PENDAHULUAN
1
pada mata menjadi negatif.3 Penderita juga merasa silau pada siang hari atau
jika terkena sinar lampu mobil.4 Penglihatan pada malam hari lebih baik. 4,5,8,10
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.4,5,10 Penyebab katarak lainnya meliputi:
faktor keturunan, cacat bawaan sejak lahir, masalah kesehatan, misalnya
diabetes, penggunaan obat tertentu, khususnya steroid, mata tanpa pelindung
terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama, operasi mata sebelumnya,
trauma (kecelakaan) pada mata, faktor-faktor lainya yang belum diketahui.10
Melalui anamnesis dan pemeriksaan segmen anterior mata yang baik dan
benar, seorang dokter umum saja dapat mendeteksi katarak atau penyebab lain
kekeruhan pada lensa dan gangguan pada mata. Masalah lain pada mata,
misalnya kornea, retina dan saraf penglihatan, mungkin akan tetap mengganggu
penglihatan setelah operasi katarak. Apabila tidak memberikan hasil yang lebih
baik pada penglihatan, operasi katarak mungkin tidak direkomendasikan.
Dokter spesialis mata akan menjelaskan berapa banyak perbaikan penglihatan
akan dicapai setelah operasi katarak.
Kecepatan gangguan katarak pada seseorang tidak dapat diprediksi, karena
katarak pada setiap individu berbeda, bahkan perkembangannyapun berbeda
antara satu mata dengan mata sebelahnya. Gangguan penglihatan yang
disebabkan oleh katarak akan lebih cepat dengan bertambahnya usia seseorang.
Akan tetapi pada penderita diabetes, walaupun masih berusia muda, katarak
akan mengganggu penglihatan lebih cepat.
Katarak dapat disembuhkan, terlebih dengan kemajuan teknologi kedokteran
saat ini. Upaya pengobatan katarak yang paling efektif adalah dengan
pembedahan.3 Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan
operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.
2
Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang
dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan
tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat
memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata
reguler yang dapat menghalangi sinar ultraviolet sebaiknya digunakan ketika
berada diruang terbuka pada siang hari. Radiasi Ultraviolet (UV B) dari
matahari berperan dalam mempengaruhi kimia lensa yang selanjutnya menjadi
katarak.6 Tindakan operasi perlu dilakukan apabila katarak telah menyebabkan
hilangnya penglihatan atau mengganggu kegiatan rutin sehari-hari. Pencegahan
utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan
menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari
bisa mengurangi jumlah sinar violet yang masuk ke dalam mata. Berhenti
merokok juga bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.7
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologis lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. 2,8,10
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa, proses penuaan (degenaratif). Katarak tidak jarang ditemui pada
orang muda, bayi baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubella) di
masa pertumbuhan janin, genetik dengan pertumbuhan penyakit mata, cedera
pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan sinar ultra
violet berlebihan. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes melitus,
rokok, alkohol dan obat–obatan steroid serta glaukoma (tekanan bola mata
yang tinggi), dapat menyebabkan resiko terjadinya katarak. 3
4
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:8,9
1. primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
2. sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. komplikasi penyakit lokal ataupun umum
1. Stadium insipien
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur. Pasien mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi
belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat
bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi
biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam
penglihatan pasien belum terganggu.4
2. Stadium imatur
5
Dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap
cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
Pada stadium ini terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai
katarak intumesen. Pada stadium ini terdapat miopisasi akibat
lensa yang cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perluka
camata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris
terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan
sempit atau tertutup. Pada katarak imatur maka penglihatan mulai
berangsur-angsur menjadi kurang, hali ini diakibatkan media
penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal. Pada
stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan
uji bayangan iris atau Shadow test akan terlihat bayangan iris pada
lensa. Uji bayangan iris positif.4
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi
kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah
keadaan seimbang dengan cairan mata sehingga ukuran lensa akan
menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam
posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan
terbuka normal,dan uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan
sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.4
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam
korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini juga terjadi
degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks
lensa yang mencair keluar dan masuk ke bilik mata depan. Pada
stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada
6
normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata
depan terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun
seluruh lensa telah keruh sehingga pada stadium ini disebut uji
bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris terbentuk pada kapsul
lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang telah mengecil.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi
jaringan uvea berupa uveitis.4,9
7
selular. Gejalanya penglihatan lebih terang bila melihat pagi
hari/malam hari.
