Anda di halaman 1dari 28

PSIK FK UNUD 201

0
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Diabetes Mellitus
• Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
• Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
• Diabetes Melllitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1)
• Diabetes mellitus diartikan pula sebagai penyakit metabolisme yang
termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau
hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dl atau 120 mg%). Karena itu DM sering
disebut juga dengan penyakit gula.

2. Epidemiologi/ Insiden Kasus


Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang
lebih 12 juta orang. 7 juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah
terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih
650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (health people 2000,
1990). Menurut Survey WHO, 8,6% dari jumlah masyarakat Indonesia telah
terdiagnosis Diabetes Melitus, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar
setelah India, China, Amerika Serikat.
Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada
orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan
1 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
populasi umum. Separuh dari keseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih
dari 65 tahun di rawat di rumah sakit setiap tahunnya. Komplikasi yang serius
dan dapat membawa kematian sering turut menyebabkan peningkatan angka
rawat inap bagi para penderita diabetes.
Survei Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada tahun 2001
menyebutkan jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 8,6 persen, terjadi
peningkatan jumlah DM di Jakarta dari 1,7 persen pada tahun 1981 menjadi 5,7
persen pada tahun 1993. International Diabetic Federation (IDF)
mengestimasikan bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ketas
menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 dan akan meningkat
menjadi 8,2 juta pada 2020, sedang Survei Depkes 2001 terdapat 7,5 persen
penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut menyebutkan
jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di
rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam.
Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia
meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat
teratur.
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini
mencangkup 15% populasi pada panti lansia.
Di Amerika Serikat, diabetes merupakan penyebab utama kebutaan yang
baru diantara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan juga menjadi penyebab
utama amputasi di luar trauma kecelakaan. 30% pasien yang mulai mendapatkan
terapi dialysis setiap tahun menderita penyakit diabetes. Diabetes berada dalam
urutan ke tiga sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit dan hal ini
sebagian besar disebabkan oleh angka penyakit arteri koroner yang tinggi pada
para penderita diabetes.

3. Penyebab/Faktor Predisposisi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
2 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan
lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga
yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan
kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan
kepada anak-anaknya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana
sel-sel beta dihancurkan oleh antibodi karena dianggap sebagai sel asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
Beberapa contoh dari virus dan toksin tersebut, antara lain :
• Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel
beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga,
virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan
hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga
bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
• Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

3 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

3. Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat
sekresi hormon-hormon plasenta. Setelah melahirkan bayi, kadar glukosa
darah akan kembali normal.

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit


Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah
hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke
dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai
cadangan energi.
Pada Diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.
Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan
komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketonik (HHNK). Hiperglikemia jangka
panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis
(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskuler
yang mencangkup infark miokardium, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.

4. Klasifikasi
1. IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Millitus )

4 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas karena reaksi autoimin sehingga tubuh tidak dapat memproduksi
insulin alami untuk mengontrol kadar glukosa darah.
2. NIDDM ( Non-Insulin Dependent Diabetes Millitus )
Tidak tergantung insulin. Diabetes ini dsebabkan oleh gangguan
metabolisme dan penurunan fungsi hormon insulin dalam mengontrol kadar
glukosa darah dan hal ini bisa terjadi karena faktor genetik dan juga dipicu
oleh pola hidup yang tidak sehat.
3. Gestational Diabetes
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil.
Diabetes melitus ( gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan
suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin
yang tidak cukup, sama dengan jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini
dikembangkan selama kehamilan dan dapat meningkatkan atau menghilang
setelah persalinan. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan
diabetes gestational dapat mengganggu kesehatan dari janin atau ibu, dan
sekitar 20%–50% dari wanita-wanita dengan Diabetes Melitus gestational
sewaktu-waktu dapat menjadi penderita.

5. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes ada beberapa yaitu :
1. Jangka pendek:
• Hipoglikemia
• Ketoasidosis diabetik
• Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
2. Jangka panjang
• Retinopati
• Nefropati
• Neuropati : polineuropati sensori(neuropati perifer), neuropati cranial,
dan neuropati otonom

6. Gejala Klinis
5 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

7. Pemeriksaan fisik
a. Inpeksi : lemah, pucat
b. Auskultasi : suara napas normal
c. Perkusi : tidak ada asites
6 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, nadi 80x per menit

8. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang


 Pemeriksaan diagnosis
 Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih.
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
 Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/l.
 Elektrolit:
 Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun.
 Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden.
 Pemeriksaan mikroalbumin
Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular
Nefropati Diabetik
• Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal
ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau
hemodialisis.
• Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal
yang berfungsi sebagai alat penyaring.
• Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan lolosnya
protein albumin ke dalam urine.

7 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
• Adanya albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan
indikasi terjadinya nefropati diabetic.
Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
• Diagnosis dini nefropati diabetic
• Memperkirakan morbiditas penyakit kardiovaskular dan mortalitas
pada pasien DM
Jadwal pemeriksaan Mikroalbumin
• Untuk DM Tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5
tahun didiagnosis DM
• Untuk DM tipe 2
o Untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis ditegakkan
o Secara periodic setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter
 Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
Dapat Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM
HbA1c atau A1C
• Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa
dengan hemoglobin (glycohemoglobin)
• Jumlah A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah
• Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai
dengan sel darah merah)
• Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemriksaan
Manfaat pemeriksaan A1C
• Menilai kualitas pengendalian DM
• Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu
dijalankan
Tujuan Pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi (kronik) diabetes karena :
• A1C dapat memperkirakan risiko berkembangnya komplikasi
diabetes

8 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
• Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah terus
menerus tinggi dalam jangka panjang
• Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan)
dapat diperkirakan dengan pemeriksaan A1C
Jadwal pemeriksaan A1C
• Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM dipastikan
• Secara periodic (sebagai bagian dari pengelolaan DM) yaitu :
− Setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum
tercapai)
− Minimal 2 kali dalam setahun.

9. Diagnosis /kriteria diagnosis


Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan
Bukan Belum
metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan DM
DM pasti DM
diagnosis DM (mg/dl).[3]
Kadar glukosa darah sewaktu:
Plasma vena <110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 – 199 >200
Kadar glukosa darah puasa:
Plasma vena <110 110 - 125 >126
Darah kapiler <90 90 – 109 >110

10. Therapy /Tindakan Penanganan


Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak
makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita
diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu
dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi

9 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula
darah dan berat badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah
raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara
menghindari terjadinya komplikasi.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan
pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara
teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan
dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi
sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati
dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil
maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut)
atau menggunakan insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
Obat hipoglikemik oral
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada
diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan
klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara
merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan
cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun
beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat

10 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan
baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat
dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung
sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada
saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik
karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam
penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar
tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan
dan lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat
Contohnya adalah insulin regular, yang bekerja paling sebentar.
Insulin ini sering kali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20
menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama
6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disuntikkan 15-20
menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimum
dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa
disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari
dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam.
3. Insulin kerja lambat

11 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
Contohnya adalah insulin suspensi sengyang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan
sehingga bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
• Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
• Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya
• Aktivitas harian penderita
• Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami
penyakitnya
• Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke
hari.
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari
insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah
yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan
kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur
malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja
cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai
suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama
setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya
tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya.
Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam
makanan dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak
sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu
tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini

12 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi
terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya
pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan
nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga
kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit
berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara
mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada
pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Primer assessment/primer survey
1). Data Subyektif
Identitas Pasien
• Nama
• Umur
• Jenis kelamin
• Status
• Agama
• Suku Bangsa
• Pendidikan
• Bahasa yang digunakan

13 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
• Pekerjaan
• Alamat
• Diagnosa medis
• Keluarga yang menemani atau bertanggungjawab
Keluhan Utama
a. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Keluhan yang paling utama dikeluhkan oleh pasien sehingga
masuk rumah sakit
b. Keluhan saat pengkajian
Keluhan yang dikeluhkan pasien saat dilakukan pengkajian
Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Catatan tentang penyakit yang pernah dialami pasien sebelum
masuk rumah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Catatan tentang penyakit yang dialami pasien saat ini (saat
pengkajian)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Catatan tentang penyakit keluarga pasien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini
2). Data Obyektif
Airway: -
Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton
Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena glukosa Intra Sel
Menurun sehingga Proses Pembentukan ATP/Energi
Terganggu)
Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi ketoasidosis
metabolik)
b. Secondary assesment
1). Exposure: -
2). Five Intervension:

14 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
 Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih.
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol
meningkat.
 Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang
dari 330mOsm/l.
 Elektrolit:
 Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun.
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun.
 Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali
lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
 Pemeriksaan mikroalbumin
Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular
Nefropati Diabetik
• Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
diabetes adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat
menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita
perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis.
• Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan
glomerolus ginjal yang berfungsi sebagai alat penyaring.
• Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan
lolosnya protein albumin ke dalam urine.
• Adanya albumin dalam urin (=albuminoria) merupakan
indikasi terjadinya nefropati diabetic.
 Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
Dapat Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM
15 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
HbA1c atau A1C
• Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara
glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin)
• Jumlah A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar
glukosa darah
• Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
(sesuai dengan sel darah merah)
• Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata
dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemriksaan
3). Give Comfort:
Nyeri di bagian abdomen karena ketoasidosis diabetik
4). Head to toe
 Kepala
Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekan
tidak ada.
 Muka
Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
 Mata
Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada,
nyeri tekan tidak ada.
 Hidung
Bentuk simetris, secret tidak ada
 Telinga
Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
 Mulut dan Gigi
Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan cukup,
lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada.
 Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada.

16 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
 Thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak
ada, retraksi otot dada tidak ada
 Abdomen
Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit,
pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak
ada, asites tidak ada.
 Ekstermitas
Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir
tetapi lemah.

17 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0

E/: peny.autoimun E/: Obesitas, F/ Predisposisi:Usia ≥65 th, riwayat


(genetik) Gaya Hidup kel.DM, Pola Makan Bertambah
POHON MASALAH

Insufiensi Insulin Resistensi Insulin

DM Tipe I DM Tipe II

Glukosa darah Glukosa Intra Komplikasi Kurang


meningkat Sel Menurun Vaskuler Informasi

Proses Pmbntkn
ATP/Energi Kurang
Merangsang Glukoneogene
Terganggu Mikro Makro PK.G Ansietas
sis Meningkat anggr pengetahu
pusat rasa lapar Vaskuler Vaskuler
en an ttg DM
Hiperglike
mia
Polifalgia Cadangan Basa Keton Lemah Kurang
Lemak Meningkat Retinopati Neuropati
Mentaati Diet
&protein ber
(-)
Ambang Hiper- Nepropati Parastesia
Batas Ginjal osmolarit PK: (kesemutan, rasa
Ketoasidosis PK.Hi
Terlampaui as Darah terbakar)
Diabetik poglik
Resiko Semibilitas nyeri
emia
Berat Cedera Suhu menurun
Badan Intoleransi
Merangsang Berkura
Glukosuria aktivitas PK
Pusat Rasa Haus ng GGK
Risiko tinggi
terhadap Infeksi
18 Asuhan Keperawatan Gawat DaruratTandaPada Pasien
dan gejala :
dengan Diabetes Mellitus Mual, muntah, nyeri abdomen,
hiperventilasi, napas bau aseton,
perubahan kesadaran
PSIK FK UNUD 201
0

Glukosuria Merangsang Berat


Pusat Rasa Haus Badan
Berkura
ng

19 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0

Diuresis
osmotik
Polidipsi
meningkat

Poliuria Perubahan
Pola Tidur Perubahan
Nutrisi Kurang
Dehidrasi dari Kebutuhan
tubuh

Kekurangan
Volume
Cairan

20 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0

2. Diagnosa
a. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glokosa
oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan energy metabolic
d. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
diabetes melitus

3. Rencana Tindakan
1. Kekurangan cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperglikemia).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24
jam diharapkan cairan/elektrolit dan keseimbangan asam
basa dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : tekanan darah stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit, haluaran urine tepat secara individu.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri Mandiri
1. pantau tanda-tanda vital. 1. hipovolemia dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardi.
2. pola napas seperti adanya 2. paru-paru mengeluarkan asam
pernapasan Kussmaul atau karbonat melalui pernapasan yang
pernapasan yang berbau keton. menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan
3. frekuensi dan kualitas ketoasidosis.
pernapasan, pengguanaan otot bantu 3. koreksi hiperglkemia dan asidosis
napas, dan adanya periode apnea akan menyebabkan pola dan frekuensi
dan munculnya sianosis pernapasan akan mendekati normal.

21 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
4. suhu, warna kulit dan
kelembabannya. 4. demam dengan kulit yang kemerahan,
kering mungkin sebagai cerminan dari
5. kaji nadi perifer, pengisian dehidrasi.
kapiler, turgor kulit, dan membran 5. merupakan indikator dari tingkat
mukosa. dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
6. pantau masukan dan 6. memberikan perkiraan kebutuhn akan
pengeluaran, catat berat jenis urine. cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
7. ukur berat badan setiap hari 7. memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam
memperbaiki cairan pengganti.
8. pertahankan untuk memberikan 8. mempertahankan hidrasi/volume
cairan paling sedikit 2500ml/hari sirkulasi.
9. catat hal-hal yang dilaporkan 9. kekurangan cairan dan elektrolit dapat
seperti mual, nyeri abdomen, mengubah motilitas lambungdan
muntah dan disertasi lambung secara potensial akan menimbulkan
kekurangan cairan dan elektrolit.
10. observasi adanya perasaan 10. pemberian cairan untuk perbaikan
kelelahan yang meningkat, edema, yang cepat sangat berpotensi
peningkatana berat badan, nadi menimbulkan beban cairan
tidak teratur, dan adanya distensi
pada vaskuler.
Kolaborasi Kolaborasi
1. berikan terapi sesuai dengan indikasi; 1. tipe dan jumlah dari cairan tergantung
normal salin atau setengah normal pada derajat kekurangan cairan dan
salin dengan atau tanpa dektrosa. respons pasien secara individual,
Albumin, plasma, atau dekstran. plasma ekspander (pengganti) kadang
dibutuhkan jika kekurangan tersebut
mengancam kehidupan atau tekanan
22 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
darah sudah tidak dapat kembali
normal dengan usaha-usaha rehidrasi
yang telah dilakukan.
2. pasang atau pertahankan kateter urine 2. memberikan pengukuran yang
agar tetap terpasang. tepat/akurat terhadap pengukuran
haluaran urine terutama jika neuropati
otonom menimbulkan gangguan
kantung kemih (retensi urine/
inkontenensia)
3. pantau pemeriksaan laboratorium 3. mengkaji tingkat hidrasi.
seperti Hematokrit (Ht),
BUN/Kreatinin, osmolaritas darah,
Natrium, Kalium.
4. berikan kalium atau elektrolit yang 4. kalium harus ditambahkan pada IV
lain melalui IV dan/atau melalui oral (segera aliran urine adekuat) untuk
sesuai indikasi. mencegah hipokalemia.
5. berikan bikarbonat bila pH kurang 5. diberikan dengan hati-hati untuk
dari 7,0 membantu mempebaiki asidosis pada
adanya hipotensi atau syok.
6. pasang selang NGT dan lakukan 6. menekompresi lambung dan dapat
penghisapan sesuai dengan indikasi. menghilangkan muntah.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin,
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan intake nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : berat badan pasien seimbang dan tidak lemah

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri Mandiri
1. Timbang berat badan setiap hari atau 1. mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai dengan indikasi adekuat

23 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
2. Tentukan program diet dan pola 2. mengidentifikasi kekurangan dan
makan pasien dan bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan terapeutik.
pasien. 3. hiperglikemia dan gangguan
3. Auskultasi bising usus, catat adanya keseimbangan cairan dan elektrolit
nyeri abdomen/perut kembung, asites, dapat menurunkan motilitas/fungsi
mual, muntah lambung (distensi atau ileus paralitik)
4. pemberian makanan melalui oral akan
4. Berikan makanan cair yang lebih baik jika pasien sadar an fungsi
mengandung nutrien dan elektrolit gastrointestinal baik.
dengan segera 5. jika makanan yang disukai pasien
5. Identifiikasi makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam perencanaan
oleh pasien makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
6. karena metabolisme karbohidrat
6. Observasi tanda-tanda hipoglikemia. mulai terjadi (gula darah akan
Seperti perubahan tingkat kesadaran, berkurang dan sementara tetap
kulit lembab/dingin, denyut nadi diberikan insulin maka Hipoglikemi
cepat , lapar peka rangsang, cemas, dapat terjadi. Jika pasien dalam
sakit kepala, pusing, sempoyongan. keadaan koma, hipoglikemia mungkin
akan terjadi tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran.
Kolaborasi
Kolaborasi 1. analisa di tempat tidur terhadap gula
1. lakukan pemeriksaan gula darah darah lebih akurat menunjukkan
dengan menggunakan “finger stick”. keadaan saat dilakukan pemeriksaan).
2. pantau pemeriksaan laboratorium, 2. gula darah menurun perlahan dengan
seperti glukosa darah, aseton, pH, dan penggantian cairan dan terapi insulin
HCO3. terkontrol.
3. berikan pengobatan insulin secara 3. insulin reguler memiliki awitan cepat
teratur dengan metode IV secara dan karenanya dengan cepat pula
intermiten atau secara kontinyu. dapat membantu memindahkan
24 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
glukosa kedalam sel.
4. larutan glukosa ditambahkan setelah
4. berikan larutan glukosa, misalnya insulin dan cairan mebawa gula darah
dekstrosa dan setengah salin normal. kira0kira 250 mgg/dl.
5. sangat barmanfaat dalam perhitungan
5. lakukan konsultasi dengan ahli diet. dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisis pasien.
6. kompleks karbohidrat (seperti jagung,
6. berikan diet kira-kira 60% wortel, brokoli, buncis, gandum, dll)
karbohidrat, 20% protein dan 20% menurunkan kadar glukosa/
lemak dalam penataan kebutuhan insulin, menurunkan kadar
makan/pemberian makanan kolesterol darah dan meningkatkan
tambahan. rasa kenyang.
7. dapat bermanfaat dalam mengatasi
7. berikan obat metaklopramid (reglan); gejala yang berhubungan dengan
tetrasiklin. neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran cerna, yang
selanjutnya meningkatkan pemasukan
melalui oral dan absorps zat makanan.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan energy metabolic


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24
jam diharapkan aktivitas pasien meningkat
Kriteria Hasil : TTV normal, pasien tidak lemah, menunjukkan adanya
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri Mandiri
1. Observasi TTV tiap 8 jam 1. Untuk mengetahui perkembangan pasien.
2. Kaji kemampuan pasien untuk 2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
melakukan aktivitas toleransi aktivitas

25 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0
3. Catat laporan terhadap 3. Untuk menentukan batasan intervensi
peningkatan kelemahan selama
dan setelah aktivitas. 4. Untuk mendorong kemandirian pasien
4. Bantu ADL pasien. 5. Untuk mencegah kekakuan otot
5. Anjurkan mobilisasi secara
bertahap.

4. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit diabetes


melitus
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ...
menit diharapkan ansietas pasien berkurang/ hilang
Kriteria Hasil : Pasien tidak cemas lagi/ cemas pasien berkurang, pasien
tidak bertanya – tanya tentang penyakitnya, ekspresi
wajah tidak sedih

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri Mandiri
1.Kaji tingkat ansietas 1.Untuk mengetahui tingkat kecemasan
2.Pantau respon fisik, pasien.
2.Untuk meningkatkan pengeluaran penyekat
3.Jelaskan tindakan/ prosedur yang dan adenergik pada daerah reseptor
akan dilakukan 3.Memberikan informasi akurat yang dapat
menurunkan kesalahan interpretasi yang
4.Tinggal bersama pasien, dapat berperan pada reaksi ansietas dan
mempertahankan sikap tenang ketakutan
4.Menegaskan pada pasien atau orang
5.Berikan kesempatan psien untuk terdekat bahwa walaupun perasaan pasien
bertanya diluar kontroltapi lingkungan tetap aman
5.Menambah kepercayaan pasien dan
menurunkan kesalahan persepsi/ inetrpretasi
informasi

4. Evaluasi
26 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0

Diagnosa Evaluasi
Kekurangan cairan berhubungan dengan S : klien sudah tidak mengeluh tidak
diuresis osmotik (dari hiperglikemia). nyaman karena terlalu sering kencing
(poliuria).
O : tekanan darah (100-120/80-
100)mmHg
Urin normal
A : masalah teratasi.
P : Hentikan tindakan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan S : klien sudah tidak merasa lemah lagi
tubuh berhubungan dengan O : BB seimbang
ketidakcukupan insulin (penurunan A : masalah teratasi, tujuan tercapai
ambilan dan penggunaan glokosa oleh P : Hentikan tindakan
jaringan mengakibatkan peningkatan
metabolisme protein/lemak)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan S: pasien mengatakan dapat melakukan
penurunan metabolik aktivitas sendiri
O: TTV normal, pasien terlihat
bersemangat
A: tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi

Ansietas berhubungan dengan kurang S: Pasien mengatakan sudah mengerti


informasi tentang penyakit diabetes dengan penjelasan yang diberikan dan
melitus sudah tau penyakit dan perawatannya
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi
penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

27 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus
PSIK FK UNUD 201
0

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakite Edisi 5. Jakarta : EGC

28 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien


dengan Diabetes Mellitus

Anda mungkin juga menyukai