karna manusia memiliki akal, nafsu, kalbu, dan tentunya ruh. Akal adalah pembeda besar
antara manusia dengan makhluk Allah SWT lainnya. Karena akal membuat manusia bisa
memahami dan menggambarkan sesuatu, mempunyai dorongan moral, dan dapat mengambil
hikmah dari kejadian yang mereka alami. Nafsu, kalbu, ruh dan akal adalah pokok penting
yang menentukan akhlak manusia itu sendiri dan bagaimana ia bersikap menghadapi segala
aspek dalam kehidupannya termasuk bagaimana cara mereka berinteraksi dalam masyarakat.
Manusia juga dicipatakan sebagai makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat.
Hal ini dikarenakan manusia tunduk pada aturan dan norma sosial, perilaku manusia
mengaharapkan suatu penilain dari orang lain, manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain, potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia. Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW
( a
a) dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan
beberapa hal tersebut. Ayat tersebut bukan hanya diartikan sebagai ³
´ atau ³
´, tetapi juga dapat
dipahami sebagai ³
´.
Surat Al-Zukhuruf ayat 32 juga menjelaskan tentang manusia sebagai makhluk sosial:
Perbedaan yang disebutkan di atas bertujuan agar mereka saling memanfaatkan sehingga
ssemua saling membutuhkan dan cenderung berhubungan dengan yang lain. Ayat in juga
menekankan bahwa bermasyarakat adalah sesuatu yang lahir dari naluri alamiah masing-
masing manusia.
Interaksi adalah hal yang berhubungan erat dalam hal bermasyarakat. Sifat manusia
yang punya kalbu dan nafsu akan menentukan seperti apa sesuatu interaksi berlangsung.
Yang dimaksudkan adalah bahwa kalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang, takut
dan keimanan. Nafsu bisa berpotensi negatif atau negatif karna nafsu adalah dorongan hati
masing-masing individu yang berbeda-beda antara satu dan yang lain. Walaupun Al-Qur¶an
sudah menegaskan bahwa nafsu bisa berpotensi negatif ataupun positif tapi ada isyarat bahwa
hakikatnya potensi positif manusia lebih besar dari potensi negatifnya hanya saja daya tarik
keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikannya.
Dari sisi baik dan buruk manusia itu terciptalah dua akar besar interaksi sosial:
Dari penjabaran di atas didapatkan satu kesimpulan bahwa manusia adalah makhuk yang
hidup dalam masyarakat dan berinteraksi di dalamnya dengan sifat-sifat masing-masing
individu.
Hubungan manusia dengan masyarakat juga dapat diartikan sebagai peranan manusia
dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu firman Allah yang menyinngung masalah ini adalah
!"-
.//:
Ayat ini berbicara tentang dua macam perubahan dengan dua pelaku. 2 , perubahan
masyarakat yang pelakunya adalah Allah, dan perubahan keadaan diri manusia (sikap
mental) yang pelakunya adalah manusia. Manusia dalam kedudukannya sebagai kelompok
dan sebagai kedudukan keutuhannya sebagai individu. Bahwa betapapu hebatnya manusia
sebagai individu, tidak akan dapat melakukan perubahan kecuali setelah ia mampu
mengalirkan arus perubahan kepada sekian banyak orang yang pada gilirannya menghasilkan
gelombang atau paling sedikit riak perubahan dalam masyarakat.
Kesimpulannya adalah manusia adalah penentu sifat suatu masyarakat sekaligus bisa
merubah masyarakat itu sendiri.
Ini berarti bahwa apabila satu kelompok masyarakat telah mencapai puncak kebejatannya
maka mereka sebagai kelompok tidak lama lagi akan mengalami kebinasaan. Kehancuran
suatu masyarakat atau dengan kata lain kedatangan ajalnya tidak secara otomatis
mengakibatkan kematian seluruh penduduknya namun ada perubahan kekuasaan, pandangan,
dan kebijaksanaan masyarakat berubah total, digantikan oleh sesuatu yang berbeda.
Kesimpulannya adalah bila manusia telah mencapai titik tertinggi kebejatannya dalam
suatu kelompok masyarakat dan menngerakkan kebejatan masyarakat secara menyeluruh
maka akan terjadi kehancuran masyarakat tersebut yang disebabkan oleh manusianya sendiri.