Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ISI

PEMBAHASAN LAS OKSI – ASETILEN


Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur
dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu
mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen,
propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal
dengan nama las karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan
untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan
dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil
umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen
ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari
reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi
adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :

CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2


kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari
asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau,
lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu
(di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi
antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan
disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator
asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat
dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak
boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan
Page 1
bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung
jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas
asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala
api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar
pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala
apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit
yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih
besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah
selalu tegak lurus).
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-
asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :
a) Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut
dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang
menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang
panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel,
berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

b) Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri
atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.
Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai
3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.

c) Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)


Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka
nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan

Page 2
menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat
oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak
dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan
pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal
beberapa cara yaitu :
a) Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan
dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara
60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja.
Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas
maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan
dan gerakannya adalah lurus.

b) Pengelasan mendatar (horisontal)


Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya
sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira
10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis
mendatar.

c) Pengelasan tegak (vertikal)


Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-
60° dan sudut brander sebesar 80°.

d) Pengelasan di atas kepala (over head)


Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya
dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada

Page 3
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi
berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

e) Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)


Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

f) Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)


Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :


 peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
 Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi
sehingga mudah untuk dipelajari.
 Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena
peralatannya kecil dan sederhana.
 Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat
digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.

2.1. Tujuan Paktikum


Tujuan umum
 Dapat memahami, menentukan dan melakukan pengesetan alat dan bahan yang
digunakan dalam pengelasan tingkat dasar dengan las oksi-asetilen.
 Dapat melakukan langlah – langkah pengelasan sambungan tumpang, sambungan sudut
dan sambungan dan sambugan tumpul T.
 Dapat menentukan peralatan dan barangbarang kelengkapan proses pengelasan oksi-
asetilen sesuai spesifikasi prosedur pengelasan.

Page 4
 Dapat memahami komponen las oksi-asitelen dan mampu mendiskripsikan fungsi masing-
masing komponen.
 Dapat memahami tindakan pengamanan secara spesifik ketika menggunakan peralatan las
oksi-asetelin

Tujuan khusus
Melatih ketrampilan praktikan di bidang las oksi – asetilen tingkat dasar dan
memberikan pengetahuan dasarnya sehingga dapat memahami prosedur pelaksanannya
dengan benar.

2.2. Landasan Teori Peralatan

Page 5
Prinsip dasar las oksi-asetilen adalah ketika gas asetilen dibakar dalam proporsi yang
sesuai dengan oksigen akan timbul nyala api yang cukup panas untuk melumerkan logam,
proporsi campurannya adalah 1 bagian asetilen dan 2,5 bagian oksigen.
Berikut adalah peralatan yang digunakan:
1. Silinder oksigen, biasanya berwarna hijau atau biru terbuat dari satu plat kualitas tinggi
yang kuat dan ulet, mampu menampung 224 feet3 tekanan 2.200 psi dalam suhu 700 F.
2. Tutup penahan katup untuk melindungi dari kerusakan saat silinder dipindahkan atau
kejadian diluar kendali.
3. Katup silinder oksigen terletak diujung atas silinder berguna untuk membuka atau
menutup keluarnya oksigen sesuai keperluan, dalam katup ini terdapat lubang pengaman
dimana jika temperatur naik maka tekanan akan naik, tekanan akan dikurangi lewat
pengaman ini
4. Silinder asetilen, tekanan dalam tabung ini tidak setinggi tabung oksigen, asetilen
terbuat dari campuran air dan kalsium karbida, mampu bakarnya sangat tinggi jika
dicampur dengan oksigen menimbulkan panas sekitar 58000 - 63000 F.
5. Katup silinder asetilen terletak diujung atas berguna membuka atau menutup keluarnya
asetilen juga terdapat pengaman yang akan mencegah terjadinya ledakan karena tekanan
panas dari dalam silinder.
6. Regulator oksigen, dimana tabung oksigen penuh tekanannya adalah 2200 psi, untuk
mengelas tidak memungkinkan dengan tekanan sebesar itu maka perlu regulator.
Regulator dibuat dua buah, satu melihat tekanan silinder satu lagi tekanan yang
digunakan pada brander/torch. Regulator oksigen mampu menahan tekanan sebesar
3000 psi.
7. Regulator asetelen, sama seperti regulator oksigen tetapi ada dua perbedaan yaitu:
regulator ini menggunakan jenis ulir kiri dan ini penting diperhatikan untuk menghindari
kerusakan, kemudian kemampuan regulator ini lebih kecil dari regulator oksigen yaitu
dibuat sampai 500 psi, tekanan kerja dibuat maksimum 15 psi.
8. Torch yaitu tempat bercampurnya oksigen dan asetilen dalam proporsi yang sesuai
untuk pengelasan. Ada dua katup untuk mengatur pencampuran gas. Ada dua jenis ulir
yaitu ulir kiri untuk asetilen dan kanan untuk oksigen

Page 6
9. Weld tip, beda ukuran tips disesuaikan dengan torch, terdapat pencampur dan lubang
untuk memberikan ukuran nyala api yang berbeda-beda.
10. Hoses / selang, dibuat spesial mampu manahan tekanan tinggi, dibuat dalam ukuran
3/16”, ¼”,3/8” and ½”. Selang oksigen berwarna hijau/biru dan memiliki ulir kanan
sedangkan selang asetelin berwarna merah dengan ulir kiri.

Rangkuman
1. Oksigen tidak terbakar tetapi membantu pembakaran lebih kuat.
2. Oksigen tidak berwarna dan berbau bila bercampur dengan oli atau gemuk menjadi
sumber ledakan.
3. Tabung oksigen menahan tekanan tinggi, perlu penanganan ekstra hati-hati.
4. Asetilen memiliki bau tajam menyengat dan mudah terbakar.
5. Asetilen sangat tidak stabil pada tekanan diatas 15 psi.
6. Katup oksigen dibuat raangkap guna membuka dan menutup secara penuh.
7. Katup asetilen jangan dibuka lebih dari 1,5 putaran
8. Regulator oksigen dibuat untuk tekanan tinggi sedang regulator asetelen untuk tekanan
rendah.
9. Peralatan oksigen diidentifikasi berwarna hijau dan memiliki ulir kanan sedang asetelen
berwarna merah dengan ulir kiri ada tanda potongan kampuh pada baut.

Jenis – jenis sambungan las.

Page 7
Alat bantu yang digunakan
a) Palu las
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak
las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan
pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena
kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan
lainnya.

b) Sikat kawat
Dipergunakan untuk :
 Membersihkan benda kerja yang akan dilas
 Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las
oleh pukulan palu las.

c) Klem massa
Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan
dengan penghantar listrik yang baik seperti
Tembaga agar arus listrik dapat mengalir
dengan baik, klem massa ini dilengkapi
dengan pegas yang kuat. Yang dapat
menjepit benda kerja dengan baik. Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan
dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti
karat, cat, minyak.

d) Tang penjepit
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau
memindahkan benda kerja yang masih panas.

Page 8
2.3. Alat dan Bahan
a) Alat Pengukur dan alat pelukis :
 Mistar baja dan mistar sorong  Penitik
 Jangka  Penggores

b) Alat pemotong :

 Gergaji  Gerinda tangan

c) Alat pemukul / penempa


 Palu
e) Peralatan las
Satu set peralatan las oksi – asetilen.

Bahan
Bahan yang digunakan adalah pelat baja yang kemudian dipotong menjadi lima keping pelat
berukuran 100 X 30 X 3 mm.

2.4. Langkah Kerja


Langkah – langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut.
a) Menyiapkan segala keperluan praktik yang diperlukan, peralatan dan bahan.
b) Melukis bidang datar salah satu pelat baja dengan jarak 8 mm dari tepi pelat untuk di
las memanjang sebagai bahan latihan.
c) Melukis pelat untuk menentukan letak pelekatan benda kerja pada dua buah pelat.
d) Mulai proses pengelasan pada bagian satu menggunakan jenis sambungan tumpang
dengan las sudut tunggal.
e) Membuat las catat pada ujung benda kerja dengan ujung benda kerja lainnya agar
benda tidak tergeser.
f) Mulai mengelas pada bagian dua menggunakan jenis sambungan sudut.
g) Pada bagian tengah bidang pelat, dilukis dengan menggores tepat dibagian tengah
untuk menentukan letak penyambungan pelat berikutnya.
h) Mengelas pada sambungan bagian tiga dengan menggunakan jenis sambungan
tumpul T.
Page 9
2.5. Temuan Praktik dan Pembahasan
Dalam temuan praktik ini akan dibahas mengenai setiap permasalahan yang dihadapi
saat melakukan penyambungan pada praktik kerja pelat.
Dalam praktik kerja las oksi – asetilen, saya tidak mendapatkan pemelajaran
apapun pada jadwal pertemuan praktik yang kedua pada tanggal 19 mei 2010. Hal ini
dikarenakan gas yang dipakai untuk praktik kebetulan telah habis dan belum diisi ulang.
Sehingga saya belum melanjutkan proses pengerjaan las oksi – asetilen. Meski begitu,
sebelumnya saya memang sudah sempat mengelas dengan sambungan tumpang pada
benda bagian satu.
Dalam praktik las oksi – asetilen ini saya mendapati banyak masalah. Saya tidak
terbiasa untuk melakukan pengelasan ini dan latihan yang didapat juga dirasakan kurang
mencukupi untuk dapat terampil dalam pengelasan ini. Saat mengelas bidang benda
bagian pertama dengan sambungan las jenis tumpang, saya tidak mengalami masalah
meskipun hasil lasan yang saya dapati masih terkesan jauh dari sempurna. Masalah
mulai muncul saat saya mulai menyambung plat pada bidang bagian dua dengan jenis
sambungan sudut hasil las yang saya peroleh masih sangat buruk. Bahan tambah yang
digunakan tidak menempel seluruhnya pada benda kerja dan masih terdapat bamyak
rongga bekas pengelasan yang tidak sempurna (tidak tertutup bahan tambah) sehingga
sambungan tidak cukup tahan terhadap benturan yang keras. Saya tidak merasa puas
dengan hasil yang saya dapatkan, sehingga saya melepas kembali sambungan tersebut
dan mencoba untuk mengelas ulang dua benda tersebut. Tetapi saat benda dilepas
kembali, benda kerja yang trbuat dari pelat tersebut sudah tidak tampak rata karena
sebelumnya sebagian bidang benda telah melebur dan penuh dengan kerusakan bekas las
yang tidak sempurna. Pada percobaan kedua saya berhasil menyambung benda meski
dengan hasil yang mungkin tidak terlalu baik.
Setelah itu saya menyambung bidang benda bagian ketiga dengan sambungan
tumpul T. mengelas pada bagian ini adalah pekerjaan yang menurut saya paling sulit,
saya sampai harus mengela ulang hingga tiga kali hingga akhirnya bisa terselesaikan
pada percobaan keempat. Dan hasilnya benda kerja tidak terlihat rapih karena banyak
terdapat bekas kerusakan pada sambungan las yang sebelumnya. Kesalahan yang

Page 10
biasanya saya lakukan adalah biasanya saya hanya meleburkan salah satu benda kerja
sebelum meleburkan bahan tambah untuk menyambung, sehingga bahan tambah tersebut
tidak menempel pada benda yang lainnya. Hal ini terjadi berulang kali sehingga saya
juga harus mengelas ulang hingga empat kali percobaan. Dan hasilnya pun memang
masih belum maksimal.
Setelah saya selesai melakukan pengelasan pada seluruh bagian, saya melihat cara
mengelas teman – teman dan melihat juga hasilnya yang terlihat seakan sempurna dan
sangat rapih, saya seperti baru menyadari kalau saya sepertinya bisa untuk mengelas
lebih baik lagi benda yang saya kerjakan. Sepertinya saya baru saja mengetahui
bagaimana trik mengelas yang baik itu agar mencapai hasil yang maksimal. Tetapi
waktu yang tidak memungkinkan untuk saya dapat berlatih lebih lanjut membuat saya
terpaksa harus menyimpan angan – angan saya untuk dapat terampil mengelas oksi –
asetilen dan semoga saya berkesempatan untuk berlatih lagi.

Page 11

Anda mungkin juga menyukai