Oleh:
KELOMPOK VI
MATARAM
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah hasil diskusi
kami dengan judul “BIOPSIKO KEHAMILAN”. Dimana dalam penyusunan makalah ini
bertujuan agar mahasiswa Kedokteran Unizar dapat memahami isi dari makalah ini sehingga
dapat bermanfaat bagi mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya
sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan
makalah ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
ADAPTASI MATERIAL
Wanita dengan segala usia selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan
sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara social dan kognitif. Pada kehamilan awal,
tidak ada yang berbeda. pada janin mulai bergerak pada trimester kedua wanita mulai
memperhatikan kehamilannya dan berdiskusi dengan ibunya atau teman lainnya yang pernah
hamil.
Kehamilan merupakan krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress. Namun, jika krisis
tersebut dapat ditanggulangi, wanita menjadi siap untuk memasuki fase baru, yaitu mengemban
tanggung jawab dan merawat kehamilannya. konsep diri wanita berubah, siap menjadi orang tua
dan menyiapkan peran baru. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri dan
mempunyai kebebasan, menjadi berkomitmen untuk tanggung jawab kepada makhluk lain.
Perkembangan ini membutuhkan tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yaitu
menerima kehamilan, mengidntifikasi peran sbagai ibu,membangun kembali hubungan dengan
ibunya,dengan suaminya dan dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran
bayinya.Dukungan suami secara emosional adalah factor yang penting untuk keberhasilan tugas
perkembangan ini.
IDENTIFIKASI PERAN
Peran ibu dimulai ketika wanita menjadi ibu dari anaknya. Persepsi lingkungan social
terhadap aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihan untuk menjadi pilihan untuk menjadi
ibu atau wanita karier, menikah atau melajang atau menjadi bebas, bukan bergantung dari orang
lain. Bermain peran dengan boneka. mengasuh bayi dan saudara dapat meningkatkan
pemahaman tentang peran ibu. Perempuan yang senang bayi dan anak-anak mempunyai
motivasi untuk menerima kehamilan dan siap menjadi ibu.
HUBUNGAN dengan JANIN
Hubungan ibu dengan anak dimulai sejak hamil, ketika ibunya menghayal dan
memimpikan sebagai ibu. Ibu ingin dekat, hangat, bercerita dengan bayinya dan mencoba
membayangkan adanya tangisan bayi, gangguan terhadap kebebasan dan kegiatan mengasuh
anak. Hubungan ibu dan anak berkembang dalam 3 fase:
Fase I
Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan pernyataan saya hamil dan
menyatakan ide tentang anak di dalam tubuhnya dan gambaran dirinya sebagai berikut :
Fase 2
• Tumbuh kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah dengan
dirinya
Fase 3
• Merasa realistis
• Mempersiapkan kelahiran
Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga dan biasanya diikuti
oleh stress dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau tidak diharapkan. untuk
keluarga pemula kehamilan adalah periode transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua
dengan suaminya menjadi ayah. Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar
atau masyarakat yang membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga.
Wanita hamil tanpa suami ia mengalami perubahan peran dan matang secara psikologis.
Ia juga menghadapi kenyataan dan merencanakan sebagai orang tua tunggal. bahkan ia ingin
melepaskan anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya dengan pemikiran masih ada yang
bergantung kepadanya. Wanita itu memerlukan dukungan yang baik.
Ibu hamil apapun keadaaannya, perlu mempersiapkan biaya, terlebih lagi yang tidak
mempunyai suami. Akankah ibu bekerja selama hamil dan kembali bekerja setelah bayinya
lahir? harus diambil keputusan yang memerlukan diskusi dan nasehat. Ibu hamil atau pasangan
suami istri juga perlu diberikan pendidikan khusus tentang kehamilan dan persalinan.
Persalinan merupakan ancaman yang menakutkan. Nyeri, kerusakan tubuh, gangguan
fungsi tubuh dan bahkan kematian adalah resiko yang mengancam ibu. Laki-laki menghadapi
kerusakan tubuh, gangguan kesehatan atau kematian istrinya, juga takut bayinya sakit atau cacat.
