Anda di halaman 1dari 17

Nama kelompok:

 A. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH


 berasal dari bahasa latin “autos” yang berarti sendiri
dan “nomos” yang berarti aturan.
 mempunyai hak/kekuasaan/kewenangan untuk
membuat peraturan sendiri. Kemudian arti ini
berkembang menjadi “pemerintahan sendiri”.
 hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
 B. TUJUAN DAN PRINSIP OTONOMI
DAERAH
 
 mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan
membangun masyarakat yang demokratis,untuk menarik
rakyat ikut serta dalam pemerintahan,dan melatih diri
dalam menggunakan hak-hak demokrasi.
 penyelenggaraan otonomi daerah adalah mencapai
pemerintahan yang efisien.
 penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.
 agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam
pembangunan dalam pembangunan ekonomi di daerah
masing-masing.
 alasan perlunya otonomi daerah
desentralisasi,yaitu :
 Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan.
 Sebagai sarana pendidikan politik.
 Sebagai persiapan karier politik.
 Stabilitas politik
 Kesetaraan politik (political equality).
 Akuntanbilitas publik.
 C. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
OTONOMI DAERAH
 Dampak Positif
 pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk
menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat.
 Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat
mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam
menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
 kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran,
 pemerintah akan lebih cepat mengambil kebijakan-kebijakan
yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati prosedur
di tingkat pusat.
 C. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
OTONOMI DAERAH
 Dampak Negatif
 adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah
daerah untuk melakukan tindakan yang dapat
merugikan Negara dan rakyat
 kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan
konstitusi Negara yang dapat menimbulkan
pertentangan antar daerah satu dengan daerah
tetangganya
 peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti
 A. PENGERTIAN DESENTRALISASI
 Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya
dalam kerangka negara kesatuan Republik
Indonesia.
 B. MODEL DESENTRALISASI
 Menurut Rondinelli,model desentralisasi ada
empat macam,yaitu :
 1. Dekonsentrasi:
 a. Pelimpahan wewenang;
 b. Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi
manajemen;
 c. Level pemerintahan yang berbeda;
 d. Dalam jurisdiksi pemerintah pusat.
 B. MODEL DESENTRALISASI
 2. Delegasi,
adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan
kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-
tugas khusus kepada suatu organisasi,yang tidak
secara langsung berada di bawah pengawasan
pemerintah pusat.
 B. MODEL DESENTRALISASI:
 3. Devolusi,
 a. Pembentukan dan pemberian status daerah otonom;
 b. Batas-batas jurisdiksi dan fungsi yang jelas;
 c. Transfer kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri tugas dan fungsi yang diberikan;
 d. Pengaturan tentang interaksi antar unit
pemerintahan daerah baik secara vertical maupun
horizontal;
 e. Pemberian kewenangan untuk memungut beberapa
penerimaan daerah seperti pajak dan retribusi daerah;
 f. Pemberian kewenangan unutk mengatur dan
mengelola anggaran dan keuangan daerah.
 B. MODEL DESENTRALISASI:
 Privatisasi,
adalah tindakan pemberian kewenangan dari
pemerintah kepada badan-badan
sukarela,swasta,dan swadaya masyarakat.
 C. IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
 1. Implementasi Otonomi Daerah dalam pembinaan
Wilayah
 Pelaksanaan otonomi daerah tidak secara otomatis
menghilangkan tugas,peran,dan tanggung jawab pemerintah
pusat,karena otonomi yang dijalankan bukan otonomi tanpa
batas.
 Pola pembinaan wilayah dilakasanakan dengan
mendelegasikan tugas-tugas pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dilaksanakan,dan
dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah.
 Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip
pemerintahan umum.
 Pejabat pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah
yang menjalankan dua macam urusan pemerintahan,yaitu
urusan daerah dan urusan pemerintahan umum.
 IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
 2. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber
daya Manusia
 Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan
sumber daya manusia kepada daerah.
 harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dengan
prinsip keterbukaan dan akuntanbilitas.
 Pemda memerlukan SDM yang memiliki kemampuan mengembangkan
jaringan dan kerja sama tim,serta memiliki kualitas kerja yang tinggi.
 membuat struktur organisasi terbuka,menyediakan media untuk PNS
berkreatif dan membuat terobosan baru,Mendorong PNS berani
mengambil risiko,
 Memberikan penghargaan bagi yang berhasil,Mengembangakn pola
komunikasi yang efektif antarPNS,Membangun suasana kerja di PNS
yang inovatif,Mengurangi hambatan birokrasi,mencegah tindakan
intervensi,Mendelegasikan tanggung jawab dengan baik.
 Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan
teladan,membuat perencanaan,menentukan prioritas,memecahkan
masalah dengan inovatif,dll.
 Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi.
 IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
 3. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan
Kemiskinan
 Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi
pemerintahan daerah.
 Pengentasan kemiskinan menjadi tugas penting dari UU Nomor
25 Tahun 1999
 Program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan terpadu
berdasarkan karakter penduduk dan wilayah,
 Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan harus
mengedepankan peran masyarakat`dan sektor swasta.
 Membangun paradigma baru tentang peranan
 Dalam pemberdayaan masyarakat,peranan Pemda adalah
memberikan legimitasi kepada LSM dan masyarakat penerima
bantuan,menjadi penengah apabila terjadi konflik,dll.
 Pemda dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan
dapat mengambil kebijakan keluarga
 IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
 4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional
Eksekutif dan Legislatif
 Hubungan eksekutif (pemda) danlegislatif (DPR) dalam era otonomi
mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemda dan
DPR.
 Ketidakharmonisan harus dipecahkan dengan semangat ekonomi,
 Asas dalam otonomi menurut UU NO.22 Tahun 1999 adalah (1)
penyrahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah,kecuali dalam bidan Hankam,luar negeri,peradilan
agama,moneter,dan fiskal,(2) pelimpahan wewenang pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah.
 Kepala daerah memiliki wewenang seperti memimpin
penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan DPRD,bertanggung jawab kepada DPRD,dan
menyampaikan laporan atas penyelenggaraan pemerintahan kepada
presiden melalui mendagri,minimal satu tahun sekali melalui gubernur
 DPRD dalam era otonomi memiliki wewenang dan tugas memilih
gubernur/wakil gubernur,bupati/wakil bupati atau walikota/wakil
walikota,membentuk perda,dll.
 IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
 Implementasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja
Sama Tim
 Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintah
daerah.
 Dalam rangka otonomi,dimana pemda memiliki wewenang
mengatur selain enam bidang yang diatur pusat.
 Lemahnya koordinasi selama otonomi daerah telah
menimbulkan dampak negatif,
 Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah di
pemda antara lain karena sesama instansi belum memiliki visi
yang sama,tidak adanya rencana pembangunan jangka panjang
yang menyebabkan arah kebijakan tidak strategis,rendahnya
kemauan bekerja sama,gaya kepemimpinan yang masih
komando,rendahnya keterampilan,integritas,dan kepercayaan
diri.
 Dalam rangka meningkatkan koordinasi,maka pemerintah
daerah harus menciptakan kerja sama tim.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai