Anda di halaman 1dari 7

UN dan Tuhan

Ali Pullaila

Mahluk yang pertama diciptakan Tuhan adalah pena, tidak jelas tercatat apakah
setelah menciptakan pena itu lalu Tuhan membuat kertas untuk tempat menulis catatan
tentang alam dan hukum alam yang akan dijadikan selanjutnya. Seperti yang ditiru
RAPP dengan membabat habis hutan kita untuk membuat kertas yang akhirnya dijadikan
pembungkus sate.
Setelah menciptakan pena Tuhan mencatat segala hal yang akan diciptakan
berikutnya, serta fungsi kerja yang lengkap dan otomatis tanpa ada yang keliru sedikitpun
semuanya berjalan menurut guna dan fungsinya masing-masing tanpa ada cela, maha
sempurnalah ciptaan-Nya.
Tuhan menciptakan Adam seorang diri dengan segala macam fasilitas yang serba
ada. Adam bebas di Sorga saat itu tidak ada larangan apapun bagi adam semacam
“ujian” lah dijaman ini, tapi adam kesepian sehingga Adam memohon pada Tuhan agar
diciptakan pendamping. Karena “buku” sudah disimpan Tuhan sejak penciptaan-Nya
yang terakhir maka untuk menciptakan Hawa Tuhan tidak perlu lagi melihat buku mohon
maaf “mencontek” karena telah dihafalnya “Tuhan Maha Besar dan Tuhan Maha
Mengetahui “Maha Mengahafal” segala yang ada dibuku itu karena Tuhan maha tau
dicabutnyalah tulang rusuk Adam satu, katanya yang sebelah kiri dua ruas dari bagian
rusuk paling bawah rusuk adam sehingga Tuhan menciptakan Hawa.
Setelah Hawa diciptakan ada ujian bagi Adam dan Hawa yaitu dilarang mendekati
buah Khuldi, buah Khuldi kalau di Dunia mirip-mirip dengan buah apel-lah. Setiap ada
ujian pasti ada konsekuensinya jika gagal melewati ujian dan jika curang dalam
pelaksanaan ujian maka ada hukumnya, Adam dan Hawa akan diusir dari sorga. Rupanya
ujian itu sudah ada sejak beberapa waktu setelah manusia diciptakan.
Meneruskan tradisi ujian itu, ini tahun yang ke sepuluh bagi saya mengajar siswa
disuatu SMA Negeri mengapa saya lebih memilih kata-kata “suatu” SMA dari pada kata
“sebuah” SMA ini tidak lepas dari menurut ajaran guru bahasa Indonesia saya saat itu
karena SMA bukanlah buah-buahan, walaupun saat ini hampir disetiap soat IPA dan

1
matematika semuanya telah menjadi buah-buahan, “sebuah mobil, sebuah batu, sebuah
balok, sebuah teropong” dan ini terjadi disoal UN yang katanya telah diuji validitas dan
releabilitas soal itu. Bagi guru yang mengajar saya sewaktu saya setingkat SMA dulu ini
tahun yang ke dua puluh tujuh baginya melaksanakan UN.
Seingat saya sewaktu saya sekolah dulu saat mau ujian, sekolah zaman itu
Ebtanas namanya tidak adalah persiapan yang berlebih-lebihan saya rasakan, entah
karena saya yang agak malas sekolah atau entah karena saya dari keluarga yang tidak
terpandang sehingga lulus tidak lulus SMA tidak begitu besar artinya, atau kerena UN
zaman itu hanya dua mata pelajaran bagi kami yang di STM sekarang SMK yaitu bahasa
Indonesia dan PMP sekitar tahun sembilan puluhan.
Kata guru saya yang saat ini telah pensiun, kabar terakhir beliau telah berpulang
ke rahmatullah karena penyakit asma yang dideritanya maklum, beliau menggunakan
kapur tulis untuk mengajar kami dan tidak ada tunjangan sertifikasi sehingga tidak punya
uang lebih untuk berobat ke Singapura atau ke Melaka, “kalau bahasa Indonesia pilih
kalimatnya yang panjang-panjang dan ejaannya yang benar”. Kalau PMP tu pilihlah kata
yang bijak dan menurut hati kita yang baik itulah jawabannya, benar lah apa yang beliau
katakan. Rata-rata UN kami di atas 7,5 walaupun tidak membawa hape, karena saat itu
orang-orang belum terfikirkan untuk membuat hape baru lahir teori gelombang.
Sekarang mata pelajaran yang di UN kan ditingkat SMA ada enam mata pelajaran
dari empat belas mata pelajaran yang disajikan sedangkan di SMK ada empat mata
pelajaran dari 20 mata pelajaran yang disajikan. Mata pelajaran yang diujiankan adalah
mata pelajaran selam tiga tahun artinya dua tahun setengah yang lalu kita pelajari besok
sekitar tanggal 18 April 2011 sampai sekitar tanggal 25 April 2011 baru diujikan apakah
yang kita pelajari selama itu masih mampu kita ingat? Sementara bait lagu Indonesia
Raya saja yang kita nyayikan setiap senin sejak kita SD banyak diantara kita yang telah
lupa.
Jika kita tidak ingat pelajaran yang kita pelajari lebih dari dua setengah tahun
yang lalu maka konsekuensi dari ujian itu ada hukumannya seperti hukuman Adam
memakan buah Khuldi Ia dikeluarkan dari sorga. Siswa SMA saat ini tidaklah
dikeluarkan dari sekolah jika tidak lulus. Tapi sangat disayangkan mengapa masyarakat
sangat memojokkan kelulusan ditingkat SLTA sederajat, jika tidak lulus rasanya seperti

2
kiamat. Bukankah SMA sederajat itu hanyalah sebagian dari proses pendidikan mulai
dari ayuanan sampai keliang lahat. Tidak begitu keras protes masyarakat ramai ketika ada
siswa yang tidak lulus sekolah dasar atau SD, SMP atau drop-out sekalipun saat kuliah di
perguruan tinggi. Bukankah sama saja itu tidak lulus UN kan gagal juga?.
Kita umpamakan saja ada sarjana yang wisuda strata satu (S1) setelah setahun,
dua tahun, tiga tahun dan empat tahun tidak dapat kerja ini sama artinya dengan tidak
lulus SMA selama empat tahun berturut-turut, Cuma tidak perlu lagi membuat PR. Ada
sarjana setelah tamat tidak bekerja sama sekali menggunakan ijzah sarjananya. Bukankah
ini sama saja dengan tidak pernah lulus SMA, tapi untuk kejadian yang seperti ini
masyarakat tidak pernah menghiraukannya seolah-olah hanya tamat SMA - lah ujung dari
pendidikan ini.
Karena banyak anggapan umat seperti itu maka apapun alasannya maka siswa
SMA harus lulus 100 persen. Segala macam cara dilakukan dari yang positif ataupun
yang negatif, belajar tambahan di sekolah, ikut les pada lembaga-lembaga di luar sekolah,
membeli kunci jawaban dan segala macam cara lain pakoknya lulus. Padahal sebagai
mahluk alamiah kita “baca siswa” punya sifat lupa dan lemah maka kita tidak dapat
melepaskan diri dari hokum kurva normal, apa itu? Setiap ada lembaga pendidikan pastin
ada siswa yang sangat pintar sekali tapi tidaklah semuanya paling-paling hanya ada lima
persen dari seluruh siswa dan ada pula siswa yang lemah sekitar lima persen pula, siswa
kebanyakan sekitar 90%, artinya dalam bahasa mudah jika ujian dilaksanakan dengan
“jujur” maka dari seratus siswa yang mengikuti ujian akan ada sekitar 5% x 100 bagi
siswa yang lemah maka mereka tidak akan berhasil sewaktu mengikuti ujian sehingga
sekitar 5 orang tidak akan lulus ujian.
Jadi kalaulah di Sekolah kita ada peserta ujian sekitar 300 siswa dan saat UN
nanti anak kita tidak lulus 15 orang begitulah normalnnya tidak perlu berkecil hati dan
hal itu wajar di dalam ujian ingat Adam saja berpredikat sebagai Nabi gagal dia
menghadapi ujian dari Tuhan, konon lagi kita sebagai mahluk yang rapuh ini.
Ini tidak sama artinya dengan mendoakan siswa agar tidak lulus tapi ini kajian
statistika jika ada sebuah sekolah siswanya lulus 100% kita pantas bersyukur dan
membanggakan sekolah itu dan mengacungkan jempol bagi masyarakat sekolah tapi
kajian statistika pasti bertanya “ada apa denganmu” salah satu syair lagu yang

3
penciptanya menjalani hukum dipenjara karena “tidak lulus” menempuh ujian hidup dia
terperosok.
Mereka lupa setiap ujian pasti ada konsekuensinya ada hukumanya jika curang
maka inilah kata-kata Menteri Pendidikan Nasional kita yang di ulas di Media Indonesia
on-line berikut ini “Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tidak bosan-bosan
untuk mengajak siswa, guru, dan pejabat terkait untuk jujur dalam pelaksanaan Ujian
Nasional (Unas). Meskipun kecurangan sulit dideteksi, Kemendiknas tetap yakin
ancaman sanksi bisa membuat semua yang terkait lebih jujur. Ancaman sanksi tahun ini,
nilai siswa yang curang akan dihapus.
Ancaman tersebut disampaikan langsung oleh Mendiknas Mohamad Nuh. Dia
menjelaskan, tahun ini pihaknya memiliki sistem baru untuk mendeteksi kecurangan
pengerjaan unas. Setiap lembar jawaban siswa memiliki kode rahasia. Kode tersebut,
hanya diketahui oleh kemendiknas, percetakan, dan pengawas.
Dengan kode rahasia tersebut, pelaksana Unas bisa mengetahui langsung siapa-
siapa siswa yang melakukan kecurangan. "Semua harus mengikuti tema unas tahun ini,
prestasi yes, jujur harus," tandas mantan Menkominfo itu.
Selain mewanti-wanti siswa supaya mengerjakan soal dengan jujur, Kemendiknas
juga masih mencium potensi sekolahan yang mendongkrak nilai unas siswanya.
Tujuannya satu, yaitu untuk mencapai angka kelulusan 100 persen.
Untuk kasus ini, Nuh mengatakan, pihak sekolah yang curang akan mendapatkan
sanksi administratif. Yaitu, Kemendiknas tidak menerima nilai ujian sekolah. Seperti
diketahui, ketentuan kelulusan diambil dari dua aspek. Pertama, dari nilai ujian nasional
sebesar 60 persen, dan kedua dari nilai ujian sekolah sebesar 40 persen. "Jika sekolah
nakal, peresentase ujian sekolah kami hapus. Jadi murni kelulusan dari nilau unas saja,"
tegas mantan rektor ITS tersebut. Jika nilai ujian sekolah yang diambil berdasarkan rapor
dihapus, otomatis siswa berharap penuh pada hasil unas.
Sementara untuk wali murid yang akan menjalani unas, Nuh mengatakan jangan
mudah terpengaruh isu jual beli bocoran naskah soal. Dia mengatakan, selama ini banyak
sekali modus yang digunakan penipu untuk mencari duit menjelang detik-detik akhir
pelaksanaan unas. Nuh mencontohkan, ada penipu yang mengatakan jika lembar soal

4
yang dijualnya 50 persen persis seperti naskah unas. Harga yang dipatok bisa sampai Rp
1 juta.
Ada juga yang memasang iming-iming jika naskah soal itu akurasinya adalah 75
persen bahkan seratus persen. "Semua itu bohong. Kalau dipercaya, risikonya besar,"
sebut Nuh. Risiko muncul karena siswa bisa jadi ogah belajar karena merasa sudah
memegang duplikat lembar soal unas. Padahal, lembar duplikat tersebut bohongan.
Pintu kebocoran naskah soal unas lainnya diduga muncul dari lembaga bimbingan
belajar. Untuk menarik peminat, biasanya lembaga bimbingan belajar melobi percetakan
untuk mendapatkan lembar soal unas. Untuk kasus ini, Nuh mengatakan tahun ini tidak
akan terjadi. Nuh mengatakan, pihaknya mulai melakukan penyuluhan kepada lembaga
bimbingan belajar untuk memperkaya kisi-kisi latihan unas. "Kalau kisi-kisi itu kan tidak
masalah," kata dia. Misalnya untuk pelajaran matematika, kisi-kisi soalnya tentang
persamaan kuadrat atau lainnya. Sekolah yang ketahuan curang dalam segala bentuk nilai
UN sekolah yang bersangkutan akan dihapuskan”. Diknas kita sepertinya telah
mendengar suara dari sekolah – sekolah dengan memasukkan sekitar 40% nilai sekolah
dan 60% nilai UN sehingga rata-rata nilai sekolah di atas angka tujuh telah diberikan
pihak sekolah untuk mengatasi kelulusan tersebut mampu atau tidak mampu siswa
tersebut mengantongi nilai itu, artinya siswa kita sudah punya modal lebih dari 2,8 untuk
mencari nilai rata-rata 5,5 siswa hanya memerlukan tambahan sekitar 2,7 artinya lebih
besar modalnya dari yang akan diusahakan. Setelah pemerintah berkomitmen seperti itu
apakah masih ada dusta diantara kita.
Hampirlah setiap menjelang UN sekolah – sekolah mengadakan doa bersama.
Ada sekolah yang memotong kerbau untuk sedekah dan makan bersama dan
dilaksanakan pada hari Jumat pula diikuti dengan zikir akbar serta memanjatkan doa –
doa agar peserta UN lulus semuanya. Itu menandakan selain mempunyai raga kita
mempunyai sesuatu yang tidak dapat kita interpretasikan dalam bentuk apapun yaitu doa.
Setelah kita berusaha dengan segala hal yang berbau fisis dan nyata kita coba pula
sesuatu hal yang bersifat meta fisis melalui doa – doa. Namun yang perlu kita ingat
adalah doa baru dikabulkan bila kita lakukan dengan jiwa dan raga yang bersih secara
bersungguh sungguh, terus – menerus dan tidak mengada-ngada. Apa yang disebut
mengada-ngada? Doa orang yang mau lulus ujian tapi tidak mau belajar doa seperti ini

