Anda di halaman 1dari 19

BIOPSIKO KEHAMILAN

Oleh:
KELOMPOK VI

DEWI LINY VICTORIA


LALU YOGI PRASETYO I
YUNITA MUSTIKA LATA
FRISCA DEVIRANI
NI LUH PUTU SUARTHADEWI
BQ WILLIA ILMIAWATININGSIH
KADEK ARNIKA
RODI KURNIAWAN
PUTU WEDA WIDIAENI SARI
PUTU MIRZA
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah hasil diskusi
kami dengan judul “BIOPSIKO KEHAMILAN”. Dimana dalam penyusunan makalah ini
bertujuan agar mahasiswa Kedokteran Unizar dapat memahami isi dari makalah ini sehingga
dapat bermanfaat bagi mahasiswa.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya
sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan
makalah ini.

Mataram, 9 April 2011

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial


seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya.banyak
factor yang mempengaruhi kehamilan,dari dalam maupun dari luar yang dapat menimbulkan
masalah terutama bagi yang pertama kali hamil.perubahan yang terjadi pada kehamilan akan
berdampak pada aspek psikologis kehamilan.Upaya pemeliharaan kesehatan tidak semata-mata
ditujukan pada aspek fisik saja tetapi aspek psikososial juga perlu diperhatikan agar kehamilan
dan persalinan berjalan lancar.
BAB II

PEMBAHASAN

Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga sehingga setiap keluarga harus


beradaptasi. Adaptasi ini memerlukan proses, bergantung pada budaya lingkungan yang sedang
menjadi trend masyarakat.

ADAPTASI MATERIAL

Wanita dengan segala usia selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan
sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara social dan kognitif. Pada kehamilan awal,
tidak ada yang berbeda. pada janin mulai bergerak pada trimester kedua wanita mulai
memperhatikan kehamilannya dan berdiskusi dengan ibunya atau teman lainnya yang pernah
hamil.

Kehamilan merupakan krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress. Namun, jika krisis
tersebut dapat ditanggulangi, wanita menjadi siap untuk memasuki fase baru, yaitu mengemban
tanggung jawab dan merawat kehamilannya. konsep diri wanita berubah, siap menjadi orang tua
dan menyiapkan peran baru. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri dan
mempunyai kebebasan, menjadi berkomitmen untuk tanggung jawab kepada makhluk lain.

Perkembangan ini membutuhkan tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yaitu
menerima kehamilan, mengidntifikasi peran sbagai ibu,membangun kembali hubungan dengan
ibunya,dengan suaminya dan dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran
bayinya.Dukungan suami secara emosional adalah factor yang penting untuk keberhasilan tugas
perkembangan ini.

IDENTIFIKASI PERAN

Peran ibu dimulai ketika wanita menjadi ibu dari anaknya. Persepsi lingkungan social
terhadap aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihan untuk menjadi pilihan untuk menjadi
ibu atau wanita karier, menikah atau melajang atau menjadi bebas, bukan bergantung dari orang
lain. Bermain peran dengan boneka. mengasuh bayi dan saudara dapat meningkatkan
pemahaman tentang peran ibu. Perempuan yang senang bayi dan anak-anak mempunyai
motivasi untuk menerima kehamilan dan siap menjadi ibu.
HUBUNGAN dengan JANIN

Hubungan ibu dengan anak dimulai sejak hamil, ketika ibunya menghayal dan
memimpikan sebagai ibu. Ibu ingin dekat, hangat, bercerita dengan bayinya dan mencoba
membayangkan adanya tangisan bayi, gangguan terhadap kebebasan dan kegiatan mengasuh
anak. Hubungan ibu dan anak berkembang dalam 3 fase:

 Fase I

Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan pernyataan saya hamil dan
menyatakan ide tentang anak di dalam tubuhnya dan gambaran dirinya sebagai berikut :

• Pikiran hanya terpusat pada dirinya

• Menyadari kenyataan bahwa dirinya hamil

• Janin adalah bagian dari dirinya

• Janin seolah-olah nyata

 Fase 2

• Menerima tumbuhnya janin yang merupakan makhluk yang berbeda dengan


dirinya(pada bulan ke 5)

• Timbul pernyataan saya akan mempunyai seorang bayi

• Tumbuh kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah dengan
dirinya

• Terlibat dalam hubungan ibu dan anak,asuhan dan tanggung jawab

• Mengembangkan kedekatan wanita yang kehamilannya direncanakan akan senang


dengan kehamilannyadan masa dekat dengan bayinya lebih awal dibandingkan
wanita lainnya
• Menerima kenyataan hamil,mendengar denyut jantung bayi dan merasakan
gerakan janin membuat wanita lebih tenang sehingga dapat berintrospeksidan
berfantasi dengan anaknya.ia akan senang dengan anak kecil.

 Fase 3

• Merasa realistis

• Mempersiapkan kelahiran

• Mempersiapkan diri menjadi orang tua

• Spekulasi mengenai jenis kelamin anak

• Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinganya keperut ibu dan berbicara


dengan janin.

RESPONS PSIKOLOGIS KELUARGA

Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga dan biasanya diikuti
oleh stress dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau tidak diharapkan. untuk
keluarga pemula kehamilan adalah periode transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua
dengan suaminya menjadi ayah. Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar
atau masyarakat yang membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga.

Wanita hamil tanpa suami ia mengalami perubahan peran dan matang secara psikologis.
Ia juga menghadapi kenyataan dan merencanakan sebagai orang tua tunggal. bahkan ia ingin
melepaskan anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya dengan pemikiran masih ada yang
bergantung kepadanya. Wanita itu memerlukan dukungan yang baik.

Ibu hamil apapun keadaaannya, perlu mempersiapkan biaya, terlebih lagi yang tidak
mempunyai suami. Akankah ibu bekerja selama hamil dan kembali bekerja setelah bayinya
lahir? harus diambil keputusan yang memerlukan diskusi dan nasehat. Ibu hamil atau pasangan
suami istri juga perlu diberikan pendidikan khusus tentang kehamilan dan persalinan.
Persalinan merupakan ancaman yang menakutkan. Nyeri, kerusakan tubuh, gangguan
fungsi tubuh dan bahkan kematian adalah resiko yang mengancam ibu. Laki-laki menghadapi
kerusakan tubuh, gangguan kesehatan atau kematian istrinya, juga takut bayinya sakit atau cacat.
Pasangan tersebut merasa cemas karena tidak ada yang dapat memberinya jaminan total selamat.

Keluarga dengan ibu hamil, perlu memelihara keterbukaan dan keseimbangan, menjaga
tugas perkembangan serta mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi konflik. Selama
hamil, pasangan merencanakan bersama kelahiran anak pertama mereka dan mengumpulkan
informasi tentang cara menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan social untuk kesejahteraan
psikososial ibu hamil adalah factor penting. Jaringan social sering kali digunakan sebagai sumber
terbesar dalam memperoleh nasehat kehamilan.

Anggota keluarga yang lain, terutama anak-anak dan kakek/nenek juga harus
menyesuaikan diri dengan ibu hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan dapat berkembang
menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang dapat mengganggu keseimbangan.
Kehamilan merupakan krisis maturasi yang normal terjadi pada keluarga. Kelemahan ego,
kehilangan pertahanan diri, tidak tertanggulanginya masalah yang muncul dan perubahan
hubungan akan menimbulkan perilaku maladaptive pada satu atau lebih anggota keluarga yang
mampu menanggulangi krisis akan kembali berfungsi secara normal dan bahkan terjadi ikatan
yang lebih kuat.

Kondisi hamil mengganggu citra tubuh ibu hamil. Ibu hamil juga perlu mengkaji kembali
perubahan peran dan hubungan sosialnya. Stress pada ibu hamil dipengaruhi oleh emosi,
sosiologi, latar belakang budaya dan penerimaan atau penolakan terhadap kehamilannya.
Respons emosi dan psikologis ibu hamil termasuk menolak, menerima, introversi, perasaan
berubah dan perubahan citra tubuh.

Ambivalensi perasaan menolak disebabkan oleh perasaan khawatir bahwa waktunya “salah”
bahwa kehamilan ini tidak diinginkan, ”nanti” dan “tidak sekarang”, karena merasa takut dan
cemas, meragu ragu-ragu pada peran baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan ibu atau
ketakutan terhadap kehamilan dan persalinan. Akibat dari penolakan yang berkepanjangan antara
lain depresi, ketidaknyamanan fisik, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, perubahan perasaan
yang drastic dan kesulitan menerima perubahan akibat kehamilan.
Wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan akan mengalami peningkatan depresi, stress,
penurunan dukungan dari ayah dan penurunan kepuasan hidupnya. Pada awal kehamilan ada
kemungkinan ibu hamil menginginkan abortus terapeutik yang akan menyebabkan perasaan
bersalah karena telah menyakiti janinnya.

Cemas adalah suatu keadaan emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan.namun,
hubungan ini belum jelas. Cemas mungkin merupakan emosi positif sebagai perlindungan
menghadapi stressor yang dapat menjadi masalah apabila berlebihan. Ketidakjelasan munculnya
cemas :

• Apakah cemas pada ibu hamil benar-benar muncul?

• Apakah cemas dapat menjadi stress?

• Apakah menurunkan kecemasan pada kehamilan dapat bermanfaat atau tidak?

Tingginya kecemasan pada ibu hamil berhubungan dengan kejadian abnormal emosional dan
khawatir pada wanita sebelumnya kehilangan bayi atau melahirkan dengan kesulitan.Cemas
yang tertanggulangi sering berhubungan dengan penyesuaian pascanatal yang lebih baik dan
cemas pada kehamilan secara konsisten tidak berhubungan dengan komplikasi pada
persalinan.tingkat kecemasan mempunyai efek negative pada reaksi staf kesehatan terhadap ibu
hamil.

Depresi Kehamilan banyak penelitian tentang depresi berfokus pada depresi pascapartum atau
menilai depresi antenatal untuk memprediksikan depresi pascapartum.

Menerima kehamilan, langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu adalah
menerima ide untuk hamil. Tingkat penerimaan ini digambarkan dalam kesiapan wanita untuk
hamil dan respons emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya
hamil.penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin secara
nyata.kehamilan yang tidak diterima,berbeda dengan menolak anak.seorang wanita dapat tidak
suka dengan kehamilan namun akan menyukai anak yang akan dilahirkan.

Wanita yang menerima kehamilannya tidak menunjukan adanya kekurangan secara


biologis.mereka mempunyai harga diri tinggi dan percaya diri.Walaupun dengan kondisi yang
prima,banyak wanita mengalami kondisi emosi yang labil dan mengalami prubahan perasaan
secara cepat dan tidak dapat diprediksi.perubahan hormone ikut mempengaruhi perubahan
perasaan,seperti menjelang menstruasi atau selama menopause.Penanganan kondisi ini meliputi
intervensi dan dukungan yang memerlukan perhatian dan konseling pada masa kehamilan dan
kelahiran.selain itu,perlu dikaji secara klinis tentang trauma emosi dan medis yang sering dialami
oleh wanita melahirkan.

Banyak wanita mendramatisasi perubahan yang timbul dan merasa sangat sensitive tetapi
ada juga yang tidak terlalu merasakan perubahan.ada beberapa teori yang menyatakan
pencetusnya adalah factor biologis,social atau psikologis.kenyataannya,beberapa perubahan
mungkin disebabkan oleh banyak hal yang kompleks,bervariasi dan berbeda-bedapada setiap
wanita.pada beberapa penelitian dilaporkan penemuan yang berlawanan atau berbeda dan
kegagalan mengontrol factor pemicu medis.

Pada trimester pertama kenyataan hamil yang dialami ibu meliputi amenorea,uji
kehamilan dinyatakan positive,pikiran terpusat pada dirinya,janin adalah bagian dari dirinya.

Pada trimester kedua ,ibu relative tenamg.morning sickness dan abortus spontan sudah
lewat.ibu akan menghadapi kenyataan bahwa ada janin yang berada didalam kandungannya.Hal
itu dirasakan melalui gerakan janin dan perutnya yang bertambah besar.hubungan ibu dan anak
mulai timbul.ibu mulai berfantasi dengan bayinya.

Pada trimester ketiga terdapat kombinasi perasaan bangga dan cemas tentang apa yang
akan terjadi pada saat melahirkan.pada saat ini ibu akan mengalami:

• Merasa diri diistimewakan dilingkungan umum

• Proses berdekatan dengan janinnya berlanjut

• Mempersiapkan diri menjadi orang tua

• Spekulasi mengenai jenis kelamin anak dan nama anak

• Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinga keperut ibu,berbicara dengan


janinnya.
Pada akhir trimester ketiga ketidaknyamanan fisik meningkat dan ibu memerlukan
istirahat.ibu merasa lebih cemas terhadap kesehatan dan keselamatan melahirkan.untuk itu,perlu
dianjurkan untuk menyiapkan kelahiran dan menyesuaikan diri terhadap kontraksi rahim.ibu
akan menjadi lebih sensitive dan memerlukan perhatian dan dukungan dari suami atau keluarga
lainnya.

Perasaan Murung,emosi ibu hamil bermacam-macam misalnya menangis karena sebab yang
sepele.Bila ditanya mengapa,ia sulit memberikan jawaban.Situasi ini mungkin tidak
mengenakkan suami dan keluarganya sehingga menyebabkan kebingungan.jika suami tidak
dapat menangani masalah ini,ia menjauh atau bersikap tidak peduli,ibu hamil akan merasa tidak
dicintai dan tidak didukung karena ia butuh untuk lebih disayang dan diperhatikan.agar keadaan
lebih mudah diatasi pasangan suami istri perlu diberi pemahaman bahwa ini adalah karakteristik
ibu hamil.

Perubahan Citra Tubuh,perubahan bentuk ibu hamil yang berlangsung cepat akan
menimbulkan perubahan citra tubuh.tingkat perubahan dipengaruhi oleh factor
kepribadian,respons social dan sikap menghadapi kehamilan.perubahan citra tubuh adalah hal
normal tetapi dapat menimbulkan stress.untuk membantu menghilangkan stress dalam kehamilan
diperlukan penjelasan dan diskusi dengan pasangan.

Tugas ibu hamil

Tugas ibu hamil dalam memelihara kehamilannya yaitu;

1. Memastikan keamanan kehamilan dan melahirkan dengan cara:

• Mencari pemeriksaan ibu hamil yang baik

• Mencari informasi tentang aktivitas merawat diri:diet,olahraga,bahaya konsumsi


alcohol

• Pada trimester ketiga saat janinnya lebih lambat bergerak,tubuh ibu akan terasa
lebih ringan karena bagian terendah sebagian sudah turun kepintu atas
panggul.ibu harus lebih berhati-hati naik atau turubn tangga dan menjaga
keseimbangannya.ibu hamil sring merasa khawatir jika suaminya terlambat
pulang,sulit tidur dan ketakutan dalam menghadapi persalinan.

2. Mencari lingkungan yang menerima anaknya.ibu memerlukan dukungan dari


kelompok.figur suami diperlukan untuk membantu penyesuaian dalam mendapatkan
identitas sebagai ibu.jika dirumah ada anak-anak lain,ibu juga perlu memastikan
penerimaan mereka anak yang akan lahir.Wanita perlu mengupayakan hubungan ekslusif
dengan suami dan anak pertamanya dan hal itu dapat menimbulkan stress.penerimaan
social terhadap ibu yang masih remaja,orang tua tunggal atau anak yang lahir tidak
diinginkan akan lebih sulit.perlu waktu dan tenaga untuk mengubah situasi itu.

3. Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu,selama trimester pertama keberadaan
anak masih abstrak.dengan adanya quickening,anak mulai menjadi nyata dan ibu
mengembangkan hubungan melalui gerakan janin dalam perutnya.Ini merupakan cara
yang ekslusif untuk merasakan cintanya.ibu lalu berfantasi membayangkan anak yang
ideal,yang akan memotivasinya untuk berperan sebagai ibu.rasa cinta itu akan
meningkatkan komitmen untuk melindungi janinnya termasuk setelah lahir.

4. Belajar member pada seseorang dan sebagai wakil dari anak.kelahiran melibatkan banyak
kegiatan member.laki-laki memberikan anak kepada wanita yang berbalik memberikan
anak pada laki-laki tersebut.hidup memberikan anak-anak,kakak mendapatkan adik,dan
wanita mulai mengembangkan kapasitas untuk lebih mementingkan anggota
keluarganya.semua yang berbau bayi dan hadiah-hadiah untuk bayi akan meningkatkan
harga diri ibu.

Adaptasi Ayah

Seorang ayah berperan penug dalam perawatan, terlibat sebagai ayah, dan pemberi
nafkah, sebagai respon terhadap tekanan masyarakat. Pengaruh feminism dan tekanan ekonomi
menyebabkan lebih banyak wanita bekerja di luar rumah dan berbagai peran sebagai orang tua.
Sering terjadi perasaan menolak karena banyak factor, misalnya, apakah kehamilan itu
direncanakan, bagaimana hubungan laki-laki tersebut dengan istri/pasangannya, pengalaman
kehamilan sebelumnya, umur, dan kestabila ekomoni.
• Sumber stress

Seorang ayah mengalami stress dalam transisi menjadi orang tua.


Penyebabnya antara lain:

• Masalah keuangan.

• Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil.

• Cemas bayinya tidak sehat atau normal.

• Khawatir tentang nyeri saat istrinya melahirkan.

• Peran selama persalinan.

• Perubahan hubungan dengan istri/pasangan.

• Hilangnya respon seksual.

• Perubahan hubungan dengan keluarga atau teman laki-lakinya.

• Kemampuan sebagai orang tua.

Peran ayah berkembang sejalan dengan peran ibu. Secara umum, ayah
yang stress menyukai anak-anak, senang berperan sebagai ayah dan senang
mengasuh anak, percaya diri dan mampu menjadi ayah, membagi pengalaman
tentang kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.

Perkembangan pengalaman ayah dibagi sesuai fase-fase dalam kehamilan


istrinya:

• Trimester pertama

1. Setelah mengetahui istrinya hamil, ia akan memberitahu teman dan


relasinya tentang kabar gembira tersebut.
2. Sering bingungterhadap perubahan perasaan istrinya, termasuk
perubahan tubuh. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah
lelah dan menurunnya keinginan untuk hubungan seksual.

3. Saat ini anaknya adalah bayi yang ‘potensial’. Ayah sering


membayangkan berinteraksi dengan anaknya yang dibayangkan berumur
5 atau 6 tahun, walaupun kehamilan istrinya belum kelihatan.

• Trimester kedua

1. Peran ayah pada saat ini masih samar-samar, tetapi perannya meningkat
dengan melihat dan merasakan gerakan janin.

2. Ayah menjadi lebih nyaman dengan peran baru. Melihat anaknya pada
saat di USG adalah pengalaman yang penting dalam menerima
kenyataan istrinya hamil.

3. Seorang ayah ingin meniru atau membuang perilaku sebagai ayah


sesuai keinginannya. Konflik tentang cara menjadi ayah dapat juga
timbul pada pasangan. Selain berperan sebagai pencari nafkah, suami
juga dituntut istrinya untuk terlibat aktif dalam mempersiapkan
perawatan anaknya. Hal itu akan meningkatkan stres. Untuk itu, perlu
persetujuan bersama tentang pembagian peran. Di satu sisi, ibu ingin
dominan, di sisi lain ayah inggin lebih banyak mengahabiskan
waktunya untuk bekerja, melakukan hobinya, atau bersama teman-
temannya.

