Anda di halaman 1dari 10

Hand Out 1 Difinisi Bakat

BAKAT (APTITUDE)

Tentang bakat, masalahnya sudah sama tuanya dengan manusia sendiri. Sejak
dahulu kala orang telah berusaha menggarap masalah ini,
walaupun tentu saja kalau dipandang dari kacamata ilmu .
pengetahuan dewasa ini hasilnya masih sangat jauh dari
memuaskan. Urgensi untuk menggarap masalah ini masih tetap
ada sampai sekarang, terlebih-lebih dalam hubungan dengan
usaha pendidikan dan pemillhan.lapangan kerja. Suatu hal yang biasanya
dipandang sebagai "self-evident” ialah bahwa seseorang akan lebih ber hasil
kalau dia belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya;
demikian pula orang akan lebih berhasil dalam bekerja kalau dia
bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya. Berbagai
hasil penelitian memberi bukti akan kebenaran anggapan di atas
itu.

Dipandang dari segi pendidikan, adalah mendesak sekali untuk mengenal


bakat-bakat anak didik seawal mungkin, agar kepada mereka,dapat diberikan
pengalaman belajar yang paling sesuai dengan bakatnya masing masing. Akan
tetapi tugas mengidentifikasi bakat itu. adalah hal yang mudah
untuk dikatakan, tetapi tidak mudah untuk dilaksanakan. Di
dalam tulisan ini akan disoroti secara sepintas masalah bakat itu
dari dua arah, sebagai usaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan (a) "Apakah bakat itu?', dan (b)
"Bagaimana caranya mengenal bakat seseorang?”

A. Apakah Bakat Itu ?

Pertanyaan mengenai "apakah bakat itu, justru dalam bentuknya yang


demikian itu, telah banyak sekali menimbulkan persoalan. Usaha
untuk menjawab pertanyaan tersebut telah melahirkan
bermacam-macam jawaban, dan banyak di antara
jawaban~jawaban itu jutru menimbulkan pertanyaan baru yang
lebih sulit untuk dijawab. Sebagai ilustrasi, di bawah ini disajikan
beberapa pendapat, sebagai hasil usaha untuk menjawab
pertanyaan di atas itu.

William B, Michael memberi definisi bakat sebagai berikut : An aptitude may be


defined as a person's capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a
certain more or less well-defined patternof behavior involved in the performance
of a task with respect to which the individual has hed little or no previous training
(Michael, 1960, p.p. 59)
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk
melakukan sesuatu yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal
tersebut.

Woodworth dan Marquis (1957) berpendapat bahwa bakat itu merupakan salah
satu dari kemampuan manusia. Menurut mereka kemampuan (ability) itu
mempunyai tiga arti, yaitu (a) achievement, (b) capacity, dan (e) aptituded.

Achievemant adalah actual ability, yang dapat diukur.langsung dengan test


tertentu. Capasity, yang merupakan potential ability, tidak dapat diukur secara
langsung, capasity hanya dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran
terhadap kecakapan individu, yang berkembang karena perpaduan antara dasar
dan training yang intensif dan pengalaman. Aptitude, yaitu kualitas psikis yang
hanya dapat diungkapkan dengan test yang sengaja dibuat untuk itu.

Spearman, Thompson, Cyrill Burt, Thurseone, dan Guilford secara sendiri-sendiri


menganalisis tingkahlaku secara faktorial, yang bermuara pada penjelasan
mengenai faktor-faktor yang membentuk bakat. Taori-teori ini dinamakan teori
faktor sebenarnya beralas pada kenyataan bahwa di dalam menyelidiki
dan mencari sifat hakekat bakat itu orang mempergunakan
teknik analisis faktor, suatu teknik yang mula-mula dirintis oleh
Spearman, dan yang kemudian cepat berkembang. Dengan
dapat dimanfaatkannya jasa-jasa kamputer dewasi ini, maka pengaruh
teori ini dalam lapangan psikologi juga makin besar. Ada beberapa teori
yang tergolong dalam kelompok teori faktor ini yang cukup
terkenal dan menjadi dasar bagi pengembangan berbagai test
psikologis.

