BAKAT (APTITUDE)
Tentang bakat, masalahnya sudah sama tuanya dengan manusia sendiri. Sejak
dahulu kala orang telah berusaha menggarap masalah ini,
walaupun tentu saja kalau dipandang dari kacamata ilmu .
pengetahuan dewasa ini hasilnya masih sangat jauh dari
memuaskan. Urgensi untuk menggarap masalah ini masih tetap
ada sampai sekarang, terlebih-lebih dalam hubungan dengan
usaha pendidikan dan pemillhan.lapangan kerja. Suatu hal yang biasanya
dipandang sebagai "self-evident” ialah bahwa seseorang akan lebih ber hasil
kalau dia belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya;
demikian pula orang akan lebih berhasil dalam bekerja kalau dia
bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya. Berbagai
hasil penelitian memberi bukti akan kebenaran anggapan di atas
itu.
Woodworth dan Marquis (1957) berpendapat bahwa bakat itu merupakan salah
satu dari kemampuan manusia. Menurut mereka kemampuan (ability) itu
mempunyai tiga arti, yaitu (a) achievement, (b) capacity, dan (e) aptituded.
Factor umum atau general factor itu merupakan hal atau factor yang
mendasari segala tingkahlaku orang. Jadi di dalam setiap ting-
kahlaku yang dilakukan oleh individu, berfungsilah faktor itu.
Sedang faktor khusus, yang dilambangkan dengan huruf s itu,
hanya berfungsi pada tingkahlaku-tingkahlaku tertentu saja,
tingkahlaku yang sifatnya khusus. Jadi, tiap tingkahlaku itu
dimunqkinkan atau didasari Oleh dua macam taktor, yaitu faktor
g dan faktor s tertentu.
Tingkahlaku 2 = Tl2 = 9 + S2
Tingkahlaku 3 = Tl3 = g + S3
Tingkahlaku 4 = Tl4 = g + S4
Tingkahlaku 5 = Tl5 = g + S5
(b) Teori-Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman tersebut.
Menurut Thomson, apa yang disebut faktor g oleh Spearman itu
tidak ada. Betul secara statistik Spearman telah menunjukkan
adanya faktor g itu, tetapi menurut Thomson dapat ditunjukkan
bahwa pembuktian Spearman itu tidak betul. Menurut Thomson
apa yang disebut Spearman faktor g itu tidak ada, dan yang ada
hanyalah faktor-faktor s. Faktor-faktor s itu tidak tergantung
pada keturunan atau bakat, tetapi tergantung kepada
pendidikan. Adanya anak-anak dari golongan atas lebih cerdas
dari pada anak-anak dari golongan bahwa itu bukan karena
dasar, melainkan karena anak-anak dari golongan atas
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk belajar.
Pendirian Burt sangat dekat dengan pendirian Spearman. Dia sependapat dengan
Spearman bahwa pada manusia terdapat faktor g, yang mendasari semua
tingkahlakunya, dan seperti Spearman dia berpendapat bahwa faktor g ini
tergantung kepada dasar, dibawa sejak lahir. Selanjutnya dia juga berpendapat,
bahwa tiap-tiap orang memiliki banyak faktor s.
Tetapi di samping kedua macam faktor itu menurut Burt masih ada lagi faktor
yang ke tiga, yaitu faktor kelompok (group factor, common factor), yang biasanya
dilambangkan dengan huruf c. Factor ini adalah faktor yang berfungsi pada
sejumlah tingkah laku, tetapi tidak pada semua tingkahlaku. Jadi faktor c itu lebih
luas daripada faktor s tetapi lebih sempit daripada faktor g.
Jadi, tiap tingkahlaku itu menurut Burt dimungkinkan oleh ketiga macam faktor
itu, yaitu faktor g, faktor c, dan faktor s. Untuk jelasnya, mungkin juga dapat
diberikan ilustrasi seperti yang lalu, jadi :
Tingkahlaku 1= Tl1 = g + cX + S1
Tingkahlaku 2= Tl 2 = g + cX + S2
Tingkahlaku 3= Tl 3 = g + cX + S3
Tingkahlaku 4= Tl 4 = g + cy + S4
Tingkahlaku 5= Tl 5 = g + cy + S5
Thurstone terkenal sebagai tokoh mazhab Chicago. Dia sependapat dengan Burt
bahwa ada faktor c, yang berfungsi pada sejumlah tingkahlaku; dia juga
sependapat dengan Burt mengenai adanya faktor s. Faktor s itu jumlahnya banyak
sekali, sebanyak tingkahlaku khusus yang dilakukan oleh manusia yang
bersangkutan. Akan tetapi mengenai faktor g dia menolaknya; dia berpendapat
bahwa faktor g itu tidak ada; jadi hanya ada dua macam faktor saja, yaitu faktor c
dan faktor s.
Kalau sekiranya ada kecakapan umum, menurut Thurstone itu bukan karena
adanya faktor g, malainkan karena kombinasi factor faktor c.
Faktor g behubungan dengan inteligensi, sedang faktor c
berhubungan dengan bakat. Orang yang mempunyai kualitas g
yang bagus adalah orang yang dapat melakukan apa saja pada
tingkat kualitas yang tinggi. Perlaku cerdas itu maujud dalam
bentuk prestasi tinggi disekolah, kontrol emosi yang adekuat,
dan sikap sosial yang dapat diterima. Ada banak faktor c dalam
diri seeorang, dan faktor c yang paling bagus itulah yang menjadi
bakatnya. Pada Thurstone misalnya, orang dengan faktor M yang
bagus berarti mempunyai bakat mengingat, sedang oeng dengan
faktor V yang bagus bakatnya di bidang bahasa.
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan itu terbukti bahwa tidak ada
keseragaman pendapat di antara para ahli mengenai soal "apakah bakat itu".
Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar
rumusan-rumusan tersebut. Rumusan-rumusan tersebut sebenarnya merupakan
penyorotan bakat itu dari sudut yang berbeda-beda: jadi di samping adanya
perbedaan antara pendapat yang satu dan pendapat yang lain, pendapat-pendapat
tersebut juga saling melengkapi.
Karena itu analisis tingkahlaku itu memberi kesimpulan bahwa tingkahlaku itu
mengandung tiga aspek, yaitu (a) aspek tindakan (performance
atau act), (b) aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result),dan (c)
aspek ekspresif. Atas dasar pandangan operasional, banyak ahli
yang hanya mempersoalkan aspek yang ke dua, terlebih-lebih
kalau orang mempersoalkan tingkahlaku itu. sebagai titik tolak
dalam pengukuran bakat.
Dengan sengaja pendapat Guilford itu dikemukan dengan agak lengkap tidak
karena pendapat tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat yang benar,
akan tetapi terlebih-lebih dimaksudkan sebagai ilustrasi untuk menunjukkan
betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut bakat itu. Pada dasarnya semua
individu, setidak-tidaknya yang normal, memiliki faktor-faktor tersebut. Variasi
bakat timbul karena variasi dalam kombinasi konstelasi, dan intensitas
faktor-faktor tersebut. Variasi ini yang seharusnya dikenal, demi suksesnya usaha
mendidik (memberikan pengalaman belajar kepada) para mahasiswa.
Secara fungsional, bakat adalah kemudahan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempelajari sesuatu lebih efektif dan efisien. Difinisi ini memuat komprehensi
pengertian berikut:
1. Bakat bersifat potensial: seserang mudah mempelajari sesuatu,
berarti orang itu belum memahami atau menguasai apa yang
mudah dipejarinya itu. Orang berbakat memainkan guitar kalau
dia dapat mempelajari teknik memetik guitar dengan cepat.
Bukan berarti dia ketika itu sama sekali belum bisa memetik
guitar, tetapi justru kemampuan yang dimulikinya sekarang
membuat dia menjadi mudah belajar main guitar.
2. Bakat adalah gabungan dari faktor natural dan nurtural:
datangnya kemudahan itu bisa bersifat natural atau herediter
(keturunan) yang dibawa sejak lahir. Aspek-aspek fisik seperti
bentuk tubuh, nilai ambang syaraf, dan komposisi hormonal yang
bersifat herediter dapat menjadi kemudahan bagi seseorang
untuk mempelajari sesuatu. Orang yang lahir dengan tulang dan
otot yang kuat berbakata menjadi olah-ragawan, sedang orang
yang lahir dengan sistem syaraf yangf sangat peka berbakat
menjadi artis. Kombinasi dari aspek-aspek fisik menjadi tidak
terhingga sehingga setiap orang akam memiliki bakat yang
berbeda-beda. Kemudahan untuk dapat mempelajari sesuatu
juga bisa diperoleh dari asuhan, atau pengalaman/belajar. Orang
cina berbakat menjadi pedagang, bukan karena lahir sebagai
pedagang, tetapi lebih karena sejak baji setiap hari melihat
kesibukan orang tuanya dalam dunia perdagangan, bagaimana
memperoleh uang dengan menjual sesuatu.