Katarak Kortikal
Perubahan komposisi ionik pada korteks lensa yang
menyebabkan opasitas korteks. Biasanya asimetris. Gejalanya
penglihatan berasap dan diplopia monoculer.
Katarak Subkapsular Posterior
Opasitas granular seperti plak pada korteks. Etiologi: Trauma,
kortikosteroid sistemik dan topikal, inflamasi, radiasi. Gejala:
Pandangan silau, visus menurun ditempat terang, diplopia monokuler.
8
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan sinar
langsung. Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler posterior
dan juga katarak kortikal. Jarang pada katarak nuklearis.4,10
3. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan
signifikan dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan
pemeriksaan Snellen. Pada pasien katarak akan sulit membedakan ketajaman
gambar, kecerahan, dan jarak ruang sehingga menunjukkan adanya gangguan
penglihatan. 4,10
4. Pergeseran miopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat akan
mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi dan tidak
membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak menggunakan
kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya kabur sehingga ia
akan meminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia
atau penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan terkait
dengan stadium katarak yang sedang dialaminya.4,10
5. Diplopia monokuler.
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat,
ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi
berbeda akibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan
menggunakan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan
area refleks merah yang jelas terlihat dan tidak terlalu jelas.10
2.5. Penatalaksanaan10
- Medikasi (temporer)
a. Penggunaan kacamata bantu dengan koreksi akurat
b. Meningkatkan cahaya pada saat membaca
c. Dilatasi pupil dengan pengobatan midriasis
9
d. Pengobatan katarak dengan penyebab DM dengan aldolase reduktase
inhibitor
- Operasi
Indikasi operasi katarak :
2. Mengganggu pekerjaan
3. Rehabilitasi visus (terapetik)
4. Diagnostik segmen posterior
5. Mencegah komputasi (glaucoma ambiliopia)
6. Kosmetik
a. Operasi dilakukan apabila pasien meminta agar diperbaiki ketajaman
penglihatannya, terapi bedah untuk penyakit mata (glaukoma karena lensa,
dislokasi lensa ke bilik mata depan, atau uveitis), membantu untuk
mengobati penyakit mata segmen posterior (diabetes retinopati).10
b. Pasien dengan katarak stadium lebih lanjut lebih diutamakan untuk
dioperasi bila ia memiliki katarak monookuler atau binokuler. Waktu jeda
untuk operasi katarak mata sebelahnya harus berbeda dan tidak boleh
bersamaan untuk menjamin keamanan dan keberhasilan operasi pertama
sebelum operasi kedua direncanakan. Pada pasien dengan katarak
monokuler, keputusan untuk dilakukan bedah lebih kompleks. Apabila
10
ditemui mata yang sehat tidak menunjukkan gangguan penglihatan yang
berat, maka operasi dapat ditangguhkan. 10
11
kapsul anterior di insisi, masa lensa di
aspirasi
penyulit: uveitis fakoanafilaktik, glaukoma
sekunder, katarak sekunder.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
dilakukan pada katarak lunak
insisi pada limbus 10 – 12 mm
kapsulotomi anterior
ekspresi nukleus dan sisa masa lensa diaspirasi
keuntungan: dapat dilakukan insersi lensa tanam, mencegah prolaps
badan kaca, ablasi retina, distropi kornea dan mengurangi infeksi ke
intraokular.
3. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler
biasanya dilakukan pada katarak yang keras
insisi pada limbus 14 – 15 mm
lensa dijepit dengan cryoprobe atau cryopencil pada kapsul lensa
kemudian diluksasi kekanan kekiri sehingga zonulla Zinii terlepas dan
lensa dapat ditarik keluar
resiko terjadi prolaps badan kaca dan infeksi intraokular
4. Fakoemulsifikasi
merupakan cara pembedahan paling mutakhir yang dilakukan dengan
menggunakan getaran ultrasonik
insisi limbus 3–5 mm
fakofragmentasi dengan vibrasi ultrasonik
irigasi dan aspirasi kepingan-kepingan lensa
12
2.7. Ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK)
Operasi katarak jenis ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) merupakan
teknik yang dahulu sering digunakan sebelum diperkenalkannya ekstraksi
katarak ekstrakapsuler (EKEK). Sejak diperkenalkannya mikroskop, sistem
aspirasi bedah yang terbaru, dan lensa intraokuler maka operasi EKEK menjadi
terpopuler digunakan hampir di seluruh dunia.10
Keuntungan EKIK:
1. Tidak membutuhkan bedah tambahan karena hanya mencabut lensa
2. Lebih sedikit dibutuhkan instrumen yang lebih canggih
3. Perbaikan visus dapat segera dicapai setelah operasi dengan
penggunaan lensa ekstraokuler sebesar 10 Dioptri
Indikasi:
Apabila ditemui kondisi seperti:
13
1. Kamar operasi dengan fasilitas bedah menggunakan mikroskop sangat
minimal
2. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi
3. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh
Kontraindikasi:
Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila
ditemukan keadaan berikut:
1. Anak-anak dan remaja
2. Ruptur kapsul traumatik
14
1. Kurang traumatik pada endotel kornea
2. Lebih sedikit kejadian astigmatisme
3. Luka yang lebih stabil dan aman
4. Berkurangnya resiko kehilangan vitreous dari tempatnya intraoperatif
5. Mengizinkan fikasi lensa intra okuler lebih baik secara anatomis
6. Mengurangi insidensi edema makuler kistoid, terlepasnya retina, dan edema
korna
7. Mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi pada gerakan sakadik
8. Menyediakan penghalang yang mencegah terjadinya pertukaran cairan pada
vitreous dengan cairan akuos
9. Mengurangi jalur bakteri melalui rongga vitreous
10. Mengurangi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang akibat perlekatan
vitreous kepada iris, kornea, dan insisi
Kontraindikasi
Operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler membutuhkan keutuhan zonula
untuk pengangkatan nukleus dan materi korteks. Oleh karena itu, bila zonula
tidak utuh maka perlu direncanakan operasi ekstraksi katarak intrakapsuler atau
lensektomi pars plana.
15
dilatasi pupil yang efektif, sedangkan obat antiinflamasi nonsteroid dapat
membantu mempertahankan dilatasi pupil selama pembedahan
16
7. Peningkatan tekanan intraokuler bisa disebabkan vitreoelastisitas yang
tertahan
8. Antibiotik topikal dan kortikosteroid dianjurkan diresepkan paska
operasi
2. Anestesi umum
Anestesi umum dilakukan apabila ditemui:
a. Pasien anak-anak atau remaja
b. Pasien dengan demensia
c. Retardasi mental
17
d. Batuk yang tidak bisa dikontrol
e. Tremor kepala
Oleh karena itu, sebelum teknik anestesi dipilih maka ahli bedah mata
tersebut harus menilai intelektualitas dan status psikologis.
3. Anestesi lokal
Anestesi retrobulber digunakan bersama atau tanpa dilakukan anestesi
regional pada saraf kranial VII (nervus fasialis). Anestesi ini akan memberikan
akinesia okuler dan anestesi daerah tersebut.
Anestesi retrobulber memberikan komplikasi walaupun jarang ditemukan
seperti:
a. Perdarahan retrobulber
b. Penetrasi bola mata
c. Trauma saraf optik
d. Injeksi intravena sehingga menyebabkan aritmia jantung
e. Injeksi intravena sehingga menyebabkan kejang
f. Henti nafas
g. Anestesi batang otak
3. Anestesi Topikal
18
Anestesi topikal berkembang bersamaan dengan teknik insisi kornea dan
implantasi lensa intraokuler untuk bedah katarak. Anestesi topikal diberikan
bersamaan dengan atau tanpa sedasi intravena. Anestesi topikal juga sering
dilakukan dengan lidokain bebas pengawet intrakamera. Beberapa jenis teknik
termasuk penggunaan infiltrasi minimal dengan anestesi lokal. Keuntungan
teknik anestesi ini adalah berkurangnya resiko perforasi okuler dan sedikitnya
penggunaan sedasi intravena pada beberapa pasien. Diplopia dapat tidak
ditemui karena tidak ada akinesia otot okuler. Pasien dapat meninggalkan
ruangan operasi tanpa harus dipandu karena tidak ada blokade kelopak mata.
Karena anestesi topikal menyediakan anestesi tanpa akinesia, kerjasama
pasien untuk tidak banyak bergerak sangat diperlukan. Kemudian, anestesi
topikal tidak tepat digunakan pada pasien dengan situasi:
a. Gangguan pendengaran
b. Kesulitan menerjemahkan bahasa
c. Penderita sulit mengontrol emosi selama operasi
d. Blefarospasme
e. Tremor kepala
f. Nistagmus
g. Apabila ditemui operasi akan lebih lama dari jadwal
Secara umum, hanya sedasi minimal dibutukan untuk penggunaan anestesi
topikal. Ahli anestesi juga harus mengenal derajat sedasi yang dibutuhkan untuk
bedah katarak dan menghindari terjadinya overdosis sedasi.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTIFIKASI
Nama : Nn. Aisyah Fitria
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Jl. Karya I no. 260 rt 25 rw 07, Lebong Gajah , Kecamatan Sako
Palembang
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Med. Rec :105113
20
merah tidak ada, kotoran mata tidak ada, mata berair-air tidak ada, nyeri kepala
hebat disertai mual dan muntah tidak ada, dan nyeri pada mata kiri tidak ada.
Sejak kurang lebih tiga bulan yang lalu, penderita mengeluh mata
kirinya hanya bisa melihat sinar, sedang mata kanannya masih bisa melihat
bayangan pada jarak satu meter. Kemudian penderita berobat ke RSMH.
Status Oftalmologikus
OD OS
21
Visus 1/300 1/∞ PSB
TIO 15,6 mm Hg 18,5 mm Hg
KBM Ortoforia
GBM
Segmen Anterior
- Alis mata Tenang Tenang
- Kelopak atas Tenang Tenang
- Kelopak bawah Tenang Tenang
- Bulu mata Tenang Tenang
- Konjungtiva tarsal Tenang Tenang
atas
- Konjungtiva tarsal Tenang Tenang
bawah
- Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
- Kornea Jernih Jernih
- BMD Sedang, jernih Sedang, jernih
- Iris Gambaran baik Gambaran baik
- Pupil Bulat, sentral, refleks Bulat, sentral, refleks
cahaya (+), Ø 3 mm cahaya (+), Ø 3 mm
- Lensa Keruh, ST (-) Keruh, ST (+)
Segmen Posterior
- Refleks fundus (-) (-)
- Papil Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
- Makula Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
- Retina Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai
22
3.5. PENATALAKSANAAN
Pro EKEK + pemasangan LIO (lensa intra okuler) OS dengan anestesi topikal
3.7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB IV
23
ANALISIS KASUS
24
sedangkan pada katarak hipermatur ditemukan shadow test yang positif. Pada
mata kiri pasien ini dikatakan hipermatur karena didapatkan pula gambaran
kerutan pada lensa selain kekeruhan dan bayangan iris yang utuh sehingga
membedakannya dengan katarak imatur.4,9
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksan fisik diatas, penderita ini didiagnosis
dengan katarak senilis matur OD dan katarak senilis hipermatur OS. Untuk terapi
katarak tidak ada pilihan lain selain dengan pembedahan. Pertimbangan pemilihan
EKEK adalah karena ukuran insisi yang diperlukan lebih kecil sehingga
timbulnya trauma pada pada endotel kornea lebih sedikit; kapsul posterior yang
intak dapat menempatkan pemasangan LIO pada posisi anatomis yang lebih baik,
mengurangi mobilitas iris dan vitreus, serta mengurangi insiden edema makular
kistoid, ablasi retina, dan edema kornea. Kapsul posterior yang utuh juga
mencegah masuknya bakteri dan mikroorganisme, yang mungkin terdapat pada
bilik mata depan saat operasi, ke dalam badan vitreus dan menyebabkan
endoftalmitis. Pemasangan LIO dilakukan karena dianggap lebih praktis jika
dibandingkan dengan lensa kontak atau kacamata afakia yang suatu saat harus
diangkat, dibersihkan atau dipasang kembali oleh pasien dan berhubungan dengan
pekerjaan pasien. Selain itu, pemasangan LIO tidak ada kontraindikasi kecuali orang
yang menderita uveitis. Pada penderita dengan uveitis, akan terjadi reaksi
proliferatif atau adhesi pada lensa tanam yang akan membentuk lapisan pupiler
atau siklitik bahkan glaukoma.10
Keratometri dan biometri dilakukan persiapannya sebelum operasi untuk
mengukur kekuatan kornea dan kekuatan lensa introkuler. Keduanya dilakukan
agar refraksi paska operasi diharapkan mendekati atau sama dengan refraksi
penglihatan orang normal.10
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam struktur
anatomis mata, sehingga quo ad vitam bonam.
Fungsi mata penderita dapat kembali normal tergantung pembedahan dan
penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada penderita ini prognosis quo ad
25
functionam bonam. Secara teori, apabila tidak ditemui penyulit lain seperti
kontraindikasi relatif, maka fungsi penglihatan dapat dikembalikan ke penglihatan
normal.10
Direncanakan EKEK + pemasangan LIO mata kiri bertujuan agar katarak
dalam stadium yang lebih lanjut untuk didahulukan terlebih dahulu dengan
harapan perbaikan fungsi tajam penglihatan yang sudah banyak berkurang pada
mata kiri dibanding mata kanan dan pencegahan komplikasi katarak pada mata
kiri berupa glaukoma fakolitik.9,10
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, W.S. Kadar Asam Urat Serum pada Penderita Katarak penelitian
kasus-kontrol. Cermin Dunia Kedokteran No. 132, 2001.
2. Anonym. http://www.erfilts.multiply.com.journalitem43-19k. American
Academy of opthamology.
3. Ana Indrayati. Mata Sehat, Bebas Katarak. http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/09042/cakrawala/utama/01.htm. diakses tanggal 3 januari
2008
4. Langston, Pavan D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition
(July 2002). USA.Lippincott, Williams & Wilkins
5. Yong, M.H.M. Masalah Katarak.
http://www.infosihat.gov.my/Risalah/Penyakit
%20Mata/Ris_Mata_Katarak_BM/katarak_BM.pdf. Diakses pada : 3 Januari
2008
6. Anonymous. Katarak.
http://www.medika.blockspot.com/2007/04/katarak.html. diakses tanggal 3
januari 2008
7. Anonymous. Katarak.
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?iddtl=65&idktg=16.
Diakses pada : 3 Januari 2008
8. James, Bruce, et al. 2006. Lecture Notes Ophtalmology, 9th eds. Jakarta:
Erlangga.
9. Ilyas SD. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2005.
10. Daniel J, Garrett M, Straus H, et al. Lens and Cataract: Section 11. Basic and
Clinical Science Course: American Academy of Ophtalmology. USA. 2001-
2002
11. Daniel J, Garrett M, Straus H, et al. Neuroophtalmology. Basic and Clinical
Science Course: American Academy of Ophtalmology. USA. 2001-2002
27
Presentasi Kasus
KATARAK SENILIS
Oleh:
Ary Rachmanto, S.Ked
Ermalinda, S.Ked
Julius Parlin, S.Ked
Pembimbing:
dr. Alie Solahudin, Sp.M
DEPARTEMEN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2007
28