Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju pertambahan kendaraan bermotor di Indonesia semakin pesat, baik

itu kendaraan roda empat maupun roda dua akan membawa dampak emisi gas

buang yang sangat tidak baik bagi lingkungan hidup.

Seperti diketahui bahwa proses pembakaran bahan bakar dari motor bakar

khususnya bensin menghasilkan gas buang yang secara teoritis mengandung

unsur C,CO2,CO,NOX,HC,H2O,H2 dan N2 dimana banyak yang bersifat

mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi udara. Adapun polutan-

polutan dari gas buang yang sangat mengganggu CO,NOX,HC dapat

menyebabkan sesak napas pada penderita asma, sering menimbulkan sukar

tidur, batuk batuk dan dapat juga mengakibatkan kabut atau asap.

Oleh karena itu di negara-negara maju seperti eropa dan amerika

diterapkanlah standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor untuk

mengatur agar gas buang yang dari kendaraan bermotor tidak menimbulkan

efek yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup. Di dunia global

standar baku mutu emisi gas buang yang sering digunakan adalah standar

eropa,yaitu standar Euro1 s/d Euro5.


Pada saat ini di Indonesia masih memberlakukan ketentuan standar Euro2

berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 141/2003

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru yang

efektif berlaku sejak 2007. Menurut Chief Executive Officer (CEO) PT Astra

International Tbk-Isuzu Sales Operation Supranoto(2010) di Indonesia standar emisi

Euro2 yang berlaku saat ini sudah ketinggalan di negara lain, termasuk negeri jiran,

rata-rata sudah menerapkan Euro3 dan seterusnya. Kemungkinan pada tahun 2012 di

Indonesia akan diterapkan standar Euro4.

Oleh karenanya perusahaan-perusahaan dibidang Otomotif telah

menerapkan sistem EFI (Electronic Fuel Injection) pada produk-produk

mereka, sistem EFI ini menentukan jumlah bahan bakar yang optimal (tepat)

disesuaikan dengan jumlah dan temperatur udara yang masuk, kecepatan

mesin, temperatur air pendingin, posisi katup throttle pengembunan oxygen di

dalam exhaust pipe, dan kondisi penting lainnya. Komputer EFI mengatur

jumlah bahan bakar untuk dikirim ke mesin pada saat penginjeksian dengan

perbandingan udara dan bahan bakar yang optimal berdasarkan kepada

karakteristik kerja mesin. Sistem EFI menjamin perbandingan udara dan

bahan bakar yang ideal dan efisiensi bahan bakar yang tinggi pada setiap saat

(New Step 1 Toyota Servis Training,1995:3-68).

Secara tidak langsung tujuan dari EFI itu sendiri adalah mengurangi

tingkat emisi gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran. Dengan masukan –

masukan dari berbagai sensor yang ada pada kendaraan maka ECU akan

menentukan berapa banyak bahan bakar yang diperlukan. Jika bahan bakar
terlalu banyak maka akan mengakibatkan tingginya nilai emisi gas buang. Hal

ini terjadi pada saat gas akselerasi, keadaan ini disensor oleh sensor Throttle

dan diinformasikan ke ECU( Electronic Control Unit).

Namun di Indonesia kendaraan dengan mesin sistem EFI yang beredar

masih menggunakan standar Euro2. Sehingga jika pemerintah mengeluarkan

peraturan baru tentang standar emisi gas buang atau beralih ke standar Euro4

maka kendaraan dengan standar mesin Euro2 secara tidak langsung sudah

kedaluwarsa dan harus diganti dengan mobil keluaran baru dengan standar

Euro4 dan itu akan sangat tidak efisien bila harus membeli mobil yang baru.

Mungkn cara lain yang dapat diambil adalah dengan mengubah parameter atau

program ulang pada ECU sehingga standar Euro4 dapat dicapai.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis mengambil judul “Manipulasi

Program ECU Dan Pembuatan Manipulator Sensor IAT (Inlet Air

Temperature) Untuk Mengubah Emisi Gas Buang Mesin Agar Lebih Ramah

Lingkungan”

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara memanipulasi program pada ECU?

2. Bagaimana membuat manipulator sensor IAT?

3. Bagaimana cara kerja manipulator sensor IAT sehingga dapat

menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan?


1.3 Batasan Masalah

Dalam pembahasan kali ini penulis memfokuskan pada :

1. Pengertian ECU.

2. Cara pemrograman ECU.

3. Pengertian IAT dan cara kerjanya.

4. Komponen apa saja yang digunakan untuk membuat manipulator sensor

IAT.

5. Pembuatan manipulator sensor IAT.

6. Cara kerja manipulator sensor IAT.

7. Emisi yang dihasilkan oleh akibat adanya manipulator sensor IAT.

1.4 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memanipulasi program pada ECU.

2. Mahasiswa dapat mendesain dan membuat manipulator sensor IAT.

3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja manipulator sensor IAT dan

mengoperasikannya sehingga dapat menghasilkan emisi gas buang yang

lebih ramah lingkungan.

1.5 Manfaat

Dengan adanya tugas akhir “Manipulasi Program ECU Dan Pembuatan

Manipulator Sensor IAT (Inlet Air Temperature) Untuk Mengubah Emisi Gas

Buang Mesin Agar Lebih Ramah Lingkungan” manfaat yang diperoleh

adalah:
 Bagi mahasiswa

Mahasiswa mengerti bagaimana cara pemrograman ECU dan

manipulasi sensor IAT serta dapat mengaplikasikannya pada mesin

EFI sehingga dapat menghasilkan emisi gas buang yang lebih

ramah lingkungan.

 Bagi masyarakat

Masyarakat dapat menggunakan manipulator sesor IAT untuk

dipasang pada kendaraan sehingga tidak perlu membeli kendaraan

baru untuk memenuhi tuntutan standar emisi gas buang nasional

maupun internasional.

 Bagi lingkungan

Polusi udara akibat kendaraan bermotor akan sedikit terkurangi

dengan adanya manipulator yang dipasang pada kendaraan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Kerja Motor 4 Tak Pada Mesin Bensin

2.1.1 Langkah Hisap

Piston bergerak dari TMA ke C a m p u r a n


U d a r a B e n s i n

TMB, katup isap terbuka dan katup T M A

buang tertutup, kemudian campuran

udara dan bensin masuk ke dalam T M B

silinder akibat hisapan dari piston,

perbandingan udara dan bensin yang

sesuai diharapkan masuk kedalam


T T A I n d o 0 1 / 0 2

silinder motor.
Gambar 1 Langkah hisap

2.1.2 Langkah Kompresi

Piston bergerak dari TMB ke


T M A

TMA kedua katup menutup sehingga

campuran udara dan bensin T M B

dikompresikan oleh piston, akibatnya

tekanan dalam silinder naik,suhu juga

naik.
T T A I n d o 0 1 / 0 2

Gambar 2 Langkah kompresi


2.1.3. Langkah Usaha

Pada akhir langkah kompresi

busi mempercikan bunga api, campuran T M A

udara dan bensin yang dikompresikan

terbakar dan menggerakkan piston ke T M B

TMB. Langkah ini dipakai untuk T T A I n d o 0 1 / 0 2

menggerakkan beban. Saat pengapian

harus tepat campuran udara dan bensin

harus sesuai adalah syarat utama daya

optimal dan emisi bagus, Gambar 3 Langkah usaha

2.1.4. Langkah Buang

Pada langkah ini piston

bergerak dari TMB ke TMA beserta T M A

katup buang terbuka, katup hisap


T M B
tertutup, gas buang dikeluarkan

melalui katup buang. Gas buang T T A I n d o 0 1 / 0 2

mengandung emisi yang berbahaya,

contohnya CO, HC, dan NOx. bahaya

emisi tersebut dapat dikurangi


Gambar 4 Langkah buang
dengan :
a) Perbandingan campuran udara

yang sesuai.

b) Saat pengapian yang tepat

c) Menggunakan catalitic converter

2.2 Electronic Fuel Injection(EFI)

Istilah sistem injeksi bahan bakar (EFI) dapat digambarkan sebagai suatu

sistem yang menyalurkan bahan bakarnya dengan menggunakan pompa pada

tekanan tertentu untuk mencampurnya dengan udara yang masuk ke ruang

bakar. Pada sistem EFI dengan mesin berbahan bakar bensin, pada umumnya

proses penginjeksian bahan bakar terjadi di bagian ujung intake

manifold/manifold masuk sebelum inlet valve (katup/klep masuk). Pada saat

inlet valve terbuka, yaitu pada langkah hisap, udara yang masuk ke ruang

bakar sudah bercampur dengan bahan bakar. Secara ideal, sistem EFI harus

dapat mensuplai sejumlah bahan bakar yang disemprotkan agar dapat

bercampur dengan udara dalam perbandingan campuran yang tepat sesuai

kondisi putaran dan beban mesin, kondisi suhu kerja mesin dan suhu atmosfir

saat itu. Sistem harus dapat mensuplai jumlah bahan bakar yang bervariasi,

agar perubahan kondisi operasi kerja mesin tersebut dapat dicapai dengan

unjuk kerja mesin yang tetap optimal.

Sistem EFI menggunakan beragam sensor untuk mendeteksi kondisi kerja

mesin dan kendaraan. Dan ECU mesin menghitung pada volume injeksi

bahan bakar optimal, dan menyebabkan injektor untuk menginjeksikan bahan

bakar.
Gambar 5 Konfigurasi Dasar EFI

Keterangan gambar :

1. Fuel rail/delivery pipe (pipa pembagi)

2. Pressure regulator (pengatur tekanan)

3. Injector (nozel penyemprot bahan bakar)

4. Air box (saringan udara)

5. Air temperature sensor (sensor suhu udara)

6. Throttle body butterfly (katup throttle)

7. Fast idle system

8. Throttle position sensor (sensor posisi throttle)

9. Engine/coolant temperature sensor (sensor suhu air pendingin)

10. Crankshaft position sensor (sensor posisi poros engkol)


11. Camshaft position sensor (sensor posisi poros nok)

12. Oxygen (lambda) sensor

13. Catalytic converter

14. Intake air pressure sensor (sensor tekanan udara masuk)

15. ECU (Electronic control unit)

16. Ignition coil (koil pengapian)

17. Atmospheric pressure sensor (sensor tekanan udara atmosfir )

Adapun keuntungan pada sistem ini jumlah bahan bakar yang

disemprotkan ke ruang pembakaran dikontrol lebih akurat dengan

komputer yang mensuplai bahan bakar ke mesin melalui injektor, sehingga

dengan EFI menghasilkan emisi gas buang (exhaust emission) yang lebih

bersih, konsumsi bahan bakar yang lebih hemat, dan daya guna (efisiensi)

yang meningkat.

Keuntungan lainnya, mobil akan mengasilkan tenaga dan torsi

lebih besar pada RPM rendah, dengan rentang tenaga yang lebih besar

serta penyaluran bahan bakar yang optimum. Putaran mesin tanpa beban

pun akan sangat halus, respons injakan pedal gas lebih baik dan tingkat

emisi yang rendah tanpa asap. Paling penting dari semua hal itu, adalah

bahwa mesin mobil akan mendapat distribusi bahan bakar yang lebih

merata, yang akan menambah tenaga dan membuatnya lebih mudah

dinyalakan dalam keadaan dingin maupun panas.


2.3 Emisi Gas Buang Mesin Bensin

2.3.1 Pengertian Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah hasil dari proses pembakaran antara campuran

bahan bakar dan udara. Bensin mengandung HC yang bisa mengeluarkan

karbon dan hidrogen. Pembakaran di dalam mesin merupakan reaksi oksidasi

antara oksigen dan bensin yang membangkitkan energi panas dalam bentuk

majemuk. Untuk pembakaran yang sempurna gas buangnya adalah C02 dan

H2O. Namun kenyataannya pembakaran sempura tidak sepenuhnya bisa

diwujudkan, karena sebenarnya reaksi pembakaran itu menghasilkan zat N2,

O2, CO, HC yang tidak terbakar, bermacam-macam NOx begitu juga C02 dan

H2O. Diantara sisa gas buang zat CO, HC, dan NOx diketahui dapat

membahayakan manusia, dan sudah menjadi standar baku peraturan

pembatasan gas, buang disetiap negara.

Gas buang dipengaruhi oleh rasio campuran udara/bahan bakar. Bila

campurannya lebih sedikit maka menghasilkan CO dan HC yang lebih banyak,

dan apabila campurannya lebih banyak maka menghasilkan NOx yang lebih

banyak. Ada tiga elemen catalysis yang dapat memurnikan gas buang, oleh

karena itulah ketiganya harus dikontrol agar bisa memenuhi rasio bahan bakar

yang optimal. Kontrol rasio udara/bahan bakar ini sangat jauh lebih baik

dibanding dengan karburator. Dimana pengontrolan secara elektronik

dilakukan berdasarkan umpan balik dan kontrol menggunakan oxygen sensor,

sehingga pengaturan rasio udara/bahan bakar bisa menjadi mudah, dan gas

buang beracun akan berkurang.


2.3.2 Dampak Dari Emisi Gas Buang Mesin Berbahan Bakar Bensin

Dampak dampak dari gas sisa pembakaran motor berbahan bakar bensin

antara lain adalah :

1. HC atau Hidro Carbon( Spuller,Willem,L, 1987)

Pada konsentrasi yang tinggi menyebabkan gangguan pada

selaput lendir,mata, hidung dan tenggorokan,merupakan zat potensial

penyebab Kanker

2. CO atau karbon monoksida ( Spuller,Willem,L, 1987)

Mengurangi kemampuan darah dalam menyerap Oksigen,pada

konsentrasi 0,3 % saja di udara, jika menghirup sekitar 30 menit dapat

menyebabkan fatal/kematian.

3. Nox atau Nitrogen Oksida ( Spuller,Willem,L, 1987)

Berbau tajam / pedas sehingga mengganggu organ organ

pernafasan,pada konsentrasi 0,05 s/d 0,15 % Nox diudara dapat

menyebabkan kerusakan paru-paru

4. CO2

Gas ini tidak terlalu bebahaya bagi manusia tetapi pengaruhnya

tinggi terhadap pemanasan global.

2.3.3 Standar Emisi Gas Buang


2.4 Electronic Control Unit(ECU)

2.5 Inlet Air Temperature Sensor(IAT)

2.6 Pemrograman ECU

2.7 Anlog To Dc Converter(ADC)

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang

untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital. IC ADC

0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC

jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai

dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara

cepat suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam

penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan

oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC,

tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya. Ada banyak cara yang

dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang

nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan

adalah jenis Successive Approximation Convertion (SAR) atau pendekatan

bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak

tergantung pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah.

2.8 Manipulator Sensor IAT

Anda mungkin juga menyukai