Anda di halaman 1dari 4

BAB XIX

PUBLIK DOMAIN

(Kepunyaan publik)

A. Aturan Hukum Publik Domain

Seperti diketahui bahwa pemerintah dalam Negara modern ini tampil dengan
legitimasi untuk melaksanakan tugas-tugas pembangunan masyarakat. Dalam melaksanakan
tugas-tugasnya itu pemerintah memerlukan fasiltas yang dapat dimiliki oleh Negara (ada juga
yang menyewa dari subjek hukum lain). Missal, gedung-gedung pemrintah, jalan-jalan, rel
kerata api, lapangan dan lain sebagainya.

Benda-benda itu dimiliki Negara/pemerintah sebagai subyek hukum yang lain, artinya
pemerintah dapat memiliki hak-hak atas benda itu. Dan benda-benda yang dimiliki oleh
pemerintah itu disebut publik domain atau staats domain ( kepunyaan publik atau kepunyaan
Negara ). Publik domain sebenarnya ditempatkan dibawah aturan-aturan hukum biasa yang
berlaku pada setiap kepunyaan pada umumnya. Tetapi Karena pemiliknya adalah pemerintah
maka disamping diletakan dibawah aturan-aturan hukum biasa publik domein juga diletakan
dibawah aturan-aturan hukum khusus, sehingga timbul adanya lembaga hukum tertentu yang
berkedudukan sebabgai “kepunyaan publik”.

B. Perbedaan Paham

Menurut E.Utrecht telah timbul perselisihan paham dikalalangan sarjana hukum


mengenai staats doamain tersebut. Perselihan bermula sejak adanya pemabgian kepunyaan
Negara pada abab XIX oleh sarjana dari perancis yang bernama Proudhon, pembagianya
yaitu:

1. Kepunyaan privat (domain prive)

Kepunyaan privat meliputi benda-benda yang dipakai oleh aparat pemerintah


dalam melakukan tugas-tugasnya. Kemanfaatn benda-benda tersebut secara langsung
lebih digunakan oleh aparat pemerintah ( jarang dipakai oleh umum ) seperti rumah
dinas, gedung badan usaha Negara.
2. Kepunyaan publik (domaian public)
Kepunyaan publik meliputi benda-benda yang disediakan oleh pemerintah untuk
dipakai oleh masyarakat. Kemanfaatn benda-benda tersebut dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat umum, seperti jalan umum, jembatan, pelabuhan , lapangan
olah raga dan lain sebagainya.
Menurut proudhon bahwa privat domaine diatur dengan hukum biasa dalam
lapangan perdata yaitu hukum yang mengatur “ propertie “ dalam “code civil” perancis.
Dan di Indonesia kepunyaan privat dari kepemilikan Negara diatur dalam pasal 570
KUHperdata.
Sedangkan kepunyaan publik tidaklah tunduk kepada hukum perdata biasa, sebab
benda-benda kepunyaan publik itu tunduk kepada dan diatur oleh hukum tersendiri yang
bukan propertie dalam code civil melainkan hukum tersendiri yakni “hukum domaine
public”.
C. Hak Menguasai oleh Negara dan Publik Domain di Indonesia

Pendapat para ahli hukum atau ilmu hukum dan yurisprudensi menepatkan Negara
sebagai pemilik (eigenaar) atau domain public dengan alsan-alasan dalam ketenntuan pasal
519, 520,521 dan 523 KUHperdata. Dalam pasal-pasal tersebut jelas UU menyebutkan secara
ekplisit bahwa Negara dapat menjadi eigenaar terhadap benda-benda yang dapat dijadikan
obyek eigondom.

Menurut hukum positif Indonesia pemerintah/Negara tidak bias disebut pemilik


(eigenaar) atas benda-benda obyek agraria. Memang benar bahwa berdasarkan pasal 11
aturan peralihan UUD 1945, KUHP berlaku di Indonesia. Tetapi Karena pasal-pasal tersebut
diatas termamsuk buku 11 BW dan ia menyangkut bumu dan air, maka berdasarkan UU No.5
tahun 1960 peraturan-peraturan tersebut tidak berlaku lagi di Indonesia sejak tahun 1960.

Secara teoritis ilmiah memang penafsiran berdasar pasal-pasal tersebut dapat


dijadikan pendekatan untuk memahami kedudukan dan sifat hukum bagi publik domain,
tetapi secara yuridis formal UU No.5 tahun 1960 tentang UUPA, telah mengaskan bahwa
dengan berlakunya UUPA, maka buku 11 BW sepanjang mengenai bumi, air d an kekayaan
alam yang terkandung didalamnya. Kecuali ketentuan-ketentuan mengenai hipotik
dinyatakan dicabut.
Jadi jelasnya berdasarkan UUPA, negar Indonesia dalam bidang keagrariaan tidak
mengenal domein verkelaring ( tanah tak bertuan menjadi milik Negara) yang dikenal
hanyalah hak menguasai Negara.

Dalam pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa hak menguasai oleh Negara adalah
kewenanga untuk :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa.
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,
air dan ruang angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,air dan ruang angkasa.

D. Cara Mendapatkan/Jalan Negara Mengguanakan “Hak Menguasai” atas benda-benda Publik


Domaine
1. Penyerahan secara suka rela

yaitu penyerahan dari pemilik agar barang-barang miliknya dapat dikuasai oleh
Negara untuk kepentingan umum.

2. Pertukaran
yaitu kesepakatan antara pemilik dan pebguasa Negara bahwa pemilik
menyerahkan benda-benda miliknya kepada Negara. Sedangkan Negara menyerahkan
benda-benda lain sebagai pengganti (pasal 1546 BW )
3. Pembelian
yaitu pembelian oleh Negara terhadap eigenaar swasta baik denga cara
memborong maupun dengan cara pembelian biasa seperti yang diatur dalam pasal 1457-
1540 BW.
4. Daluwarsa
yaitu pemilikan karena benda-benda tersebut telah dikuasai oleh Negara selam
waktu yang cukup lama dan selama itu tidak ada yang menggugat atau mengklaim
sebagai pemiliknya ( ketentuan dalam buku IV BW ).
5. Pencabutan
yaitu pemaksaan oleh Negara terhadap eigenaar swasta untuk menyerahkan hak
miliknya kepada Negara bilamana yang bersangkutan tidak mau menyerahkan menurut
harga wajar, sedngkan Negara untuk kepentingan umum sangat memerlukan hak tersebut.
6. Karena klaim penguasaan atas tanah yang ditelantarkan.
7. Karena ketentuan pasal 21 (3) dan pasal 26 (6)
yaitu : orang asing (yang mempunyai kewarganegaraan dua macam ) dan orang
Indonesia yang tidak mempunyai kewarganegaraan lagi harus melepas hak miliknya
dalam satu tahun, jika tidak tanahnnya jatuh pada Negara.

Anda mungkin juga menyukai