Anda di halaman 1dari 8

c c

 
      

R  R

3  33
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma
dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis
dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

Ada dua tipe obstruksi yaitu :


1.Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi
batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses
2.Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya
amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
neurologis seperti penyakit parkinson
j 
j3j
1.Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pasda jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2.Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen
berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus.
Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum
kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum
kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3.Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi
amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya.

4.Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen.
5.Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Π3   
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 %
dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter
cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat
mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang
cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi
ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan,
asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan
absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan
usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis,
disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi
sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma
dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik
vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya
gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah
mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang
cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.

 33 3 33


1.Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang
cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang
timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan
tidak terdapat flatus.
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras
dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi
terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika
berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi
dan kehilangan volume plasma.

2.Obstruksi Usus Besar


Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus
halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila
katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum,
konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.
 33   3 
1.Obstruksi Usus Halus : Diagnosa didasarkan pada gejala yang digambarkan diatas
serta pemeriksaan sinar-X. Sinar-X terhadap abdomen akan menunjukkan kuantitas
dari gas atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan
elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi
2.Obstruksi Usus Besar : Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan simtoma-tologi dan
sinar-X. Sinar-X abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukkan distensi abdomen.
Pemeriksaan barium dikontraindikasikan

  
Angka kematian keseluruhan untuk obstruksi usus halus kira-kira 10 %
Angka kematian untuk obstruksi non strangulata adalah 5-8 %, sedangkan pada
obstruksi strangulata telah dilaporkan 20-75 %
Angka mortalitas untuk obstruksi kolon kira-kira 20 %

  3
Peritonitis septikemia
Syok hipovolemia
Perforasi usus

 3 3333 j3 3  


Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1.Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam
mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka
strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan,
terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
(natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi.
Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan
pembedahannya adalah herniotomi.
2.Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk
membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang
dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap
pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang
biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi.
Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
 33 3j  

 3 3
Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik
nyeri abdomen (nyeri bersifat hilang timbul)
a.Obstruksi usus halus
Adanya muntah yang mulanya mengandung empedu dan mukus dan tetap demikian
bila obstruksinya tinggi. Pada obstruksi ileum, muntahan menjadi fekulen yaitu
muntahan berwarna jingga dan berbau busuk. Konstipasi dan kegagalan mengeluarkan
gas dalam rectum merupakan gejala yang sering ditemukan bila obstruksinya komplit.
Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Pengkajian pola eliminasi usus
mencakup karakter dan frekuensinya. Pasien dapat melaporkan gangguan pola tidur
bila nyeri dan diare terjadi pada malam hari.
b.Obstruksi usus besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus
halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila
katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum,
konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan
karakteristiknya ; palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan. Adanya temuan
peningkatan suhu tubuh mengindikasikan telah ada kontaminasi peritonium dengan isi
usus yang telah terinfeksi.

  33  33 3


a.Nyeri
b.Kurang volume cairan dan elektrolit
c.Konstipasi
d.Nutrisi kurang dari kebutuhan
e.Gangguan pola tidur
f.Hipertermi
g.Cemas
h.Kurang pengetahuan

º      33 3


Peran perawat adalah memantau pasien terhadap gejala yang mengindikasikan bahwa
obstruksi usus semakin buruk, serta memberikan dukungan emosional dan
kenyamanan. Cairan IV dan penggantian elektrolit diberikan sesuai instruksi. Apabila
kondisi pasien tidak berespon terhadap tindakan medis, perawat harus menyiapkan
pasien untuk pembedahan. Persiapan ini mencakup penyuluhan pra operatif, yang
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pada pasca operatif diberikan perawatan luka
abdomen umum

 33
Hasil yang diharapkan :
a.Sedikit mengalami nyeri
b.Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
c.Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya
d.Mendapatkan nutrisi yang optimal
e.Tidak mengalami komplikasi

3 3  33

1.@ Sjamsuhidajat r, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC,2003.
2.@ Anonymous. Ileus. [Online].2007 September 13 [cited 2008 May 19];[6 screens].
Available from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
3.@ Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA, Wilson
LM,editor. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Alih bahasa:
dr.Peter Anugerah. Jakarta: EGC;1995. Hal.389 ² 412.
4.@ Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,
Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical
presentation, etiology, management and outcome. World Journal of
gastroenterology. 2007 January 21;13(3):432-437. Available
from:URL:http://www.wjgnet.com
5.@ Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mttox
KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The biological basis of modern
surgical practice. 17th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;2004. p.1323 ² 1342.
6.@ Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In : Greenfield LJ,
Mulholland MW, Oldham KT, Zelenock GB, Lillimoe KD, editors. Essentials of
surgery : scientific principles and practice. [Book on CD-ROM]. 2nd ed. New
York: Lippincott Williams & Wilkin publishers;1997.
7.@ Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi manusia
Sobotta. Ed.21. Jakarta: EGC,2003.
8.@ Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-intestinal. Ed.1. Ujung
Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995.
9.@ Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L,
Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult emergency medicine.
2nd ed. New York: Churchill Livingstone;2004. p.306-9.
10.@Naude GP. Gastrointestinal failure in the ICU. In: Bongard FS, Sue DY, editors.
A lange medical book Current critical care diagnosis and treatment. 2nd ed.
New York : McGraw-Hill;2003. p. 383-88.
11.@Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2008 May
21];[4 screens]. Available
from:URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.
12.@Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May 21];[7 screens].
Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
13.@Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2008 June
2];[6 screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com
14.@Souba, Wiley W.; Fink, Mitchell P.; Jurkovich, Gregory J.; Kaiser, Larry R.;
Pearce, William H.; Pemberton, John H.; Soper, Nathaniel J, editors. Sigmoid
volvulus successfully decompressed by sigmoidoscopy. In : ACS Surgery:
Principles & Practice, 2007 Edition. [Book on CD-ROM]
15.@Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29
[Online]. 1983 [cited 2008 May 16];[3 screens]. Available
from:URL:http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.

indramayu

ë@  

ë@ StumbleUpon

ë@ Reddit

ë@

Anda mungkin juga menyukai