Anda di halaman 1dari 2

STUDI PENGGUNAAN ANALGETIK DALAM MANAJEMEN NYERI

PASIEN PASCA BEDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Ndaru Setyaningrum
05/186841/FA/07325

INTISARI

Pasien pasca bedah umumnya menderita nyeri dan ketidaknyamanan


secara fisik. Nyeri tersebut dapat menyulitkan pasien, mengurangi mobilisasi dan
memperlambat penyembuhan setelah pembedahan. Nyeri yang tidak teratasi dapat
berkontribusi terhadap tidur yang tidak cukup, kemungkinan rasa letih dan
disorientasi. Lebih lanjut dapat terjadi efek yang meluas pada motilitas usus dan
traktus urinarius yang memicu terjadinya ileus pasca operasi, mual, muntah dan
retensi urine. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pengoptimalan terapi
analgesik yang melibatkan monitoring terhadap nyeri secara teratur dan
penyesuaian peresepan secara kontinual sangat penting dilakukan. Dengan
mengamati respon nyeri pasien setelah mendapatkan terapi analgetik pasca bedah
diharapkan dapat diketahui sejauh mana efikasi terapi analgetik dalam manajemen
nyeri pasien.
Penilaian respon nyeri dilakukan dengan menggunakan dua skala nyeri,
yaitu Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Scale (FS). Pengambilan data
dilakukan secara prospektif observasional dengan mengamati ekspresi wajah
pasien. Pencatatan respon nyeri dilakukan sesaat setelah pasien sadar (0 menit);
dan diikuti pada rentang waktu 10; 20; 30; 60; dan 180 menit pasca operasi. Hasil
yang diperoleh diolah secara deskriptif.
Subjek penelitian sebanyak 33 pasien bedah yang terdiri dari 3 (9,09%)
pasien remaja dan 30 (90,90%) pasien dewasa. Pola penggunaan analgetik dalam
manajemen nyeri pasca bedah adalah ketoprofen (43%), kombinasi tramadol
dengan ketorolac (27%), tramadol (15%), dan ketorolac (15%). Jenis operasi
terbanyak yang dilakukan adalah orthopedi sebesar 46% (15 pasien). Kemudian
diikuti seksio caesaria pada 9 pasien (27%), appendiktomi (18%), laparotomi
(6%), dan cholesistektomi (3%). Respon terapi analgetik pasca bedah rata-rata
selama pengamatan diperoleh data 49,49% pasien tidak nyeri; 28,28% pasien
nyeri ringan; 20,70% pasien nyeri sedang; dan 1,51% nyeri berat. Berdasarkan
kajian interaksi obat secara teoritis, terdapat 7 item potensi kejadian interaksi obat
analgetik, yaitu tramadol-ondansetron (57,57%); ketorolac-midazolam (33,33%);
ketoprofen-midazolam (21,21%); ketorolac-gentamisin (6,06%); ketorolac-
ranitidin (6,06%); ketoprofen-gentamisin (3,03%); dan ketoprofen-lasix (3,03%).
Kata kunci : analgetik, bedah, nyeri, interaksi obat

Anda mungkin juga menyukai