• Trimester ketiga. Jika pasangan mampu berkomunikasi dengan baik,


trimester ketiga ini adalah waktu khusus dengan gambaran yang jelas
tentang peran mereka, dan mempersiapkan bersama kondisi ke depan.

1. Bersama-sama terlibat dalan kelas pendidikan kesehatan tentang


melahirkan.

2. Persiapan yang nyata untuk kelahiran bayi.


3. Perannya menjadi jelas.

4. Timbul rasa takut.

5. Timbul pertanyaan, menjadi orang tua seperti apa?

6. Dapatkah ia membantu istrinya melahirkan?

7. Apakah mereka akan mempunyai bayi?

• Couvade

Secara tradisional, couvade adalah ritual atau tabu oleh laki-laki dalam
transisi menjadi ayah. Ini berhubungan secara biofisik dan psikososial dengan
istri dan anaknya, misalnya dilarang makan makanan tertentu; dilarang
membawa senjata sebelum anaknya lahir; timbul gejala fisik (lelah, nafsu
makan meningkat, susah tidur, depresi, sakit kepala, sakit punggung).

Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang memperlihatkan sindrom


couvade ingin mempersiapkan peran sebagai ayah yang lebih tinggi dan terlibat
lebih aktif dalam persiapan memiliki anak.

Adaptasi Saudara Kandung

Saudara kandung(sibling) perlu disiapkan akan kedatangan adiknya karena


dapat menimbulkan perasaan bersaing (sibling rivalry). Sibling rivalry timbul karena
anak-anak takut perhatian orang tuanya berubah. Pencegahan kondisi ini dapat
dilakukan dengan cara:

1. Anak-anak yang lain diberitahu sejak awal kehamilan.

2. Kepada anak toddler diberikan kesempatan untuk merasakan gerakan bayi dalam
rahim dan dijilaskan bahwa rahim adalah tempat khusus tumbuhnya bayi.

3. Anak dapat membantu mengatur baju bayi di laci atau menyiapkan tempat tidur
dan kamar bayi.
4. Bantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan ini.

5. Kenakalan anak dengan bayi sehingga anak tidak membayangkan adiknya akan
cukup besar untuk diajak bermain.

6. Mengajak anak ke tempat pemeriksaan kehamilan, dan berikan kesempatan


untuk mendengarkan denyut jantung bayi.

Jika saudara kandung sudah sekolah, kehamilan merupakan urusan keluarga.


Penjelasan tentang kehamilan didasarkan pada tingkat pemahaman anak. Anak dapat
diberikan buku-buku di rumah, merasakan gerakan janin, dan mendengarkan bunyi
jantung janin. Biarkan ia hadir ketika ibu melahirkan. Persiapan sibling dalam
menerima bayi baru dapat dilakukan oleh orang tua dengan memberi cukup perhatian
agar ia tidak berperilaku regresif atau agresif.

Adaptasi Kakek-Nenek

Dengan adanya kehamilan, hubungan suami-istri dengan orang tuanya menjadi


lebih dekat. Kakek/nenek kadang-kadang merasa tidak pasti seberapa dekat mereka
terlibat dalam membantu, member nasihat atau hadiah. Bagi kakek/nenek yang masih
muda, dapat terlibat dengan membantu bekerja atau kegiatan lain.

Kakek/nenek juga mengalami perubahan peran dalam kehidupannya, seperti


pensiu, perubahan kondisi keuangan, menopause, kematian teman dan lain-lain yang
dapat menimbulkan konflik dalam perubahan stuktur keluarga. Kakek/nenek juga
ingin merasakan dan mengontrol situasi baru mereka sendiri selain pasangan yang
hamil tersebut. Pasangan yang masih muda sebaiknya mendengarkan pendapat yang
ingin disampaikan oleh orang tuanya. Biasanya pasangan muda merasa bahwa
mereka menerima nasihat yang berlebihan, yang kadang-kadang mereka anggap
sebagai kritik atas asuhan mereka terhadap bayi baru lahir. Sebaiknya pasangan
muda mendiskusikan masalah mereka dan menyusun perencanaannya.