3. Bakat adalah membandingkan intra dan antar individu.
Menbandingkan intra individu, artinya bakat membandingkan
potensi-potensi yang ada di dalam diri seseorang. Semua orang
mempunyai bakat, yaitu apa yang “paling mudah dipelajarinya”
pada suatu saat. Kalau seorang siswa, dari 12 mata pelajarannya
disekolah dia merasa mata pelajaran sejarah yang laing mudah
dia pelajari, maka dia berbakat sejarah. Bakat juga mengandung
pengertian perbandingan antar individu, yang bermakna kualitas
potensi individu satu dengan yang lain berbeda-beda. Siswa yang
lain yang juga berbakat sejarah, mempunyai kecepatan belajar
yang jauh lebih tinggi, yang berati bakatnya lebih baik. Bahkan
bisa jadi, siswa yang berbakat sejarah nilai sejarahnya lebih
rendah dibanding dengan siswa yang berbakat matematik. Siswa
ini mempunyai intgeligensi yang tinggi sehingga secara umum
nilai pelajarannya tinggi, tetapi bakatnya matematik yang artinya
diantara nilai-nilai tinggi itu yang paling mudah adalah belajar
matematik.
4. Bakat tidak bersifat menetap: aspek natural mungkin lebih
langgeng – bisa tidak berubah sampai tua, tetapi aspek nurtural
akan selalu berubah sehingga bakat seseorang tidak terus
menerus sama sepanjang masa.
b. Pengukuran Bakat
Menurut sejarah usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja
(atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan. dewasa ini
dalam bidang pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan.
Dalam praktek hampir semua ahli yang menyusun test untuk mengungkap bakat
bertolak dari dasar pikiran analisis faktor. Pendapat Guilford yang
telah disajikan di muka itu adalah salah satu contoh pola
pemikiran yang demikian itu. Apa yang dikemukakan oleh
Guilford adalah hal (materi) yang ada pada individu, yang
diperlukan untuk berbagai aktivitas; jelasnya, untuk berbagai
aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor tersebut.
Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya
dilakukan bedasarkan atas dalam lapangan apa b kat tersebut
berfungsi, seperti bakat ilmu pasti, bakat bahasa, bakat olah
raga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat
akan sangat tergantung kepada konteks kebudayaan tempat
seseorang hidup dan dibesarkan. Pernaman ini mungkin
bersangkutan dengan bidang kerja.
Sebenarnya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih
dari satu faktor bakat..Bermacam-nacam faktor-faktor mungkin diperlukan
berfungsinya untuk suatu bidang studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh,
misalnya untuk belajar di fakultas teknik diperlukan berfungsinya faktor-faktor
bakat mengenai bilangan, keruangan berfikir abstrak, bahasa mekanik, dan
mungkin inasih banyak lagi.
Karena hal seperti yang digambarkan di atas itu, maka ada kecenderungan di
antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat
yang menyatakan bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor
yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan,hanya dengan kombinasi,
konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan
dalam diagnosis mengenai bakat adalah inembuat urutan (ranking) mengenai
berbagai bakat pada setiap individu.
Dalam usaha mengungkap bakat, prosedur yang biasa ditemplih oleh para ahli
adalah sebagai berikut
Dengan jalan pikiran seperti yang digambarkan di atas itulah pada umumnya
test bakat disusun-Sampai sekarang boleh dikata belum ada test
bakat yang luas pemakaiannya. Di Amerika, banyak orang
berpendapat bahwa untuk berhasil dalam belajar di perguruan
tinggi orang harus mempunyai bakat yang cukup dalam
bal-menggunakan bahasa dan bilangan.
Oleh karena itu test yang banyak digunakan sebagai salah satu prediktor mengenai
keberhasilan studi di perguruan tinggi adalah Scholastic Aptituded Test (SAT)dan
Graduate Record Examination (GRE), yang kedua-duanya terdiri atas dua
kemponen, yaitu kamponen verbal (v) dan komponen numerik (N).
Beberapa test lain, yang digunakan baik dalam lapangan studi maupun lapangan
kerja, antara lain adalah Flanagan Aptitude Classification Test (FACT). General
Aptitude Test Battery (GATB), Differential Aptitude Test (DAT).
Di Indonesia setahu penulis belum ada test bakat yang dibakukan secara mentap.
Hal yang demikian ini mengandung dua implikasi. Pertama, hal ini berarti
merupakan tantangan bagi para ahli di bidang testing psikologis untuk segera
berusaha menyusunnya, karena kebutuhan akan adanya test bakat yang dibakukan
sewcara luas dan mantap itu sebenarnya telah mendesak. Ke dua, sebelum test
bakat yang dibakukan secara luas dan mentap itu tersusun orang harus sangat
berhati-hati dalam melakukan diagnosis mengenai bakat. Hendaklah selalu diingat
bahwa "bermain-main dengan test psikilogis itu adalah berbahaya". Susahnya
bahaya yang ditimbulkan oleh perbuatan bermainmain dengan test psikologis itu
sering tidak disadari oleh yang melakukannya,karena hal tersebut memang tidak
segera nampak.
Referensi:
Sumadi Suryabrata (1981). Materi Dasar Pendidikan Program
Anta Mengajar V, Buku IIIA Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud – Dirjen Pendidikan Tinggi PPIPT