Anda di halaman 1dari 5
PROSIDING HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA Pertemuan Ilmiah Tahunan XXIV, Surabaya 12 - 13 Oktober 1999 INVERSI DUA-DIMENSI DATA MAGNETOTELURIK SUMATRA BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN ‘SMOOTHNESS REGULARIZATION’ Rady M. Arsadi' dan FRO ‘Puslitbang Geoteknologi-LIPI, Komplek LIPI Sangkuriang, Bandung 40135 Tel, (022)2503654 Fax. (022)2504593 / E-mail: widarto@bdg.centrin net id Abstrak Inversi dua-dimensi dilakukan terhadap data magnetotelurk. yang dukur pada lintasan segmen Sesar Sumatra bagian’selatan. Pemodelan inverst hanger menghinarg determinan niles imarien teres reels (Metode imersi yong dignaken berdasarkon stema buadrat-trkec! yong erlinierkan, dengan ularisasl smootiness. Harga smootiness yang optmum dip berdasarkan krteia sattk ABIC sore wan dar statistika Bayesian dan teorema entropi maksimum. Penghitungan ke-depan bendasarkan pads Abstract Tivo dimensional inversion has been applied to magnetoeltric data obtained in the southern segment of the ‘Sumatran Fault Zone. For the inversion, only the determinant invariant of impedances tensor ort fi irxrsion method applied is the linearized least-squares scheme with smoothness regularisation. The gndimum smoothness is selected based on a statistical criterion, ABIC, which is derived from Bayesian satisfies and the masionum entropy theorem. The forward calculation is based on the finite clement method ont ie, ‘epography along the survey line is included in the mesh. The final model imaged the Sumatran Pau Zone which is characterized by horst and graben bounded by normal faults ofan extensional falling 1, Pendabuluan Deformasi kerak bumi pada zona tektonik aktif dapat menerus sampai ke dasar kerak, Perbedsan komposisi inca) batuan dan Keadaan batuan seta kebadran caran, sebaran subu dan adanya zona lemah peda tenon adalah fenomena penting yang mengendalikan nilai tahanan-jenis batuan. Studi struktur tabunan-jenis batuan pada zona penunjaman aktif dan daerah gumungapi dengan metoda magnetotcturik (MT) telah dilskuken oleh banyak penelit, misalnya Wannamaker et al, Ogawa et al. dan Widarto et al. Mereka umumnya melihat adanya antara pola penyebaran nilsi tahanan-jenis yang berasosiasi dengan struktur geologi ‘maupun kondisi batuan. Makalah ini membahas hasil emodelan data MT pada lintasan memotong Zona Sesar bagian Tabuklinggmu melalui Kapahiang dan Curup (Gambar 1), Tujuan penelitian adalah membahas seteran anova {ahanan-jenis kerak Sumatra basil inversi 2-D data MT, dan mendiskusikan hubungan antara anomall talsea Jnis dengan struktur kerak seria implikasinya tethadap tektonik, kegunungapian dan. potens! panashunt ai daerah penelitian. 2. Geotogi : Sumatra mervpakan salah satu bagian dari busur kepulauan Sunda yang terbenfuk Karena pemunjaman lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia bergerak relalif ke aah’ stan epaan Kecepatan entara 60-70 mmtahun Di gelatan Jawa, arah subduksi berarahtepak (normal subduction} ‘erkadap arah palung Jawa, sodangkan di Sumatra berarah miting (oblique subduction) terbadap palvsg Sumas i miring telah mengakibatkan terjadinya rotasi Sumatra searah jarum jam dengan sumbu putar di Andaman sekitar 40-60 mm/tahun "!. Peayebaran gunungepi di Sumatra muncal sepanjang zona Sesar Sumas Analisis citra SPOT memunjukkan bahwa danau-danau -gumungapi atau zona depresi yang terjadi sepanjang Sesar Sumatra erat keitannya dengan kompresi dan dilatasi pada daerah step-over ©. Lintasa MT melintasi tiga satuan morfologi yaita_perbukitan menggelombang (ttk 1 hingga 4, dan ttk 8 hinggn 12), dataran tinggi dan pegumungan (ttik 5) dan kerucut gunungapi (lik 6 dan’ 7). Perbukiten menggelombang merupakan sstuan morfologi teriuas sepanjang lintasan ini dengan ketinggian antara 40-500 ‘meter di atas muka laut. Perbukitan menggelombang ini mempunyai pelamparan dari Bengkulu hingga Lubuk 7 Foki AL Bukit Kaba (1938 my Gambar 1 Peta geologi daerah Bengkulu" . Tanda lingkaran hitam adalah lokasi titik ukur MT. 4. Inversi Dua-dimensi Secara tradisional, tahap awal interpretasi data MT adalah memodelkan ‘epresentasi struktur lapisan. Biasanya, mode-TE (E-polarization) atau kurva ‘Jenis irwariant saja uintuk memperoleh model tahanan-jenis lapisan dalam dua- dimensi. Tahanan-jenis invariant, yang bersfat invariant tethadap putaran, sorter didefinisikan oleh Ranganayaki" dalam bentuk determinan dari matik tensor impedansi seperti di bawal ini WA YA) +a'c'C n= WA Yd). dimana m 1», adalah model pads iterasi ke(k+1), A adalah matiik Jacobian yang ‘mengandung turunan parsial dari respon MT yang berhubungan dengan parameter model, d=Ad+ Am, Ad =d-F(m). Fakto" Kehalusan (smoothing factor) harus dpilih sedemikian rupa untuk suatu proses itera yang stabil. Suatu endekatan statistika yang dikenal sebagai metode minimisasi ABIC yang telah disebutien ¢; atas, digunakan dalam program komputer untuk penghitungan inversi. . Kriteria ABIC diturunkan dari statistika Bayes dan teorema maksimi L(m\ d)= Je@ \m)x(m)dm, dimana (dv) adalah pdf dari minimisasi misfit dan r(m) adalah pdf dasi minimises: Kekasaran. Proses Selanjutnya adalah mencari suatu model yang memaksimumkan harga pdf Bayesian, Harga ini ekivalen dengan minimisasi harga U. Harga ABIC diturunkan melalui deduksi teorema ‘maksimisasi-entropi, untuk menghasilkan paay ndeks untuk mencari Bayesian likelihood maksimwum (hat Akaike " dan Uchide *" untok pembahasan lebih rinci) dengan cara berikut: ABIC=(-2)log(max L(mm\d)) + 2 dim (hyper-parameters) fimana suatu Iyperparameter adalah parameter yang tidak dipaksi untuk mengekspresikan model secara {angsung, tetapidipakai untuk memperoleh parameter-parameter model. Dalam pemedelan invert ini, parameter smoothing & merupakan satu-satunya yperparameter. Barga ABIC yang rendah menciriken harga Bayesian Ueetihood yang besar, dan merupakan model yang baik. Namun demikian, untuk inversi kuadrat woxecl peor ig lebar guna menentukan nilai ABIC menjalankan 5, Hasil dan Diskusi Soperti telah disebutkan terdahulu bahwa pemodelan inversi 2-D dilakukan hanya dengan menggunakan {ahanam-jenis semu dan fasa invariant (Pay dan dy). Model awal untuk inversi 2-D adalah model setengab-raang homogen dengan harga awal 100 ohm-m dan dengan melibatkan unsur topografi sepanjang fintasen dala pemodelan numerik. Gambar 2 adalah model akhir struktur tahanan-jenis hasil inversi 2-D. yang berubah baik secara lateral maupun vertikal. ‘Sedang kerak bagian bawah dicirikan oleh Perubahan nilai tahanan-jenis batuan relatif halus atau hampir beragam. Perubahan mencolok nilai tahanan-jenis pada bagian atas kerak boleh jadi berkaitan erat dengan deformasi kerak Sumatera yang berlangsung intensif dan ‘mempunyai

Anda mungkin juga menyukai