Pasangan tersebut merasa cemas karena tidak ada yang dapat memberinya jaminan total selamat.
Keluarga dengan ibu hamil, perlu memelihara keterbukaan dan keseimbangan, menjaga
tugas perkembangan serta mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi konflik. Selama
hamil, pasangan merencanakan bersama kelahiran anak pertama mereka dan mengumpulkan
informasi tentang cara menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan social untuk kesejahteraan
psikososial ibu hamil adalah factor penting. Jaringan social sering kali digunakan sebagai sumber
terbesar dalam memperoleh nasehat kehamilan.
Anggota keluarga yang lain, terutama anak-anak dan kakek/nenek juga harus
menyesuaikan diri dengan ibu hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan dapat berkembang
menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang dapat mengganggu keseimbangan.
Kehamilan merupakan krisis maturasi yang normal terjadi pada keluarga. Kelemahan ego,
kehilangan pertahanan diri, tidak tertanggulanginya masalah yang muncul dan perubahan
hubungan akan menimbulkan perilaku maladaptive pada satu atau lebih anggota keluarga yang
mampu menanggulangi krisis akan kembali berfungsi secara normal dan bahkan terjadi ikatan
yang lebih kuat.
Kondisi hamil mengganggu citra tubuh ibu hamil. Ibu hamil juga perlu mengkaji kembali
perubahan peran dan hubungan sosialnya. Stress pada ibu hamil dipengaruhi oleh emosi,
sosiologi, latar belakang budaya dan penerimaan atau penolakan terhadap kehamilannya.
Respons emosi dan psikologis ibu hamil termasuk menolak, menerima, introversi, perasaan
berubah dan perubahan citra tubuh.
Ambivalensi perasaan menolak disebabkan oleh perasaan khawatir bahwa waktunya “salah”
bahwa kehamilan ini tidak diinginkan, ”nanti” dan “tidak sekarang”, karena merasa takut dan
cemas, meragu ragu-ragu pada peran baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan ibu atau
ketakutan terhadap kehamilan dan persalinan. Akibat dari penolakan yang berkepanjangan antara
lain depresi, ketidaknyamanan fisik, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, perubahan perasaan
yang drastic dan kesulitan menerima perubahan akibat kehamilan.
Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan akan mengalami peningkatan depresi, stress,
penurunan dukungan dari ayah dan penurunan kepuasan hidupnya. Pada awal kehamilan ada
kemungkinan ibu hamil menginginkan abortus terapeutik yang akan menyebabkan perasaan
bersalah karena telah menyakiti janinnya.
Cemas adalah suatu keadaan emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan.namun,
hubungan ini belum jelas. Cemas mungkin merupakan emosi positif sebagai perlindungan
menghadapi stressor yang dapat menjadi masalah apabila berlebihan. Ketidakjelasan munculnya
cemas :
Tingginya kecemasan pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian abnormal emosional dan
khawatir pada wanita sebelumnya kehilangan bayi atau melahirkan dengan kesulitan.Cemas
yang tertanggulangi sering berhubungan dengan penyesuaian pascanatal yang lebih baik dan
cemas pada kehamilan secara konsisten tidak berhubungan dengan komplikasi pada
persalinan.tingkat kecemasan mempunyai efek negative pada reaksi staf kesehatan terhadap ibu
hamil.
Depresi Kehamilan banyak penelitian tentang depresi berfokus pada depresi pascapartum atau
menilai depresi antenatal untuk memprediksikan depresi pascapartum.
Menerima kehamilan, langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu adalah
menerima ide untuk hamil. Tingkat penerimaan ini digambarkan dalam kesiapan wanita untuk
hamil dan respons emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya
hamil.penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin secara
nyata.kehamilan yang tidak diterima,berbeda dengan menolak anak.seorang wanita dapat tidak
suka dengan kehamilan namun akan menyukai anak yang akan dilahirkan.
Banyak wanita mendramatisasi perubahan yang timbul dan merasa sangat sensitive tetapi
ada juga yang tidak terlalu merasakan perubahan.ada beberapa teori yang menyatakan
pencetusnya adalah factor biologis,social atau psikologis.kenyataannya,beberapa perubahan
mungkin disebabkan oleh banyak hal yang kompleks,bervariasi dan berbeda-bedapada setiap
wanita.pada beberapa penelitian dilaporkan penemuan yang berlawanan atau berbeda dan
kegagalan mengontrol factor pemicu medis.
Pada trimester pertama kenyataan hamil yang dialami ibu meliputi amenorea,uji
kehamilan dinyatakan positive,pikiran terpusat pada dirinya,janin adalah bagian dari dirinya.
Pada trimester kedua ,ibu relative tenamg.morning sickness dan abortus spontan sudah
lewat.ibu akan menghadapi kenyataan bahwa ada janin yang berada didalam kandungannya.Hal
itu dirasakan melalui gerakan janin dan perutnya yang bertambah besar.hubungan ibu dan anak
mulai timbul.ibu mulai berfantasi dengan bayinya.
Pada trimester ketiga terdapat kombinasi perasaan bangga dan cemas tentang apa yang
akan terjadi pada saat melahirkan.pada saat ini ibu akan mengalami:
Perasaan Murung,emosi ibu hamil bermacam-macam misalnya menangis karena sebab yang
sepele.Bila ditanya mengapa,ia sulit memberikan jawaban.Situasi ini mungkin tidak
mengenakkan suami dan keluarganya sehingga menyebabkan kebingungan.jika suami tidak
dapat menangani masalah ini,ia menjauh atau bersikap tidak peduli,ibu hamil akan merasa tidak
dicintai dan tidak didukung karena ia butuh untuk lebih disayang dan diperhatikan.agar keadaan
lebih mudah diatasi pasangan suami istri perlu diberi pemahaman bahwa ini adalah karakteristik
ibu hamil.
Perubahan Citra Tubuh,perubahan bentuk ibu hamil yang berlangsung cepat akan
menimbulkan perubahan citra tubuh.tingkat perubahan dipengaruhi oleh factor
kepribadian,respons social dan sikap menghadapi kehamilan.perubahan citra tubuh adalah hal
normal tetapi dapat menimbulkan stress.untuk membantu menghilangkan stress dalam kehamilan
diperlukan penjelasan dan diskusi dengan pasangan.
• Pada trimester ketiga saat janinnya lebih lambat bergerak,tubuh ibu akan terasa
lebih ringan karena bagian terendah sebagian sudah turun kepintu atas
panggul.ibu harus lebih berhati-hati naik atau turubn tangga dan menjaga
keseimbangannya.ibu hamil sring merasa khawatir jika suaminya terlambat
pulang,sulit tidur dan ketakutan dalam menghadapi persalinan.
3. Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu,selama trimester pertama keberadaan
anak masih abstrak.dengan adanya quickening,anak mulai menjadi nyata dan ibu
mengembangkan hubungan melalui gerakan janin dalam perutnya.Ini merupakan cara
yang ekslusif untuk merasakan cintanya.ibu lalu berfantasi membayangkan anak yang
ideal,yang akan memotivasinya untuk berperan sebagai ibu.rasa cinta itu akan
meningkatkan komitmen untuk melindungi janinnya termasuk setelah lahir.
4. Belajar member pada seseorang dan sebagai wakil dari anak.kelahiran melibatkan banyak
kegiatan member.laki-laki memberikan anak kepada wanita yang berbalik memberikan
anak pada laki-laki tersebut.hidup memberikan anak-anak,kakak mendapatkan adik,dan
wanita mulai mengembangkan kapasitas untuk lebih mementingkan anggota
keluarganya.semua yang berbau bayi dan hadiah-hadiah untuk bayi akan meningkatkan
harga diri ibu.
Adaptasi Ayah
Seorang ayah berperan penug dalam perawatan, terlibat sebagai ayah, dan pemberi
nafkah, sebagai respon terhadap tekanan masyarakat. Pengaruh feminism dan tekanan ekonomi
menyebabkan lebih banyak wanita bekerja di luar rumah dan berbagai peran sebagai orang tua.
Sering terjadi perasaan menolak karena banyak factor, misalnya, apakah kehamilan itu
direncanakan, bagaimana hubungan laki-laki tersebut dengan istri/pasangannya, pengalaman
kehamilan sebelumnya, umur, dan kestabila ekomoni.
• Sumber stress
• Masalah keuangan.
Peran ayah berkembang sejalan dengan peran ibu. Secara umum, ayah
yang stress menyukai anak-anak, senang berperan sebagai ayah dan senang
mengasuh anak, percaya diri dan mampu menjadi ayah, membagi pengalaman
tentang kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.
• Trimester pertama
• Trimester kedua
1. Peran ayah pada saat ini masih samar-samar, tetapi perannya meningkat
dengan melihat dan merasakan gerakan janin.
2. Ayah menjadi lebih nyaman dengan peran baru. Melihat anaknya pada
saat di USG adalah pengalaman yang penting dalam menerima
kenyataan istrinya hamil.
• Couvade
Secara tradisional, couvade adalah ritual atau tabu oleh laki-laki dalam
transisi menjadi ayah. Ini berhubungan secara biofisik dan psikososial dengan
istri dan anaknya, misalnya dilarang makan makanan tertentu; dilarang
membawa senjata sebelum anaknya lahir; timbul gejala fisik (lelah, nafsu
makan meningkat, susah tidur, depresi, sakit kepala, sakit punggung).
2. Kepada anak toddler diberikan kesempatan untuk merasakan gerakan bayi dalam
rahim dan dijilaskan bahwa rahim adalah tempat khusus tumbuhnya bayi.
3. Anak dapat membantu mengatur baju bayi di laci atau menyiapkan tempat tidur
dan kamar bayi.
4. Bantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan ini.
5. Kenakalan anak dengan bayi sehingga anak tidak membayangkan adiknya akan
cukup besar untuk diajak bermain.
Adaptasi Kakek-Nenek
Peran kakek/nenek ketika bayi dibawa pulang perlu diperjelas untuk member
situasi yang nyaman di rumah. Kadang-kadang diperlukan pendidikan bagi
kakek/nenek, agar dapat memberi nasihat atau dukungan kepada orang tua baru.
Menyiapkan Kelahiran
Banyak aktifitas yang dilakukan orang tua untuk menyambut kelahiran, antara lain
dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas pendidikan menjadi orang tua, dan
berdiskusi dengan ibu hamil lain. Mereka mencari tahu cara perawatan yang dapat
dilakukan.
Menghadapi akhir trimester ketiga, ibu mengalami kesulitan bernapas dan merasakan
gerakan janin lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih, sulit
defekasi, dan varises. Membesarnya tubuh ibu memengaruhi kemampuannya dalam
mengurus anak-anak yang lain dan melaksanakan pekerjaan rutin. Ibu memerlukan posisi
yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Saat ini ibu, menjadi pasien yang akan melahirkan.
Ibu merasa senang, takut, atau kedua-duanya. Keinginan kuat untuk segera mengakhiri masa
kehamilan membuat wanita tersebut siap untuk menghadapi kelahiran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara teoritis ibu hamil akan mengalami gangguan fisik/biologis dan kesulitan bersalin.
Mereka dipengaruhi banyak faktor sosial-budaya reproduksi dan faktor-faktor sosial/lainnya.
Faktor-faktor tersebut menjadi stresor bagi para ibu. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa
kehamilan, persalinan, dan pascasalin, merupakan masalah kompleks bio-psiko-sosio-budaya
DAFTAR PUSTAKA
Susanti, Ni Nengah. 2008. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC