Anda di halaman 1dari 3

Meluruskan Kitab Sejarah Misbahul Ulum

Karya Z. Rusli dan Tgk. Bakar

Oleh: M. Yusuf Syeh.

Saya Yusuf Syeh, murid dari Tgk Haji M. Thayeb, dimulai dari murid di balai
dekat pokok meuntui yang sering kami makan rujak dengan Tgk Prof. M. Hasballah
sampai menjadi supir dari paloh sampai ke tambak Samalanga. Saya banyak mendapat
petuah – petuah dari guru masyarakat Paloh termasuk prakarsa melahirkan Misbahul
Ulum Paloh.
Saya senang membaca kitab sejarah bapak Z. Rusli dan Tgk. A. Bakar Karim
tentang sejarah lahirnya Yayasan Misbahul Ulum, bukan Pesantren Misbahul Ulum.
Karena Pesantren Misbahul Ulum belum ada waktu Z. Rusli dan Tgk. Bakar masuk
dalam akta yayasan pertama. Kemudian yayasan yang didirikan pertama kali batal karena
tidak didaftar di Administrasi Hukum Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Pada waktu Prof. HM. Hasballah Thaib menjadi Pembina barulah yayasan Misbahul
Ulum dinyatakan sah oleh UU Yayasan karena telah didaftarkan di AHU
MENKUMHAM RI.
Untuk lebih jelas perbedaan antara yayasan yang didirikan pertama kali yang
dalamnya ada nama Z. Rusli dapat dilihat di akte yang sesuai dengan UU Yayasan.
Saya berkali – kali mengulang – ulang setiap kata yang ditulis oleh Z. Rusli,
akhirnya baru saya sadar kalau sdra Z. Rusli tidak terlibat dalam pembangunan Pesantren,
hanya tertulis namanya dalam Yayasan saja.
Sebenarnya sdra Z. Rusli pada awalnya ada sedikit membantu pembangunan
Misbahul Ulum dengan cara meminjamkan uang kepada panitia pembangunan sebanyak
kira – kira satu juta rupiah untuk pembebasan tanah, akan tetapi uang tersebut diambil
kembali dari hasil penjualan drum yang disumbangkan PT. ARUN, dan sekaligus
menyatakan berhenti dari Yayasan Misbahul Ulum karena terjadi perselisihan dengan
sdra Ansari Daud.
Pada saat peletakan batu pertama Pesantren segala daya upaya dilakukan untuk
menggagalkan acara tersebut bersama Camat Isa Anshari dan bupati Aceh Utara waktu
itu, akhirnya panitia pembangunan Misbahul Ulum menghubungi Drs. H. Hasan Ibrahim,

1
pembantu Gubernur Aceh waktu itu, untuk menghubungi Alm. Mayor Jendral T. Djohar
(Wakil Gubernur Aceh) untuk meletakkan batu pertama pembangunan Misbahul Ulum.
Sdra Z. Rusli sebenarnya tidak pernah berhubungan dengan Prof. DR. HM.
Hasballah Thaib untuk membicarakan pembangunan Misbahul Ulum.
Menurut kami pada awal pembangunan Misbahul Ulum banyak tokoh Paloh
berkeinginan menjadikan proyek Misbahul Ulum untuk mendapatkan dana dari PT.
ARUN, tapi sayangnya dana tersebut hampir tidak ada karena Alm Ridwan Mahmud
selalu mempersulit usaha pembangunan pendidikan di Paloh.
Memang sdra Z. Rusli selalu bekerja sama yang baik dengan Isa Ansari, Camat
Muara II waktu itu, untuk memprovokasi Pemda Aceh Utara agar tidak membantu
pembangunan Misbahul Ulum kecuali lewat mereka.
Hal yang sangat menyedihkan, pada awalnya panitia pembangunan mengharapkan
Bupati Aceh Utara yang akan meletakkan batu pertama. Untuk acara tersebut PT. ARUN
telah mempersiapkan bantuan dalam bentuk mencetak kartu undangan, sound system dan
tenda. Akan tetapi sayang acara tersebut disuruh gagalkan oleh kelompok tertentu agar
PT. ARUN tidak memberikan bantuan tersebut.
Mengenai Tgk A. Bakar karim SH, kami kenal pada mulanya beliau adalah guru
pengajian kitab kuning di mesjid Paloh, kemudian hampir seluruh pendiri Yayasan
Misbahul Ulum sepakat meminta Tgk A. Bakar Karim menjadi ketua Yayasan. Setelah
beliau diangkat menjadi ketua dan mendapat sumbangan sebanyak dua setengah juta dari
PT. ASEAN, uang tersebut dipinjam oleh Tgk A. Bakar Karim untuk keperluan pribadi
dan sampai saat ini belum dikembalikan semenjak tahun 1992.
Sangat disedihkan Tgk A. Bakar Karim meninggalkan Misbahul Ulum pergi ke
Ulumuddin dengan alasan Misbahul Ulum belum mampu membayar honornya. Ikut
bersama Tgk Bakar ke Ulumuddin Tgk Ramli Amin disamping Tgk M. Amin Sulaiman
yang disiapkan menjadi pembantu bendahara di Misbahul Ulum.
Saya masih ingat pesan guru saya Tgk H. Thaib Mahmud supaya jangan
meninggalkan Misbahul Ulum dalam keadaan suka dan duka. Bersama saya Drs. Zainal
MK, juga tidak pernah absen dalam membina Pesantren Misbahul Ulum.
Memang kalau diingat banyak orang yang melumurkan darah setelah selesai
perjuangan agar orang berfikir dia ikut berjihad, tapi Allah sangat tau apa yang dilakukan
dalam masa perjuangan. Mereka yang memiliki mata hati sangat mengetahui mana yang
benar.

2
Kendatipun Tgk A. Bakar pernah meninggalkan Misbahul Ulum dengan alasan
material, namun ketua Pembina tetap menghargai Tgk A. Bakar dengan memasukkan
dalam anggota Pembina yayasan Misbahul Ulum Paloh.
Badan Pembina adalah organ yang paling tinggi dalam Yayasan, Mereka tidak
dapat gaji dari Yayasan, bahkan mereka berkewajiban menghidupkan pesantren bukan
hidup dari pesantren. Badan Pembina adalah orang – orang yang memberi makan untuk
Misbahul Ulum, bukan makan dari hasil Misbahul Ulum.

Paloh, 22 Desember 2010


Penulis

M. Yusuf Syeh

Anda mungkin juga menyukai