5
apa namanya? Atau setelah berdoa dan menyerahkan diri pada Tuhan atas segala
usahanya tapi setelah itu Ia berlaku curang. Pilih mana lebih baik melakukan doa bersama
setelah itu saat ujian melakukan kecurangan atau tidak berdoa sama sekali saat ujian
terserah dialah melakukan apa.
Sudah saatnya kita tegar dalam menerima segala keputusan Tuhan setimpal
dengan usaha yang telah kita lakukan. Tuhan telah menciptakan bumi ini untuk semua
orang baik yang lulus SMA maupun yang tidak lulus SMA maka berpijaklah disitu,
carilah rezeki yang baik dan halal disitu pula. Sudah cukuplah kita membuat kerusakan di
muka bumi ini tanpa harus merusak dengan melanggar janji yang kita buat sendiri. Kau
yang berjanji kau yang mengingkari.
Dengan menguncapkan Bismilah, semoga kita dapat melaksanakan ujian ini
dengan jujur dan kita dapat lulus se-Riau khususnya dan Seluruh siswa yang mengikuti
UN di Negeri ini, dengan demikian bila kita lulus dengan jujur maka kita dapat berjalan
dengan kepala tegak berharap semoga lembaran jawaban yang kita isi dapat benar pula
sesuai dengan jawaban yang dikehendaki
Dan dengan dasar “Banyak Baca, Renungkan, Jika sempat Hitung-hitung sedikit,
Mudaha-mudah Allah setuju. Amiin. Selamat mengikuti Ujian Nasional 2011 mudah-
mudahan Allah setuju.

6
Tentang Penulis

Ali Pullaila
Lahir:
Pasirpengarayan, 20 Oktober 1975, di sebuah desa kecil di Kabupaten Rokan Hulu
Propinsi Riau Daratan.
Pendidikan Formal:
Jurusan Teknik Elektronika Komunikasi STM Tunas Karya Pekan Baru, tahun 1992.
Sarjana FKIP Pendidikan Fisika Universitas Riau, Pekanbaru tahun 2000, dan
menyelesaikan S2 Pendidikan IPA Fisika SL di UPI Bandung , tahun 2007
Pekerjaan:
PNS Guru SMA N 1 Rambah Pasir pengarayan, Kab. Rokan Hulu Prop. Riau, tahun 2003
– sekarang.
Tambahan Pengalaman:
Dosen Luar biasa FKIP Fisika UNRI Pekanbaru, tahun 2001-2003, Dosen LB UPP 2009-
sekarang, Teknisi Service Center Televisi merk Samsung, Fuji Elektrik, Siera dan
Modern di Pekanbaru, tahun 1993-1997. Sub Kontraktor Elephant Elektric Fence System
(Pagar listrik untuk mencegah hama gajah di perkebunan sawit) untuk wilayah Riau dan
Sumatera Utara tahun 1994-1996.
Alamat:
Jl Riau no 137 Pasirpengaraian
Kab. Rokan Hulu
Propinsi Riau 28457
Mail : alifkemba@yahoo.com
: alipullaila@telkomspeedy.net
Phone : (0762)91799
085376626446

Anda mungkin juga menyukai