para ulama mengharamkan euthanasia aktif, bahkan di antara mereka ada
yang menganggapnya sebagai pembunuh yang dapat dikenakan ancaman pembunuhan
bagi yang melakukannya.
Euthanasia pasif, yakni tindakan sadar untuk tidak melakukan upaya dan pertolongan
maksimal lebih lanjut terhadap seorang pasien yang dinyatakan sudah mati suri dan tidak
akan ada lagi harapan untuk hidup menurut kesimpulan tim dokter. Euthanasia seperti ini
umumnya para ulama menganggaap wajar dan boleh. Akan tetapi, kita harus hati-hati
terhadap penghentian mekanisme kerja alat-alat berat yang menolong pernapasan si
penderita, bisa saja dianggap eutanasia aktif, jika si pasien masih ada kemungkinan untuk
mempertahankan hidup.
Jika seseorang sudah dinyatakan telah meninggal, maka hal-hal yang segera harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Anggota keluarga dan pelayat dianjurkan Rasulullah membaca ayat 83 dari surah
Yasin:

“Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

2. Orang lain yang mendengarkan berita kematian ini dianjurkan membaca: Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un.
3. Setelah itu, mayat segera ditutup rapat kelopak mata dan mulutnya, sambil membaca:
Para pelayat dianjurkan mendoakan yang meninggal, seperti diajarkan Rasulullah:
Allahummaghfir ………(sebut nama orang yang meninggal), warfa’ darajatahu (ha) fil
mahdiyyin al-muqarrabin, wakhlufhu (ha) fi ‘aqibihi fil ghairin, waghfir lana walahu
(ha) ya Rabbal ‘alamin.
Setelah itu, kedua kakinya dirapatkan dan kedua tangannya dilipat menyerupai
lipatan tangan orang sedang shalat, tangan kiri di bagian dalam dan tangan kanan di
bagian luar.
Biasanya sulit untuk menutup mata, menutup mulut, melipat tangan, dan
merapatkan kaki, jika terlambat dan mayat sudah mengeras. Jika hal itu terjadi, biasanya
dapat diatasi dengan menarik kedua ibu jari kaki si mayat sambil menutup mata dan
mulutnya.
4. Kemudian, posisi tidurnya diubah menghadap ke kiblat, membentang seperti
bentangan mayat di dalam kubur.
5. Mayat ditutupi seluruh anggota badannya dengan kain bersih.
Jika satu dan lain hal, mayat itu harus menunggu sesuatu, misalnya untuk diotopsi
atau menunggu anggota keluarga dekat, atau hal-hal yang darurat lainnya, maka mayat
harus diamankan dari segala sesuatu yang bisa mengganggu si mayat, misalnya
kerumunan semut atau lalat. Bahkan sebaiknya diupayakan bahan-bahan tertentu yang
bisa mempertahankan keutuhan dan kesegaran mayat. Memberikan wewangian atau
bahan-bahan lain yang bisa mencegah bau busuk dari mayat.[2]
II. Bahan Yang Diperlukan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam mengurus jenazah adalah

1. Kain kafan, kain basahan, handuk, kain persalinan, alas keranda, air (atau tanah untuk
tayammum), tikar, sekarat pelepah pisang, batang pisang untuk kuda-kuda bila tidak
ada yang memangkunya.

2. Ramuan-ramuan, seperti kapas, kapur barus, kayu cendana, jeruk purut, bunga,
kemenyan, minyak wangi, sabun, daun bidara, dan air bunga

3. Kain kafan, (Minimal satu lapis baik laki-laki maupun perempuan. Maksimal untuk
laki-laki tiga lapis kain besar tanpa baju, sarung, dan surban. Untuk perempuan lima
lapis, terdiri dari dua lembar kain besar untuk alas, baju, rok, dan jilbab), tali pengikat
kafan, kain perca, sarung tangan, bantal tiga buah, dan lain-lain yang dirasa perlu.

III. Tata Cara Memandikan Jenazah

Maksud memandikan jenazah adalah membersihkan jenazah dari hadats dan najis
dengan cara mengalirkan air secara merata keseluruh tubuh jenazah. Adapun rukun
memandikan jenazah dan tata cara memandikannya adalah:

1. Membersihkan najis dan kotoran (yang ada di badan, gigi, hidung, telinga, jemari-
jemari)

2. Niat memandikan jenazah, dibaca ketika air disiramkan ketubuhnya, yaitu:

3. Menyiramkan air ke seluruh tubuh jenazah secara merata. Disunatkan membaca do’a
berikut ini, yaitu:

“Ya Allah, sucikanlah ia dengan air yang sejuk menyejukkan”

Berikut ini juga merupakan sunat-sunat dalam memandikan jenazah yang


dikerjakan setelah nomor 3, yaitu:

4. Sunat memandikan jenazah dengan hitungan ganjil. Adapun caranya adalah dengan
menyiram air bersih mulai dari kepala sampai kaki sebelah depan, sebelah kanan
jenazah dan sebelah kiri jenazah. Ini dihitung satu kali

5. Yang terakhir, jenazah disiram dengan air sembilan, yaitu air ramuan yang terdiri dari
air kafur barus, bunga, jeruk purut, sambil membaca do’a

6. Do’a yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air sembilan pada bagian
depannya tiga kali, yaitu:
“Ampunilah kami Ya Allah, hanya kepada-Mu kami kembali.”

7. Do’a yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air sembilan pada bagian
kananya tiga kali, yaitu:

“Ampunilah kami Wahai Maha Pengasih, hanya kepada-Mu kami kembali.”

8. Do’a yang sunat di baca ketika menyiram jenazah dengan air sembilan pada bagian
kirinya tiga kali, yaitu:

“Ampunilah kami Wahai Maha Penyayang, hanya kepada-Mu kami kembali.”

9. Jenazah diwudhukkan dengan niat,

10. Membaca do’a setelah selesai memandikan jenazah, yaitu:

“Tiada tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, tiada syarikat bagi-Nya, Dia-lah yang Maha
Memiliki, bagi-Nya segala puji, Dia Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, Dia
Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, jadikanlah kami dan dia termasuk dari
golongan orang-orang yang selalu bertaubat.”

IV. Tata Cara Mengkafani Jenazah

1. Doa memotong kain kafan

“Ya Allah, Jadikanlah kain kafan ini baginya sebagai rahmat, kemuliaan, cahaya, dan
hijab yang menghalanginya dari neraka”.

2. Doa mengkafankan jenazah

“Ya Allah, Jadikanlah kain kafannya kemuliaan dan masukkanlah ia ke dalam syurga
dengan rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

V. Tata Cara Menshalati Jenazah

1. takbir pertama beserta niat shalat jenazah hadir


2. Niat shalat jenazah ghaib

3. Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama

4. Membaca shalawa kepada Nabi Muhammad saw pada takbir kedua

5. Membaca do’a untuk mayat pada takbir ketiga

Untuk jenazah anak-anak, boleh membaca do’a berikut:

6. Pada takbir ke empat disunatkan membaca do’a berikut:

7. Rukun terakhir adalah salam

VI. Tata Cara Menguburkan Jenazah

1. Di sunatkan mayat diturunkan dari arah kaki kuburan sambil membaca do’a
berikut

“Dengan Nama Allah atas agama Rasulullah saw”.

1. Mayat wajib dihadapkan ke kiblat. Di sunatkan sambil mengambil tanah tiga


genggam.

Tanah genggaman pertama diletakkan di kepala dan membaca do’a

(dari tanah kamu diciptakan)

Genggaman kedua untuk pusat dan dibaca do’a

(dan kedalam tanah kamu dikembalikan)

Dan genggaman ke tiga untuk kaki dan di baca do’a

(dan dari tanah pula Kami keluarkan kamu pada

Kali yang lain, yaitu pada waktu manusia dibangkitkan dari kuburnya).

1. Setelah selesai penguburan, di tanami pohon yang mudah tumbuh sambil


membaca do’a
“Ya Allah, jadikanlah pohon ini sebagai rahmat dan karunia yang luas di dalam
kuburnya, Wahai Yang Maha Pengasih.”

1. Setelah itu di tanam batu nisan, sambil membaca do’a

“Ya Allah, jadikanlah batu in sebagai rahmat, keutamaan yang luas di dalam kuburnya,
Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

1. Disiram dengan air bunga sambil membaca do’a

“Dengan nama Allah, Allah yang telah mengairi kuburnya, mendinginkan tempat
pembaringannya, dan jadikan syurga tempat tinggalnya, Wahai Yang Maha Pengasih.”

1. Terakhir dibaca do’a berikut

Anda mungkin juga menyukai