Anda di halaman 1dari 8

BIODIESEL DARI TANAMAN JARAK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

PENGGANTI SOLAR

Oleh: Pratiwi Prananingrum

PENDAHULUAN

Tanaman Jarak Pagar

Tanaman Jarak penghasil biodiesel berasal dari jenis tanaman Jarak Pagar yang dalam
bahasa Inggris bernama Physic Nut dengan nama Jatropha curcas. Tanaman ini merupakan
tanaman semak yang termasuk keluarga Euphorbiaceae.

Tanaman Jarak Pagar memiliki cabang-cabang yang tidak teratur dengan tinggi batang 1-
7 meter. Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan memiliki tonjolan-tonjolan bekas
tangkai daun yang gugur. Bila dipatahkan atau terluka batangnya akan mengeluarkan getah
berwarna putih, kental dan agak keruh.

Daun tanaman ini tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun
berwarna hijau, tetapi permukaan bawah lebih pucat dari permukaan atas. Daun berbentuk
jantung atau bulat telur. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama. Tangkai daun
panjang, sekitar 4-15 cm.

Bunga tanaman ini berupa bunga majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan,
berkelamin tunggal dan berumah satu. Baik bunga jantan maupun betina tersusun dalam
rangkaian berbentuk cawan. Bunga ini muncul di ujung batang atau di ketiak daun. Kelopak
bunga berjumlah lima yang berbentuk bulat telur.

Buah tanaman Jarak Pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4
cm. Buah ini berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah terbagi
menjadi tiga ruang masing-masing ruang berisi satu biji yang berbentuk bulat lonjong,
berwarna coklat kehitaman dan mengandung banyak minyak.
Tanaman Jarak Pagar (Jathropa Curcas) berasal dari Afrika Selatan Tanaman ini sudah
dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dekade 40-an, saat penjajah Jepang menggunakan
minyak jarak untuk penerangan di rumah-rumah dan sumber energi untuk menggerakkan alat-
alat perang.

Tanaman ini tumbuh liar atau ditanam penduduk sebagai pagar. Dapat tumbuh dengan
baik di tanah yang tidak begitu subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai
ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Tanaman ini tahan kekeringan dan mulai berbuah dalam waktu lima bulan. Tumbuhan ini
produktif penuh saat berumur lima tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahu

Semua bagian tanaman ini berguna, daunnya dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra,
antiseptik, dan antiradang. Getahnya untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. Yang paling
tinggi manfaatnya adalah buahnya, daging buahnya digunakan untuk pupuk hijau dan
produksi gas, sementara bijinya untuk pakan ternak dan untuk bahan bakar pengganti minyak
diesel (solar) dan minyak tanah.

Minyak Jarak Pagar

Minyak dari tanaman jarak pagar termasuk minyak lemak. Minyak lemak yang menjadi
bahan baku biodiesel adalah bahan bakar terbarukan, karena berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Di negara kita bnyak sekali terdapat tumbuh-tumbuhan penghasil minyak lemak. Tak kurang
dari 50 jenis tumbuhan bisa diolah menjadi sumber bahan bakar alami, contoh paling populer
adalah sawit, kelapa, jarak pagar, dan kapok atau randu (Soerawidjaya, dkk.:2005) .

Potensi terbesar tanaman Jarak Pagar terdapat pada buah yang terdiri dari biji dan
cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji ini yang menjadi bahan
dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Setelah melalui proses pemerahan,
dari inti biji akan dihasilkan bungkil perahan, yang kemudian diekstraksi. Hasilnya berupa
minyak Jarak Pagar dan bungkil ekstraksi. Minyak jarak pagar digunakan untuk penyabunan
dengan hasil akhir berupa sabun dan metanolisis/etanolisis yang kemudian diproses menjadi
biodiesel dan gliserin. Sedangkan bungkil ekstraksi bisa menghasilkan pupuk, menjadi bahan
dasar pembuatan biogas pengganti minyak tanah, dan melalui proses ekstoksifikasi dapat
menghasilkan pakan ternak.

Minyak yang dihasilkan dari biji Jarak Pagar termasuk dalam minyak lemak (fatty oil).
Minyak ini berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meski disimpan
dalam waktu yang lama.

Minyak Jarak Pagar bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Pertama, melalui thermal
atau catalytic cracking akan dihasilkan gas, gasoline, kerosin dan diesel, yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. Kedua, melalui esterifikasi transesterifikasi akan
dihasilkan produk berupa biodiesel yang digunakan untuk pembangkit genset, kendaraan
diesel dan kompor jarak pagar.

Menurut Rieska Wulandari (2005:1), minyak Jarak Pagar yang dihasilkan dari cangkang
biji jarak memiliki komposisi kimia berupa lemak kasar 47,25 persen, protein kasar 24,60
persen, serat kasar 10,12 persen, kelembaban 5,5 persen, abu 4,50 persen dan karbohidrat 7,99
persen. Minyak ini juga memiliki kandungan iodin yang tinggi, yaitu 105,2 mg iodin/g. Biji
jarak yang mengandung minyak kadar tinggi mudah untuk diekstraksi. Sementara itu
kandungan asam lemak tak jenuh yang mencapai 90 persen sangat potensial untuk dijadikan
pengganti minyak sawit dalam aplikasi nonpangan.

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar

Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk
menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan
mengepres biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga
menghasilkan minyak jarak kasardan bungkil.

Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan


minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang
sudah bersih sampai menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.
Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji
jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak
Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan
dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena
mesin diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap
menjadi kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh
emisi gas buang.

Keunggulan Biodiesel dari Tanaman Jarak Dibandingkan dengan Solar

Menurut Dody Hidayat (2005:1), dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel memiliki
angka cetane yang lebih tinggi dan daya lumas yang lebih baik. Minyak jarak pagar memiliki
angka setana 51 sedangkan solar 45. Angka setana (cetane rating) adalah tolak ukur
kemudahan menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Semakin tinggi
angka setane semakin aman emisi gas buangnya, karena bahan bakar dapat terbakar dengan
sempurna, sehingga kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx) dan karbon yang termasuk
dalam gas-gas rumah kaca lebih rendah.

Selain itu dalam membangkitkan tenaga listrik, biodiesel tidak memerlukan genset baru
karena minyak jarak dapat langsung digunakan pada genset yang sudah ada.

Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak terhadap

Lingkungan

Penggunaan bahan bakar fosil telah meninbulkan berbagai dampak buruk bagi
lingkungan. Seperti meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi. Jika hal ini
dibiarkan secara terus menerus, maka pemanasn global adalah konsekuensi yang harus
dihadapi oleh seluruh penduduk bumi.

Sebagai salah satu sumber energi alternatif, Biodiesel dari tanaman jarak dapat
dikategorikan sebagai sumber energi ramah lingkungan. Karena menurut Humas (2005:2),
pembakaran mesin yang berbahan bakar biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan
partikel, yang lebih rendah. Angka setane yang lebih tinggi dibandingkan solar membuat
kadar emisi gas karbon, nitrogen, dan sulfur lebih rendah.

Selain itu, penggunaan biodiesel dari tanaman Jarak Pagar membuka kemungkinan
penanaman kembali lahan-lahan kritis yang ada di Indonesia. Menurut Humas (2005:2), saat
ini terdapat 13 juta hektar lahan kering di seluruh Indonesia. Mengingat tanaman Jrak Pagar
merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan keirng dan kurang subur,maka dengan
menggunakan biodiesel di Indonesia, lahan-lahan kering tersebut akan dapat ditanami
kembali.

Penanaman kembali lahan-lahan kritis di Indonesia akan memberikan dampak yang


positif bagi lingkungan, karena akan membentuk suatu sumber penghasil gas oksigen yang
sangat penting bagi kehidupan, mengurangi pencemaran oleh gas-gas rumah kaca, dan
membentuk suatu benteng penahan banjir dan longsor

Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak bagi masyarakat Indonesia di Bidang
Ekonomi

Dengan dihijaukannya kembali lahan-lahan kritis, berarti akan membuka lapangan


pekerjaan baru yang layak bagi masyarkat. Mereka dapat bekerja sebagai petani yang
menanam dan merawat tanaman-tanaman jarak yang akan digunakan sebagai bahan baku
biodiesel. Buah jarak yang dihasilkan dijual kepada perusahaan yang mengolahnya menjadi
biodiesel dengan harga tertentu. Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam
hal penyediaan bibit dan penentuan harga minimum dari buah Jarak Pagar, agar petani tidak
dirugikan.

Jika petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman
2500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji lima
ratus rupiah per kilogram, setiap keluarga petani akan memperoleh panghasilan satu juta dua
ratus lima puluh ribu per bulan hanya berasal dari penjualan biji jarak (Anonim, 2005:2).
Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain dari tanaman juga dimanfaatkan
Menurut Humas (2005:2), dari tiga juta hektar lahan kering akan dihasilkan 92.000 barel
minyak per hari. Untuk memnuhi lahan tersebut diperlukan 7,5 miliar bibit. Bila dari seluruh
tanah tandus seluas 13 juta hektar ditanami jarak, maka akan dihasilkan lebih dari 400.000
barel minyak per hari. Dengan demikian kita akan mengehmat penggunaan devisa negara
yang biasa digunakan untuk mengimpor solar.

Dalam Kompas (2005: 14), biaya produksi biodiesel tergolong murah, rata-rata biaya
produksinya antara 600 hingga 100 per liter. Harga jual netto minyak jarak tersebut
diperkirakan Rp. 1.400-Rp. 2.100 per liter, harga ini jauh lebih murah jika dibandingkan
dengan harga minyak saat ini. Sehingga , pengolahan jarak menjadi biodiesel yang relatif
mudah dapat dilakukan dalam usaha skala kecil yang tidak membutuhkan modal yang besar.
Sehingga hal ini pun akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.

Potensi lain adalah ekspor biodiesel ke berbagai negara maju yang saat ini sedang gencar-
gencarnya menekan emisi gas rumah kaca. Negara-negara maju seperti Jerman, Amerika
Serikat, dan Brasil saat ini juga sedang mengembangkan penggunaan biodiesel. Jika
Indonesia mampu mengembangkan biodiesel dari minyak jarak dengan kualitas yang bagus,
pasar internasional terbuka untuk Indonesia.

Prospek Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya kan berbagai sumber energi fosil, akan tetapi hal
yang tetap harus diingat adalah bahwa penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus
dapat mengakibatkan pencemaran dan krisis energi fosil.

Di Indonesia terdapat banyak lahan kritis yang tidak dapat ditanami karena humusnya
hilang. Jarak adalah tanaman yang dapat hidup dalam segala kondisi, sehingga tanaman
jarak dapat ditanam di lahan-lahan kritis tersebut. Hal ini akan membawa keuntungan baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat Indonesia. Keuntungan yang
langsung dapat diperoleh berupa lapangan pekerjaan yang akan memberi keuntungan secara
finansial, sedangkan keuntungan tidak langsung yang diperoleh berupa pengurangan polusi
udara dan penghijauan kembali lahan-lahan kritis yang dapat mengurangi banjir dan bencana
alam lain.
Tanaman jarak jenis penghasil biodiesel ini sebenarnya sudah sangat populer di kalangan
masyarakat Indonesia. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan tanaman jarak
pagar. Sehingga pembudidayaan tanaman ini tidak akan menjadi hal yang asing bagi
masyarakat Indonesia.

Hanya saja untuk hasil yang maksimal, pemerintah perlu mengadakan suatu program
penelitian untuk menghasilkan bibit jarak pagar yang berkualitas unggul, sehingga dapat
dihasilkan biodiesel yang berkualitas unggul pula.

Penutup

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar. Biodiesel termasuk


sumber daya alam terbarui karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Biodiesel memiliki angka
setana yang lebih tinggi daripada solar, sehingga penggunaannya lebih efisien.

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, karena sisa
pembakaran mesin yang menggunakan biodiesel menghasilkan emisi gas buang, asap dan
partikel yang lebih rendah daripada solar. Selain itu dengan memproduksi dan menggunakan
biodiesel dalam skala besar berarti membuka kemungkinan penanaman kembali lahan-lahan
kritis sehuingga menambah jumlah sumber pengahasil oksigen dan mengurangi
karbondioksida.

Penggunaan biodiesel dari biji tanaman jarak secara tidak langsung akan memberikan
dampak ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Berupa lapangan kerja baru yang cukup
menjanjikan.

Biodiesel dari tanaman jarak sangat cocok utnuk diterapkan di Indonesia, karena bahan
baku yang dapat disediakan dengan melimpah, dan juga tersedianya lahan-lahan kritis yang
dapat menunjang produksinya.

Pemerintah hendaknya mulai merancang UU mengenai penggunaan biodiesel di


indonesia, sehingga biodiesel benar-benar dapat diterapkan di Indonesia secara optimal.
Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan dan penerangan pada masyarakat luas
mengenai manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari biodiesel.

Pemerintah harus menyediakan tempat-tempat penjualan biodiesel, sehingga biodiesel


dapat diperoleh dengan mudah oleh konsumen. Selain itu pemerintah juga harus mengatur
sistem perdagangan biodiesel di Indonesia.

Pemerintah harus menekan penggunaan bahan bakar minyak oleh masyarakat dengan
cara memberlakukan pajak tidak langsung bagi pengguna bahan bakar minyak dan memberi
subsidi bagi pengguna bahan bakar alternatif.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2005. Minyak Jarak Pengganti Solar. (online).


(http//www.bppt.go.id/berita/news2.php?id=7681, diakses 15 desember 2005).

Hidayat, Dody. Biodesel Biji Jarak. (online). (http//cdc.eng.ui.ac.id/article/articleprint/3241/-


1/2/, diakses 20 desember 2005).

Humas. 2005.Bus Mudik Gunakan Biodiesel. (online). (http//www.bppt.go.ig/berita/news2.php?


id=814, diakses 20 desember 2005).

Indartono, yuli setyo. 2005. Krisis Energi di Indonesia: Mengapa dan Harus Bagaimana.
Inovasi, (online), vol. 5, no. XVII, (http//www.io.ppi-jepangorg/article.php?
id=104, diakses 15 desember 2005)

Anda mungkin juga menyukai