(a) Teori Spearman


Dengan teknik analisis faktor Spearman menemukan bahwa tiap
tingkahlaku manusia itu dimungkinkan oleh adanya dua faktor,
yaitu (a) faktor umum (general factor,yang biasa dilambangkan
dengan huruf g), dan (b) faktor khusus (special factor, yang biasa
dilambangkan dengan huruf s).

Factor umum atau general factor itu merupakan hal atau factor yang
mendasari segala tingkahlaku orang. Jadi di dalam setiap ting-
kahlaku yang dilakukan oleh individu, berfungsilah faktor itu.
Sedang faktor khusus, yang dilambangkan dengan huruf s itu,
hanya berfungsi pada tingkahlaku-tingkahlaku tertentu saja,
tingkahlaku yang sifatnya khusus. Jadi, tiap tingkahlaku itu
dimunqkinkan atau didasari Oleh dua macam taktor, yaitu faktor
g dan faktor s tertentu.

Pada tingkahlaku-tingkahlaku yang berbeda berfungsi faktor g yang sama


ditambah faktor s yang khusus untuk tingkahlak u yang bersang-
kutan. Untuk menjelaskan keterangan di atas itu dapat diberikan
ilustrasi sebagai berikut
Tingkahlaku 1 = Tl1 = g + S1

Tingkahlaku 2 = Tl2 = 9 + S2

Tingkahlaku 3 = Tl3 = g + S3

Tingkahlaku 4 = Tl4 = g + S4

Tingkahlaku 5 = Tl5 = g + S5

Selanjutnya Spearman berpendapat-bahwa faktor g itu bergantung pada


keturunan, sedangkan faktor-faktor s itu dipengaruhi oleh penga-
laman (lingkungan, pendidikan). Teori Spearman ini, yang biasa
disebut teori dwi-faktor, besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori teori faktor yang lebih kemudian.

(b) Teori-Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman tersebut.
Menurut Thomson, apa yang disebut faktor g oleh Spearman itu
tidak ada. Betul secara statistik Spearman telah menunjukkan
adanya faktor g itu, tetapi menurut Thomson dapat ditunjukkan
bahwa pembuktian Spearman itu tidak betul. Menurut Thomson
apa yang disebut Spearman faktor g itu tidak ada, dan yang ada
hanyalah faktor-faktor s. Faktor-faktor s itu tidak tergantung
pada keturunan atau bakat, tetapi tergantung kepada
pendidikan. Adanya anak-anak dari golongan atas lebih cerdas
dari pada anak-anak dari golongan bahwa itu bukan karena
dasar, melainkan karena anak-anak dari golongan atas
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk belajar.

(c) Teori Cyrill Burt.

Pendirian Burt sangat dekat dengan pendirian Spearman. Dia sependapat dengan
Spearman bahwa pada manusia terdapat faktor g, yang mendasari semua
tingkahlakunya, dan seperti Spearman dia berpendapat bahwa faktor g ini
tergantung kepada dasar, dibawa sejak lahir. Selanjutnya dia juga berpendapat,
bahwa tiap-tiap orang memiliki banyak faktor s.

Tetapi di samping kedua macam faktor itu menurut Burt masih ada lagi faktor
yang ke tiga, yaitu faktor kelompok (group factor, common factor), yang biasanya
dilambangkan dengan huruf c. Factor ini adalah faktor yang berfungsi pada
sejumlah tingkah laku, tetapi tidak pada semua tingkahlaku. Jadi faktor c itu lebih
luas daripada faktor s tetapi lebih sempit daripada faktor g.

Jadi, tiap tingkahlaku itu menurut Burt dimungkinkan oleh ketiga macam faktor
itu, yaitu faktor g, faktor c, dan faktor s. Untuk jelasnya, mungkin juga dapat
diberikan ilustrasi seperti yang lalu, jadi :
Tingkahlaku 1= Tl1 = g + cX + S1
Tingkahlaku 2= Tl 2 = g + cX + S2
Tingkahlaku 3= Tl 3 = g + cX + S3
Tingkahlaku 4= Tl 4 = g + cy + S4
Tingkahlaku 5= Tl 5 = g + cy + S5

(d) Teori Thurstone

Thurstone terkenal sebagai tokoh mazhab Chicago. Dia sependapat dengan Burt
bahwa ada faktor c, yang berfungsi pada sejumlah tingkahlaku; dia juga
sependapat dengan Burt mengenai adanya faktor s. Faktor s itu jumlahnya banyak
sekali, sebanyak tingkahlaku khusus yang dilakukan oleh manusia yang
bersangkutan. Akan tetapi mengenai faktor g dia menolaknya; dia berpendapat
bahwa faktor g itu tidak ada; jadi hanya ada dua macam faktor saja, yaitu faktor c
dan faktor s.

Adapun.faktor c itu menurut Thurstone ada tujuh macam, yaitu:


i. faktor ingatan, kemampuan untuk mengingat (memory), dan diberi lambang huruf
M;
ii. faktor verbal, kecakapan untuk menggunakan bahasa (verbal
factor) dan dilambangkan dengan huruf V;
iii. faktor bilangan, kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, misalnya
kecakapan berhitung, dan sebagainya (number factor) yang dilambangkan dengan
huruf N;
iv. Faktor kelancaran kata-kata (word fluency), yang dilambangkan
dengan huruf W, yaitu seberapa lancar seseorang
mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya ; f aktor ini
dianggap pula merupakan indikator bagi kelancaran dalam kerja
mental, yaitu mudah-tidaknya seseorang mengubah pikirannya
atau mengalihkan pikirannya sesuai dengan kebutuhan;
v. faktor penalaran atau reasoning, yang dilambangkan dengan huruf R, yaitu faktor
yang mendasari kemampuan seseorang untuk berfikir logis;
vi. faktor persepsi (perceptual factor), yang diberi lambang huruf P, yaitu
kemampuan untuk mengamati dengan cepat dan ceirmat;
vii. faktor keruangan (spatial factor), yang dilambangkan dengan huruf S, yaitu
kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang.

Kalau sekiranya ada kecakapan umum, menurut Thurstone itu bukan karena
adanya faktor g, malainkan karena kombinasi factor faktor c.
Faktor g behubungan dengan inteligensi, sedang faktor c
berhubungan dengan bakat. Orang yang mempunyai kualitas g
yang bagus adalah orang yang dapat melakukan apa saja pada
tingkat kualitas yang tinggi. Perlaku cerdas itu maujud dalam
bentuk prestasi tinggi disekolah, kontrol emosi yang adekuat,
dan sikap sosial yang dapat diterima. Ada banak faktor c dalam
diri seeorang, dan faktor c yang paling bagus itulah yang menjadi
bakatnya. Pada Thurstone misalnya, orang dengan faktor M yang
bagus berarti mempunyai bakat mengingat, sedang oeng dengan
faktor V yang bagus bakatnya di bidang bahasa.

Selanjutnya Guilford (1959, p. 8) menyatakan bahwa "Aptitude pertains to


abilities to perform. There are actually as many abilities as there are actions to be
performed, hence traits of this kind are very numerous".Di dalam pembahasannya
Guilford mengemukakan bahwa aptitude itu mencakup tiga dimensi psikologis,
yaitu (a) dimensi perseptual, (b) dimensi psiko-motor, dan (c) dimensi intelektual.
Tiap-tiap dimensi itu mengandung faktor yang lebih khuslis lagi, seperti misalnya
faktor memory, reasoning, dan sebagainya.

Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan itu terbukti bahwa tidak ada
keseragaman pendapat di antara para ahli mengenai soal "apakah bakat itu".
Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar
rumusan-rumusan tersebut. Rumusan-rumusan tersebut sebenarnya merupakan
penyorotan bakat itu dari sudut yang berbeda-beda: jadi di samping adanya
perbedaan antara pendapat yang satu dan pendapat yang lain, pendapat-pendapat
tersebut juga saling melengkapi.

Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat


menunjukkan, bahwa analisis tentang bakat selalu, seperti analisis psikologis yang
lain-lain, merupakan analisis tentang tingkahlaku. Dan dari analisis tentang
tingkahlaku itu didapatkan, bahwa dalam tingkahlaku terdapat hal-hal sebagai
berikut

(1) bahwa individu melakukan sesuatu,


(2) bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab atau alas an
bagi sesuatu tertentu (atau mempunyai akibat/hasil tertentu),
dan
(3) bahwa dia melakukan sesuatu itu, dengan cara tertentu.

Karena itu analisis tingkahlaku itu memberi kesimpulan bahwa tingkahlaku itu
mengandung tiga aspek, yaitu (a) aspek tindakan (performance
atau act), (b) aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result),dan (c)
aspek ekspresif. Atas dasar pandangan operasional, banyak ahli
yang hanya mempersoalkan aspek yang ke dua, terlebih-lebih
kalau orang mempersoalkan tingkahlaku itu. sebagai titik tolak
dalam pengukuran bakat.

Tingkahlaku individu, yang mempunyai tiga aspek itu, adalah pengejawatahan


kualitas individu yang didasari oleh bakat tertentu. Guilford, yang bertolak
dari analisis faktor, berusaha merumuskan faktor-faktor yang
terkandung di dalam bakat itu, yang secara garis besar telah
disebutkan. di muka. Di sini akan dikemukakan hal tersebut agak lebih jauh
lagi. Ketiga dimensi bakat, yaitu dinensi perseptual, dimensi psiko-motor, dan di-
mensi intelektual. Dielaborasi lebih jauh sebagai berikut ini.

(1) Dimensi Perseptual


Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam melakukan
persepsi, dan kemampuan ini meliputi berbagai faktor, anatara
lain
(a) kepekaan indera,
(b) perhatian,
(c) oriantasi ruang,
(d) orientasi waktu,
(e) luas daerah perpepsi,
(f) kecepatan persepsi,

(2) Dimensi Psiko-Motor


Dimensi psiko-motor ini meliputi enam faktor, yaitu
(a) faktor kekuatan,
(b) faktor impuls,
(c) faktor kecepatan gerak,
(d) faktor kecermatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu : faktor
kecermatan statik, yang menitikberatkan pada posisi, dan faktor kecermatan
dinamik yang menitikberatkan pada gerakan.
(e) faktor koordinasi, dan
(f) faktor keluwesan atau kelenturan (flexibility).

(3) Dimensi Intelektual


Dimensi inilah yang biasanya mendapatkan penyorotan secara
luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi
sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu (&) faktor
ingatan, (b) faktor pengalaman, (c) faktor evaluatif, (d) faktor
berpikir konvergen, dan (e) faktor berpikir divergen.
(a) Faktor Ingatan
Faktor ingatan mencakup
i. faktor ingatan mengenai substansi
ii. faktor ingatan mengenai relasi, dan iii. faktor ingatan
mengenai sistem.
(b) Faktor Pengenalan
i. Pengenalan
ii. pengenalan
iii. pengenalan
iv. pengenglan
v. pengenalan
(c) FaktorEvaluatif
i. evaluatif mengenai identitas
ii. evaluatif mengenai relasi-sosial
iii. evaluatif terhadap sistem
iv. evaluatif terhadap kesimpulan
(d) Faktor Berfikir Konvergen
i. faktor untuk menghasilkan nama-nama
ii. faktor untuk menghasilkan hubungan-hubungan,
iii. faktor untuk menghasilkan sistem-sistem
iv. faktor untuk menghasilkan transformasi
v. faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik.
(e) Faktor Berfikir Divergen
Faktor berfikir divergen ini meliputi
i. faktor untuk menghasilkan unit-unit, seperti word fluency, ideational fluency,
ii. faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan
iii. faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan
iv. faktor untuk menghasilkan sistem, seperti : expressional fluency
v. faktor untuk transformasi divergen,
vi. faktor untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar
atau kerangka.

Dengan sengaja pendapat Guilford itu dikemukan dengan agak lengkap tidak
karena pendapat tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat yang benar,
akan tetapi terlebih-lebih dimaksudkan sebagai ilustrasi untuk menunjukkan
betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut bakat itu. Pada dasarnya semua
individu, setidak-tidaknya yang normal, memiliki faktor-faktor tersebut. Variasi
bakat timbul karena variasi dalam kombinasi konstelasi, dan intensitas
faktor-faktor tersebut. Variasi ini yang seharusnya dikenal, demi suksesnya usaha
mendidik (memberikan pengalaman belajar kepada) para mahasiswa.

Secara fungsional, bakat adalah kemudahan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempelajari sesuatu lebih efektif dan efisien. Difinisi ini memuat komprehensi
pengertian berikut:
1. Bakat bersifat potensial: seserang mudah mempelajari sesuatu,
berarti orang itu belum memahami atau menguasai apa yang
mudah dipejarinya itu. Orang berbakat memainkan guitar kalau
dia dapat mempelajari teknik memetik guitar dengan cepat.
Bukan berarti dia ketika itu sama sekali belum bisa memetik
guitar, tetapi justru kemampuan yang dimulikinya sekarang
membuat dia menjadi mudah belajar main guitar.
2. Bakat adalah gabungan dari faktor natural dan nurtural:
datangnya kemudahan itu bisa bersifat natural atau herediter
(keturunan) yang dibawa sejak lahir. Aspek-aspek fisik seperti
bentuk tubuh, nilai ambang syaraf, dan komposisi hormonal yang
bersifat herediter dapat menjadi kemudahan bagi seseorang
untuk mempelajari sesuatu. Orang yang lahir dengan tulang dan
otot yang kuat berbakata menjadi olah-ragawan, sedang orang
yang lahir dengan sistem syaraf yangf sangat peka berbakat
menjadi artis. Kombinasi dari aspek-aspek fisik menjadi tidak
terhingga sehingga setiap orang akam memiliki bakat yang
berbeda-beda. Kemudahan untuk dapat mempelajari sesuatu
juga bisa diperoleh dari asuhan, atau pengalaman/belajar. Orang
cina berbakat menjadi pedagang, bukan karena lahir sebagai
pedagang, tetapi lebih karena sejak baji setiap hari melihat
kesibukan orang tuanya dalam dunia perdagangan, bagaimana
memperoleh uang dengan menjual sesuatu.
3. Bakat adalah membandingkan intra dan antar individu.
Menbandingkan intra individu, artinya bakat membandingkan
potensi-potensi yang ada di dalam diri seseorang. Semua orang
mempunyai bakat, yaitu apa yang “paling mudah dipelajarinya”
pada suatu saat. Kalau seorang siswa, dari 12 mata pelajarannya
disekolah dia merasa mata pelajaran sejarah yang laing mudah
dia pelajari, maka dia berbakat sejarah. Bakat juga mengandung
pengertian perbandingan antar individu, yang bermakna kualitas
potensi individu satu dengan yang lain berbeda-beda. Siswa yang
lain yang juga berbakat sejarah, mempunyai kecepatan belajar
yang jauh lebih tinggi, yang berati bakatnya lebih baik. Bahkan
bisa jadi, siswa yang berbakat sejarah nilai sejarahnya lebih
rendah dibanding dengan siswa yang berbakat matematik. Siswa
ini mempunyai intgeligensi yang tinggi sehingga secara umum
nilai pelajarannya tinggi, tetapi bakatnya matematik yang artinya
diantara nilai-nilai tinggi itu yang paling mudah adalah belajar
matematik.
4. Bakat tidak bersifat menetap: aspek natural mungkin lebih
langgeng – bisa tidak berubah sampai tua, tetapi aspek nurtural
akan selalu berubah sehingga bakat seseorang tidak terus
menerus sama sepanjang masa.

b. Pengukuran Bakat

Menurut sejarah usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja
(atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan. dewasa ini
dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan.

Dalam praktek hampir semua ahli yang menyusun test untuk mengungkap bakat
bertolak dari dasar pikiran analisis faktor. Pendapat Guilford yang
telah disajikan di muka itu adalah salah satu contoh pola
pemikiran yang demikian itu. Apa yang dikemukakan oleh
Guilford adalah hal (materi) yang ada pada individu, yang
diperlukan untuk berbagai aktivitas; jelasnya, untuk berbagai
aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut.
Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya
dilakukan bedasarkan atas dalam lapangan apa b kat tersebut
berfungsi, seperti bakat ilmu pasti, bakat bahasa, bakat olah
raga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat
akan sangat tergantung kepada konteks kebudayaan tempat
seseorang hidup dan dibesarkan. Pernaman ini mungkin
bersangkutan dengan bidang kerja.

Sebenarnya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih
dari satu faktor bakat..Bermacam-nacam faktor-faktor mungkin diperlukan
berfungsinya untuk suatu bidang studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh,
misalnya untuk belajar di fakultas teknik diperlukan berfungsinya faktor-faktor
bakat mengenai bilangan, keruangan berfikir abstrak, bahasa mekanik, dan
mungkin inasih banyak lagi.
Karena hal seperti yang digambarkan di atas itu, maka ada kecenderungan di
antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat
yang menyatakan bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor
yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan,hanya dengan kombinasi,
konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan
dalam diagnosis mengenai bakat adalah inembuat urutan (ranking) mengenai
berbagai bakat pada setiap individu.

Dalam usaha mengungkap bakat, prosedur yang biasa ditemplih oleh para ahli
adalah sebagai berikut

(a) dilakukan analisis jabatan .(job analysis) atau analisis lapangan


studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan
supaya orang berhasil dalam lapangan yang bersangkutan;
(b) dari hasil analisis itu dibuat penyandraan tentang jabatan (job description)
ataupenyandraarr lapangan studi;
(c) dari penyandraan jabatan atau penyaridraan lapangan studi itu diketahui
persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam
lapangan tertentu;
(d) dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya (dlat pengukur
bakat), yang biasanya berwujud test.

Dengan jalan pikiran seperti yang digambarkan di atas itulah pada umumnya
test bakat disusun-Sampai sekarang boleh dikata belum ada test
bakat yang luas pemakaiannya. Di Amerika, banyak orang
berpendapat bahwa untuk berhasil dalam belajar di perguruan
tinggi orang harus mempunyai bakat yang cukup dalam
bal-menggunakan bahasa dan bilangan.

Oleh karena itu test yang banyak digunakan sebagai salah satu prediktor mengenai
keberhasilan studi di perguruan tinggi adalah Scholastic Aptituded Test (SAT)dan
Graduate Record Examination (GRE), yang kedua-duanya terdiri atas dua
kemponen, yaitu kamponen verbal (v) dan komponen numerik (N).

Beberapa test lain, yang digunakan baik dalam lapangan studi maupun lapangan
kerja, antara lain adalah Flanagan Aptitude Classification Test (FACT). General
Aptitude Test Battery (GATB), Differential Aptitude Test (DAT).

Di Indonesia setahu penulis belum ada test bakat yang dibakukan secara mentap.
Hal yang demikian ini mengandung dua implikasi. Pertama, hal ini berarti
merupakan tantangan bagi para ahli di bidang testing psikologis untuk segera
berusaha menyusunnya, karena kebutuhan akan adanya test bakat yang dibakukan
sewcara luas dan mantap itu sebenarnya telah mendesak. Ke dua, sebelum test
bakat yang dibakukan secara luas dan mentap itu tersusun orang harus sangat
berhati-hati dalam melakukan diagnosis mengenai bakat. Hendaklah selalu diingat
bahwa "bermain-main dengan test psikilogis itu adalah berbahaya". Susahnya
bahaya yang ditimbulkan oleh perbuatan bermainmain dengan test psikologis itu
sering tidak disadari oleh yang melakukannya,karena hal tersebut memang tidak
segera nampak.

Referensi:
Sumadi Suryabrata (1981). Materi Dasar Pendidikan Program
Anta Mengajar V, Buku IIIA Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud – Dirjen Pendidikan Tinggi PPIPT

Anda mungkin juga menyukai