Misal : suatu ketika kita melihat motor Yamaha Mio, dilain waktu
kita melihat lagi motor Suzuki Spin dan Suzuki Shogun, disaat yang
bersamaan, kita mendapati motor bermerk lain lagi, Honda Beat atau
Honda MegaPro, misalnya. Pernahkah kita memikirkan, mengapa
setiap kita melihat motor dengan merk-merk yang berbeda, pikiran
kita dapat membacanya, bahwa kesemuanya yang kita lihat itu adalah
“motor”? padahal, visualisasi dari setiap motor yang kita lihat itu jelas-
jelas berbeda. Semuanya mempunyai ciri tersendiri dan berbeda jenis
satu sama lain. Tapi, mengapa pikiran kita mampu menangkapnya
sebagai sesuatu yang bernama umum “motor” ? Pernahkah kita
menyadari, sesuatu apakah yang menuntun pikiran kita untuk meng-
klaim bahwa beda-benda itu adalah jenis “motor”?
Berngkat dari contoh sederhana di atas, sekiranya kita dapat
mulai mencoba menyempatkan waktu untuk memikirkan hal-hal yang
kita anggap kecil dan sepele dan amat sering terjadi dalam kehidupan
kita. Contoh diatas begitu sederhana, begitu kita anggap ‘ringan’, dan
seringkali tidak terpikirkan oleh manusia pada umumnya. Kesibukan
memikirkan hal-hal praktis untuk sebuah kepentingan tertentu telah
menyita segenap perhatian kita, sehingga terhadap hal-hal kecil yang
begitu mengagumkan yang ternyata tersimpan disetiap pribadi
manusia itu sendiri, kita melupakannya
Plato (428/7 - 348 SM), seorang filosof Yunani kuno, mempunyai
sebuah gagasan besar tetang definisi realitas didunia ini. Menurutnya,
segalanya yang ada di alam, -yang kita sebut realitas- adalah fana,
hanya ilusi, hanya sebuah tiruan dari sebuah dunia lain yang amat
sangat sempurna adanya, gudang dari segala konsep yang ada di alam
realitas didunia ini, Plato menamakan dunia lain itu, dunia idea.
Menurutnya, didalam dunia idea itu terdapat berbagai macam
‘master’ konsep untuk segalanya yang dapat dikenali olah manusia di
dunia realitas ini. Secara sederhana, berdasarkn pemikiran Plato, kita
mengenali sesuatu yang ada di dunia realitas ini karena sebelumnya,
terlebih dahulu, kita telah mengenalinya di dunia idea. Misalnya : Ada
seseorang yag membuat ‘pisau’. Katakanlah ‘pisau’ tersebut adalah
‘pisau yang pertama kali dibuat dimuka bumi’. Menurut Plato, orang ini
tidak membuat ‘pisau’ dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’. Tetapi, orang ini
hanya ‘meniru’ tentang ‘konsep pisau’ yang sudah ada terlebih dahulu
didunia idea. Konsep ‘pisau’ di dunia idea Plato sudah menyangkut
segalanya bentuk pisau, etah itu pisau yang tajam, atau pisau yang
tumpul. Pisau dari besi atau pisau dari baja, dan segalanya tentang
pisau. Menurut Plato, didalam dunia idea telah tersimpan konsep yang
paling sempurna dan paling ’ideal’ tentang sesuatu yang bernama
‘pisau’. Dari dunia idea inilah kemudian pembuat pisau itu men-
download konsep pisau, membuatnya secara fisik, untuk kemudian
digunakan didunia realitas, menjadi sebuah ‘pisau’ seperti yang kita
kenali saat ini. Jadi, didalam dunia idea Plato itu, sudah tersimpan
segala macam konsep, pabrik dari segalanya yang mampu kita
jangkau di alam realitas ini. Dunia idea Plato bak supermarket yang
maha lengkap dengan segala isinya yang siap kita pakai untuk
mengenali apapun yang ada di duia realitas ini. Bahkan, Plato
menganggap, justru dunia idea itulah yang harusnya disebut ‘realitas’,
bukan hal-hal yang mampu kita tangkap menggunakan alat indra
dalam alam semesta.
Sekarang, bagaimana degan contoh sederhana yang saya ajukan
tadi tentang ‘motor’, menurut konsep dunia idea Plato?
Kalau kita memakai perspektif Plato untuk memahami realitas dan
cara kerjanya, maka, contoh tentang pengenalan ‘motor’ tadi, juga
merupakan implikasi dari pengenalan yang terlebih dahulu, tentang
konsep ‘motor’ didunia idea. Mengapa kita dapat memahami berbagai
varian motor yang berbeda satu sama lain itu sebagai kesatuan
universal bernama ‘motor’?. Berdasarkan dunia idea Plato, karena
didunia idea terdapat suatu konsep sempurna dan ideal tentang
‘motor’. Jadi, meskipun kita melihat berbagai macam varian motor
yang berbeda itu, otak kita akan tetap mengenalinya sebagai ‘motor’,
karena, secara nirsadar, kita telah mengetahui ‘konsep motor’ yang
utuh sebagai satu kesatuan yang sempurna dan ideal, di dunia idea.
Kita baru mencoba memahami cara kerja pikiran manusia dalam
mengenali realitas dalam perspektif pemikiran Plato, filosof Yunani
kuno yang hidup di empat abad sebelum masehi. Sementara, selain
Plato, masih banyak filosof lain yang juga mempunyai pandangan-
pandangan besar dan unik dalam memahami realitas. Pemikiran filosof
semakin berkembang dari masa ke masa. Objek yang dipikirkan
mereka semakin kompleks, dan tentu saja, semakin menarik untuk kita
ketahui. Juga berkat pemikiran mereka, ilmu pengetahuan yang kita
kenali dan kita pakai hingga saat ini berkembang. Tentu saja dampak
yang ditimbulkan juga tidak kalah kompleksnya, dampak positif juga
negatif. Maka, dilain kesempatan saya akan mencoba memaparkannya
kembali.
Bersambung ,.