Peran kakek/nenek ketika bayi dibawa pulang perlu diperjelas untuk member
situasi yang nyaman di rumah. Kadang-kadang diperlukan pendidikan bagi
kakek/nenek, agar dapat memberi nasihat atau dukungan kepada orang tua baru.

Perbedaan Budaya dan Kehamilan

Secara universal, ada tendensi dilakukannya ritual seremonial dalam


kehidupan, seperti kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian. Mengidentifikasi
nilai-nilai budaya berguna untuk merencakanan perawatan yang sensitive sesuai
budaya. Kehamilan adalah kejadian yang membahagiakan dalam budayaa yang
member niali terhadap anak. Ada budaya yang menganggap bahwa kehamilan adalah
sakit, ada yang menganggap bahwa kehamilan adalah kejadian alamiah.

Sikap ibu hamil bervariasi, bergantung pada budayanya. Misalnya, orang


Amerika keturunan Afrika menganggap kehamilan adalah kebahagiaan. Orang
Amerika Meksiko menganggap kehamilan adalah kondisi alamiah. Kebanyakan,
kehadiran anak-anak diharapkan untuk meneruskan keluarga dan nilai-nilai budaya.
Wanita yang dapat melahirkan anak, terutama anak laki-laki, akan mendapat status
yang lebih tinggi. Hal ini terjadi di keluarga China.

Menyiapkan Kelahiran

Banyak aktifitas yang dilakukan orang tua untuk menyambut kelahiran, antara lain
dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas pendidikan menjadi orang tua, dan
berdiskusi dengan ibu hamil lain. Mereka mencari tahu cara perawatan yang dapat
dilakukan.

Pada multipara, mereka telah mempunyai riwayat melahirkan yang dapat


memengaruhi persiapan persalinannya. Cemas dapat timbul karena perhatian tentang jalan
lahir yang aman selama proses melahirkan. Rasa cemas tersebut kadang-kadang tidak
diutarakan, tetapi bidan harus tahu isyarat/tanda tersebut. Banyak wanita takut terhadap
nyeri melahirkan atau pengguntingaan perineum karena mereka tidak mengerti anatomi dan
proses melahirkan. Ibu perlu diberikan pendidikan tetang perilaku yang benar selama
melahirkan. Persiapan yang terbaik untuk melahirkan adalah menyadari kenyataan secara
sehat tentang nyeri, menyeimbangkan resiko dengan rasa senang dan keinginan akan hadiah
akhir berupa bayi.

Menghadapi akhir trimester ketiga, ibu mengalami kesulitan bernapas dan merasakan
gerakan janin lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering berkemih, sulit
defekasi, dan varises. Membesarnya tubuh ibu memengaruhi kemampuannya dalam
mengurus anak-anak yang lain dan melaksanakan pekerjaan rutin. Ibu memerlukan posisi
yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Saat ini ibu, menjadi pasien yang akan melahirkan.
Ibu merasa senang, takut, atau kedua-duanya. Keinginan kuat untuk segera mengakhiri masa
kehamilan membuat wanita tersebut siap untuk menghadapi kelahiran.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara teoritis ibu hamil akan mengalami gangguan fisik/biologis dan kesulitan bersalin.
Mereka dipengaruhi banyak faktor sosial-budaya reproduksi dan faktor-faktor sosial/lainnya.
Faktor-faktor tersebut menjadi stresor bagi para ibu. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa
kehamilan, persalinan, dan pascasalin, merupakan masalah kompleks bio-psiko-sosio-budaya
DAFTAR PUSTAKA
Susanti, Ni Nengah. 2008. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai