Anda di halaman 1dari 16

JETri, Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK


MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK
KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN
MALAM HARI PADA INDUSTRI
ES BALOK

Liem Ek Bien & Peter*


Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Abstract
In ice block industry, usage of electrical power for induction motor as prime mover of
compressor is very high. Level of usage of electricity at ice block industry base on change of
refrigeration media temperature. Referring to the mentioned, hence mass flow rate of
refrigerant circulating in system, refrigeration effect per kilogram, comparison of
compression of compressor, refrigeration capacities and mechanic energy which must be
yielded by the compressor to circulate the refrigerant determining transfer of heat system
performance as work principle of cooler machine can be determined. This Final Assignment
present an economical technique of usage of electrical power of induction motor that is by
product the ice block when of media refrigeration temperature reach the lowest level that is
night time with method comparison of usage of electrical power of induction motor as prime
mover of compressor at ice block industry which giving result the lowest usage of electrical
power. Case study done at ice block factory that is PT. KARAHARJA TIRTATAMA.

Key words: Induction Motor, Refrigeneration Temperature, Electrical Power

1. Pendahuluan
Semakin besarnya permintaan produksi es balok untuk memenuhi
kebutuhan pengawetan makanan memerlukan industri es balok dengan
kapasitas produksi yang besar. Untuk mengatasi masalah tersebut
kebutuhan daya listrik yang dibutuhkan industri es balok khususnya untuk
menggerakkan kompresornya dengan menggunakan motor induksi harus
semakin besar pula. Kenyataan yang terjadi adalah 50 % dari pemasukan
industri es balok adalah untuk membayar tagihan listrik dan tidak jarang
pula para pengusaha yang tidak bertanggung jawab mengambil jalan mudah
dengan menggunakan listrik secara ilegal dengan berbagai cara.

Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini akan dibahas teknik
penghematan penggunaan daya listrik dalam rangka mengatasi
permasalahan tersebut di atas dengan cara memproduksi es balok pada
waktu temperatur media pendinginan terendah yaitu malam hari dengan

* Alumni Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti


JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

metode perbandingan penggunaan daya listrik motor induksi sebagai


penggerak kompresor pada industri es balok yang memberikan hasil berupa
penggunaan daya listrik terendah.

Tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah untuk mencari cara
untuk menghemat kebutuhan daya listrik dari industri es balok untuk
menggerakkan kompresornya dengan menggunakan motor induksi.

2. Teori Dasar Motor Induksi


Motor induksi tiga fasa terdiri dari dua tipe yaitu motor induksi
rotor sangkar dan motor induksi rotor belitan (menggunakan slip ring).
Kedua tipe ini mempunyai kesamaan dalam konstruksi kecuali pada
rancangan rotor. Masing-masing mempunyai tiga kumparan stator yang
terpisah, satu untuk setiap fasanya yang terdistribusi secara merata dan
saling bergantian di sepanjang inti stator untuk mencapai jumlah kutub yang
diinginkan (Djuhana, 1997: 1-2).

Ketika stator disuplai dengan tegangan listrik tiga fasa ke masing-


masing kumparan yang terpisah 120 derajat listrik dari kedua fasa lainnya,
maka arus listrik akan mengalir dalam kumparan stator dan menghasilkan
gelombang medan magnet yang berputar pada stator.

Pada waktu yang sama fluks stator akan menginduksikan kumparan


rotor dan menghasilkan medan magnet pada rotor. Kutub medan magnet
dari rotor akan tertarik dan mengikuti kutub medan stator yang berputar,
menyebabkan rotor berputar.

Rotor dari motor induksi selalu berputar pada kecepatan berapapun


dibawah kecepatan medan putar stator. Jika kecepatan rotor sama dengan
kecepatan medan putar stator, konduktor dari kumparan rotor tidak akan
memotong fluks medan putar stator, dalam hal ini tidak ada tegangan yang
akan diinduksikan pada rotor dan rotor akan tidak mempunyai kutub
magnet.

Oleh karena itu, rotor akan selalu berputar pada kecepatan di bawah
kecepatan medan putar stator jadi konduktor dari kumparan rotor akan
secara terus menerus memotong fluks medan putar stator dan menghasilkan
slip. Perbedaan antara kecepatan rotor dan medan putar stator disebut slip
rotor. Semakin besar beban motor, semakin besar nilai slip rotor. Walaupun

2
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

nilai slip berubah hanya sedikit saat penambahan atau pengurangan beban,
dan sangat kecil bahkan pada saat beban penuh, motor induksi tiga fasa
biasanya dianggap sebagai motor dengan putaran konstan.

ns  n
Slip = (1)
ns

Dimana:
ns = kecepatan medan putar stator (rpm)
n = kecepatan putar rotor (rpm)

Dengan mengabaikan slip rotor, kecepatan dari motor arus bolak


balik adalah fungsi dari frekuensi dan jumlah kutub stator. Kecepatan
medan putar stator dari motor arus bolak balik dapat ditulis sebagai
persamaan berikut:

ns = 120 f (2)
P

Dimana:
f = frekuensi (Hz)
P = jumlah kutub

Gambar 1. Rangkaian pengganti motor induksi (Djuhana, 1997: 6).

Slip rotor juga mengukur rugi daya pada motor. Persentase slip
adalah total daya masuk ke motor yang diubah menjadi panas. Oleh karena
itu, terdapat hubungan antara besarnya slip dan efisiensi motor. Semakin
besar slip, semakin rendah efisiensi motor.

3
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Pmek
η= (3)
Pmp

Pmek = m . I2’2 . r2’ ( 1  s ) (4)


s

r2 '
Pmp = m . I2’2 ( ) (5)
s

'2 '1 s
m.I 2 .r2 ( )
η = s = (1-s )
'2 ' 1
m.I 2 .r2 ( )
s

Dimana:
η = efisiensi motor
Pmek = daya mekanik yang diukur pada poros
Pmp = daya medan putar stator
m = jumlah fasa
I2’ = arus rotor yang diacu pada stator
r2’ = resistansi rotor yang diacu pada stator
s = slip motor

3. Teori Termodinamika
3.1 Kapasitas Debit Piston
Kapasitas debit piston dari kompresor adalah luas penampang
silinder dikalikan dengan kecepatan aliran refrigerant dalam silinder piston
dan biasanya dinyatakan dalam L/s. kapasitas debit piston dapat dihitung
sebagai (Dossat, 1981: 123-292):

(0.7854D 2 )(L)( N )(n)


Vp = (6)
1000

Dimana:
Vp = kapasitas debit piston dalam L/s
D = diameter silinder dalam cm
L = panjang langkah piston dalam cm
N = putaran poros engkol per detik ( pps )

4
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

n = jumlah silinder

Volume dari silinder yang dipompa oleh piston pada setiap gerakan
turun naik (setiap putaran dari poros engkol) adalah perbedaan volume
silinder ketika piston berada titik mati bawah dan volume silinder ketika
piston berada titik mati atas.

3.2. Besar Massa Yang Mengalir


Besarnya massa yang mengalir yang dihasilkan oleh kompresor
sebanding dengan massa uap yang dihisap oleh kompresor melalui katup
hisap per unit waktu. Jika diasumsikan bahwa kompresor mempunyai
efisiensi 100% yaitu dimana silinder dari kompresor terisi penuh dengan
uap yang dihisap dari katup hisap pada setiap pergerakan piston ke titik
mati bawah dan uap yang dikompresikan per unit waktu akan persis sama
dengan kapasitas volume piston dari kompresor.

m = ( Vp ) ( p ) (7)

m = ( Vp ) / ( v ) (8)

Dimana:
m = massa refrigerant yang disirkulasikan kompresor / unit waktu
Vp = kapasitas volume piston dari kompresor
p = kerapatan uap yang dihisap melalui katup hisap
v = volume spesifik dari uap yang dihisap

3.3. Efek Pendinginan Per Kilogram


Enthalpy dari refrigerant meningkat selama proses dari B-C selama
refrigerant mengalir melalui evaporator dan menyerap panas dari ruang
yang akan didinginkan. Banyaknya panas yang diserap oleh refrigerant pada
evaporator (efek pendinginan) adalah selisih antara enthalpy dari refrigerant
pada titik B dan C.

qe = hc - hb (9)

Dimana:
qe = efek pendinginan dalam kJ/kg

5
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

hc = enthalpy pada titik C


hb = enthalpy pada titik B

Gambar 2. Diagram tekanan-enthalpy dari siklus jenuh sederhana yang


beroperasi pada temperatur penguapan. (Dossat, 1981: 121)

3.4. Perbandingan Kompresi


Perbandingan kompresi adalah perbandingan antara tekanan
pengisapan absolut dengan tekanan pelepasan absolut. Perbandingan
kompresi dapat dicari dengan persamaan berikut:

Pd
R= (10)
Ps

6
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

Dimana:
R = perbandingan kompresi
Pd = tekanan pada katup buang
Ps = tekanan pada katup hisap

3.5. Kapasitas Pendinginan


Kapasitas pendinginan pada setiap kompresor bergantung pada
kondisi operasi dari sistem dan seperti kapasitas sistem yang ditentukan dari
massa refrigerant yang disirkulasikan per unit waktu dan oleh efek
pendinginan per unit massa yang disirkulasikan. Kapasitas dari sistem
pendingin adalah ukuran yang menyatakan besarnya panas yang akan
dipindahkan dari ruang yang akan didinginkan. Biasanya dinyatakan dalam
kJ/s (kW). Kapasitas pendinginan sebenarnya adalah ukuran perpindahan
energi dalam hal ini adalah energi panas dan dapat pula dinyatakan dalam
satuan daya.

Qe = m . qe (11)

Dimana:
Qe = kapasitas pendinginan dalam kJ/s atau kW
m = massa yang mengalir dalam kg/s
qe = efek pendinginan dalam kJ/kg

3.6. Daya Mekanik Kompresor


Daya mekanik yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor
dapat dicari dengan mengalikan kapasitas pendinginan dari kompresor
dalam kW dengan daya teoritis yang dibutuhkan per unit kapasitas untuk
beroperasi sesuai dengan kondisi yang berlaku.

PT = kapasitas pendinginan dari kompresor dalam kW x daya


teoritis yang dibutuhkan per unit kapasitas. (12)

Daya mekanik yang dapat dihitung menggunakan rumus diatas


hanya untuk kompresor dengan efisiensi 100 % yang beroperasi pada siklus
kompresi ideal dan tidak mewakili daya total yang harus diberikan untuk
menggerakkan poros kompresor. Pada prakteknya ada beberapa rugi-rugi
daya yang terjadi karena gesekan mekanik pada kompresor dan karena
deviasi dari siklus kompresi dari siklus kompresi ideal. Lazimnya, daya
harus ditambahkan pada kompresor untuk mengganti rugi daya ini.

7
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Daya listrik yang harus diberikan untuk menggerakkan poros


kompresor dapat dihitung dari daya mekanik dan efisiensi total kompresor.
Efisiensi total kompresor adalah perbandingan daya mekanik dan daya
listrik dalam persen. Ditulis sebagai persamaan sebagai berikut:

PT
E0 = x 100 (13)
PS
Dimana:
E0 = efisiensi total kompresor dalam %
PT = daya mekanik
PS = daya listrik

4. Perhitungan Daya Listrik Motor Induksi Untuk Menggerakkan


Motor Induksi
Studi perhitungan daya listrik motor induksi untuk merancang
sebuah pabrik es ini menggunakan data awal sebagai berikut:
a. Kapasitas yang akan dibuat sebesar 40 ton/hari
b. Suhu uap refrigerant yang masuk ke kompresor melalui katup hisap
diketahui sebesar -5 0C pada pukul 15.00
c. Suhu cairan refrigerant yang meninggalkan kompresor diketahui sebesar
40 0C pada pukul 15.00
d. Penggerak kompresor adalah motor induksi tiga fasa rotor sangkar
tegangan Y/Δ 380/220, frekuensi 50 Hz, 8 kutub, putaran 630 rpm

Gambar 3. Instalasi pabrik es.

8
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

4.1. Menentukan Kapasitas Debit Piston


Menentukan kapasitas debit piston jika diketahui bahwa kompresor
mempunyai dua silinder, berputar pada kecepatan 630 rpm (10,5 r/s),
diameter dari silinder adalah 25 cm dan panjang langkah piston adalah 25
cm.

Dimana:
D = 25 cm
L = 25 cm
N = 10,5 r/s
n =2

(0.7854D 2 )(L)( N )(n)


Vp =
1000

(0.7854)(25) 2 (25)(10,5)(2)
=
1000

L
= 257,709
s

4. 2. Menentukan Besar Aliran Massa


Menentukan besar aliran massa jika diketahui bahwa kerapatan dari uap
refrigerant adalah 0,01539 kg/L, maka:

L
Vp = 257,709
s

kg
p = 0,01539
L

m = ( Vp ) ( p )

= ( 257,709 ) ( 0,01539 )

kg
= 3,966
s

9
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Tabel 1. (Dossat, 198: 383-384)


Volume (m3/kg.103) Kerapatan (kg/m3 10-3) Enthalpy (kj/kg) Enthropy (kj/kg K)
Temp. Temp.
Tekanan Cair Uap Cair Uap Cair Uap Uap Cair Uap
(OC) (OC)
(Vf) (Vg) (1/Vf) (1/Vg) (hf) (hfg) (hg) (sf) (sg)
-15 1.8260 0.69261 91.1082 1.44382 0.01099 186.279 158.641 344.920 0.948 1.56317 -15
-14 1.8950 0.69407 87.8951 1.44078 0.01138 187.185 158.180 345.365 0.952 1.56250 -14
-13 1.9660 0.69554 84.9027 1.43773 0.01178 188.093 157.716 345.809 0.955 1.56185 -13
-12 2.0390 0.69703 82.0144 1.43466 0.01219 189.001 157.250 346.252 0.959 1.56121 -12
-11 2.1140 0.69853 79.2847 1.43158 0.01261 189.511 156.783 346.693 0.962 1.56059 -11

-10 2.1912 0.70004 76.6464 1.42349 0.01395 190.822 156.312 347.134 0.96610 1.55997 -10
-9 2.2704 0.70157 74.1155 1.42536 0.01349 191.734 155.840 347.574 0.96945 1.55938 -9
-8 2.3519 0.70310 71.6864 1.42227 0.01395 192.647 155.365 348.012 0.97287 1.55879 -8
-7 2.4355 0.70465 69.3543 1.41914 0.01442 193562 154.886 348.450 0.97629 1.55822 -7
-6 2.5214 0.70622 67.1146 1.41599 0.01490 194.477 154.408 348.886 0.97971 1.55765 -6

-5 2.6096 0.70780 64.9629 1.41284 0.01539 195.295 153.926 349.321 0.98311 1.55710 -5
-4 2.7001 0.70939 62.8952 1.40967 0.01590 196.213 153.442 349.755 0.98650 1.55657 -4
-3 2.7970 0.71099 60.9075 1.40648 0.01647 197.233 152.955 350.187 0.98989 1.55604 -3
-2 2.8882 0.71261 58.9963 1.40328 0.01695 198.154 152.465 350.619 0.99327 1.55552 -2
-1 2.9859 0.71425 57.1574 1.40007 0.01750 199076 151.972 351.049 0.99664 1.55502 -1

0 3.0861 0.71590 55.3892 1.39685 0.01805 200.000 151.477 351.477 1.00000 1.55452 0
1 3.1888 0.71756 53.6869 1.39361 0.01863 200.525 150.979 351.905 1.00335 1.55404 1
2 3.2940 0.71924 52.0481 1.39075 0.01921 201.852 150.479 352.331 1.00670 1.55356 2
3 3.4019 0.72094 50.4700 1.38708 0.01961 202.780 149.975 352.755 1.01004 1.55310 3
4 3.5124 0.72265 48.9499 1.38379 0.02043 203.710 149.468 353.179 1.01337 1.55264 4

5 3.6255 0.72428 47.4853 1.38049 0.02106 204.642 148.959 353.600 1.01670 1.55220 5
6 3.7414 0.72612 46.0737 1.37718 0.02170 205.575 148.446 354.020 1.02001 1.55176 6
7 3.8601 0.72788 44.7129 1.37384 0.02236 206.509 147.930 354.439 1.02333 1.55133 7
8 3.9815 0.72966 43.4006 1.37050 0.02304 207.445 147.411 354.856 1.02663 1.55091 8
9 4.1058 0.73146 42.1349 1.36713 0.02373 208.383 146.889 355.272 1.02993 1.55050 9

4. 3. Menentukan Efek Pendinginan Per Kilogram


Menentukan efek pendinginan per kilogram jika diketahui
temperatur dari cairan refrigerant pada kontrol refrigerant adalah 40 0C dan
temperatur dari uap jenuh yang meninggalkan evaporator adalah -5 0C:

Enthalpy dari uap jenuh refrigerant pada suhu -5 0 C = 349.321 kJ/kg

Enthalpy dari cairan refrigerant pada suhu 40 0 C = 238.535 kJ/kg -

Efek pendinginan per kilogram = 110,786 kJ/kg

10
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

4. 4. Menentukan Perbandingan Kompresi dan Efisiensi Volumetrik


Menentukan perbandingan kompresi jika diketahui temperatur dari
cairan refrigerant pada kontrol refrigerant adalah 40 0C dan temperatur dari
uap jenuh yang meninggalkan evaporator adalah -5 0C.

Pd refrigerant pada suhu jenuh 40 0C = 9,61 bar

Ps refrigerant pada suhu jenuh – 5 0C = 2,61 bar

Pd
Perbandingan kompresi =
Ps

9,61
= = 3,68
2,61

Dari gambar 4. didapat efisiensi volumetrik ( Ev ) sebesar = 76 %

90
80
Efisiensi Volumetrik

70
60
50
40
30
20 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perbandingan Kompresi

Gambar 4. Kurva perbandingan antara efisiensi volumetric dan


perbandingan kompresi. (Dossat, 198: 383-384)

11
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

4. 5. Menentukan Kapasitas Pendinginan


Menentukan kapasitas pendinginan jika diketahui sebuah sistem
pendingin beroperasi dengan temperatur penguapan sebesar –5 0C. Jika uap
yang dihisap oleh kompresor melalui katup hisap sudah jenuh dan
temperatur cairan refrigerant pada kontrol refrigerant sebesar 40 0C.
Diketahui efisiensi volumetrik kompresor ( Ev ) sebesar 76 %.

m = 3,966 kg/s

qe = 110,786 kJ/kg

Ev = 0,76

Qe = ( m ) (qe ) ( Ev )

= ( 3,966 ) (110,786 ) (0,76 )

= 333,926 kW

4. 6. Menentukan Daya Mekanik Kompresor


Untuk menentukan daya mekanik kompresor jika diketahui kapasitas
pendinginan sebesar 333,926 kW dan dari tabel 2. diketahui daya yang
dibutuhkan untuk mendinginkan per kW kapasitas pendinginan dengan
temperatur pendinginan sebesar -5 0 C adalah 0,20841 kW/kW kapasitas
pendinginan, maka:

Qe = 333,926 kW

Daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan per kW kapasitas pendinginan


dengan temperatur pendinginan sebesar -5 0 C = 0,20841 kW/kW kapasitas
pendinginan

PT = Qe x Daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan per kW


kapasitas pendinginan

= 333.926 x 0,20841

= 69,593 kW

12
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

Tabel 2. (Dossat, 1981: 133)


Temperatur kondensasi 400 C Tekanan kondensasi 9.61 bar
Tekanan Temperatur Efek Standar Spesifik Standar Panas Dari Daya Koefisien
Isap Isap Pendinginan Aliran volume dari Aliran Kompresor Input Performa
Absolut (celcius) (kJ/kg) Massa Penghisapan Volume (kJ/kg) (watt)
(bar) (g/s kW) uap (I/kg) (L/s kW)

4.23 100 116.85 8.56 40.91 0.350 14.79 126.60 7.90

3.63 50 115.07 8.69 47.49 0.412 17.23 149.73 6.68

3.09 00 112.94 8.85 55.39 0.490 20.10 177.89 5.62

2.61 - 50 110.79 9.03 64.96 0.586 23.08 208.41 4.80

2.19 - 100 108.60 9.21 76.65 0.705 26.19 241.21 4.15

1.83 - 150 106.39 9.40 91.02 0.855 29.43 276.64 3.62

1.51 - 200 104.15 9.60 108.85 1.044 32.81 314.98 3.17

1.24 - 250 101.89 9.82 131.17 1.286 36.36 357.06 2.80

1.00 - 300 99.61 10.04 159.38 1.600 40.07 402.30 2.49

0.81 - 350 97.31 10.28 195.40 2.008 43.97 452.01 2.21

0.64 - 400 95.01 10.53 241.91 2.547 48.07 506.18 1.89

4.7. Menentukan Efisiensi Motor Induksi


Menentukan efisiensi motor induksi jika diketahui motor induksi :

f = 50 Hz
p=8
n = 630 rpm

120 f
ns =
p

120x50
=
8

= 750 rpm

13
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

ns  n
s =
ns

750  630
=
750
= 0.16

Pmek
η =
Pmp

'2 1 s
'
m.I 2 .r2 ( )
= s
'2 ' 1
m.I 2 .r2 ( )
s

(1  s )
= s
1
s

= ( 1- s )

= ( 1 – 0,16 )

= 0,84 ≈ 84%

4.8. Menentukan Daya Listrik Untuk Menggerakkan Poros Kompresor


Menentukan daya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan
poros kompresor jika diketahui efisiensi motor induksi sebesar 84 % dan
daya mekanik dari kompresor adalah sebesar 69,593 kW.

PT = 69,593 kW
η = 0,84

PT
Ps =

14
Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

= 69,593
0,84

= 82,848 kW

= 111,057 PK

Hal yang sama dilakukan pada 2 waktu lain yang berbeda, dimana
hasil perhitungan tersebut seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Perbandingan penggunaan daya listrik menurut waktu produksi.

Penggunaan Daya Listrik Pukul Pukul Pukul


11.00 15.00 21.00
Suhu uap refrigerant yang masuk ke 5 0C -5 0C -25 0C
kompresor (0C)
Suhu cairan refrigerant yang 45 0C 40 0C 24 0C
meninggalkan kompresor (0C)
Kapasitas debit piston (L/s) 257,709 257,709 257,709
Besar aliran massa (kg/s) 5,427 3,966 1,963
Efek pendinginan per kilogram (kJ/kg) 109,341 110,786 117,740
Perbandingan kompresi 2,98 3,68 5,11
Kapasitas pendinginan (kW) 474,714 333,926 157,164
Daya mekanik kompresor (kW) 71,079 69,593 56,116
Efisiensi motor induksi (%) 84 84 84
Daya listrik yang dibutuhkan motor 113,428 111,057 89,552
induksi (PK)

5. Kesimpulan
1. Dengan melakukan pengamatan indikator temperatur pada saluran hisap
dan saluran buang kompresor didapatkan hasil yang cukup mencolok
antara pukul 11.00 dengan pukul 21.00 yaitu: untuk pukul 11.00 suhu

15
JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

refrigerant pada saluran hisap sebesar 5 0C dan pada saluran buang


sebesar 45 0C sedangkan untuk pukul 21.00 suhu refrigerant pada
saluran hisap sebesar -25 0C dan pada saluran buang sebesar 24 0C
2. Dengan mengetahui adanya perbedaan suhu antara pukul 11.00 dan
pukul 21.00 dapat disimpulkan bahwa kapasitas pendinginan yang
dihasilkan tentu berbeda yaitu: pada pukul 11.00 adalah sebesar
474,714 kW sedangkan pada pukul 21.00 sebesar 157,164 kW
3. Selisih kapasitas pendinginan antara pukul 11.00 dan pukul 21.00
adalah selisih daya mekanik yang dihemat karena semakin kecil
kapasitas pendinginan semakin kecil daya mekanik, semakin kecil pula
daya listrik yang dibutuhkan yaitu: pada pukul 11.00 sebesar 113,428
PK sedangkan pada pukul 21.00 sebesar 89,552 PK
4. Disarankan untuk memproduksi es balok pada waktu malam hari karena
penggunaan daya listriknya paling rendah

Daftar Pustaka
1. Djoekardi, Djuhana. 1997. Mesin-mesin Listrik Motor Induksi. Jakarta:
Universitas Trisakti.
2. Dossat, Roy J. 1981. Principles of Refrigeration. Second Edition.
Toronto: John Wiley and Sons Inc.
3. Halliday and Resnick. 1978. Fisika. Jakarta: Erlangga.
4. Kadir, Abdul. 1983. Mesin Tak Serempak. Jakarta: Djambatan.
5. Miller, Rex. 1983. Refrigeration and Air Conditioning Technology.
Illinois: Bennet Publishing Company.
6. Simanjuntak, Anggara. 2000. Teori Termodinamika Teknik. Jakarta:
Universitas Trisakti.

16

Anda mungkin juga menyukai