Anda di halaman 1dari 3

CINTA EROTIS DAN TANGGUNG JAWABNYA TERHADAP DIRI SENDIRI

Oleh

Marissa Ika Puspitasari (1006705193)

Data Publikasi

Judul Buku : Buku Ajar II Manusia, Akhlak, Budi Pekerti Dan Masyarakat

Nama Pengarang : DR.Drs. H.Zakky Mubarak, MA, Dra. Husmiaty Hasyim, M.Ag,
R.Ismala Dewi, SH.MH, Drs. Ari Harsono, M.M

Kota/Penerbit : Jakarta/Badan Penerbit FKUI

Tebal Halaman : 148


Pendahuluan

Para pujangga tidak jarang menyebut kata cinta dalam karya mereka. Satir ataupun tidak, kata
cinta membuat karya para pujangga punya pesona tersendiri yang tidak pernah gagal untuk
menarik perhatian. Kata cinta juga merupakan kata yang kerap kali dikonotasikan sebagai kata
luhur yang sangat diagungkan. Perilaku Budi yang tertinggi yang dapat dilakukan oleh manusia.
Dan diyakini sebagai hal yang seharusnya mendasari manusia berprilaku. Cinta kemudian
terkait dengan hasrat manusia yang paling dasar, dorongan seksual, menjelma menjadi cinta
erotis. Cinta erotis ini kemudian mempunyai ruang antar sesama manusia dan dengan manusia
itu sendiri yang dapat menimbulkan friksi atau gesekan-gesekan antar kepentingan. Karena itu
adanya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dirasakan dapat menjaga dari friksi atau
gesekan gesekan kepentingan tersebut, terlebih terhadap diri sendiri.

Isi

Salah satu dorongan manusia adalah dorongan seksual. Sebagai dorongan yang merupakan
landasan biologi manusia untuk meneruskan keturunannya. Cinta antara sepasang manusia
dikatakan sebagai cinta erotis karena didasarkan pada dorongan seksual. yang bersifat
eksklusif (tidak universal). Cinta kasih yang ada adalah upaya “meleburkan” diri dari dua orang
yang berbeda secara fisik maupun kepribadiannya. Kualitas cinta ini akan tergantung
bagaimana kedua belah pihak menjaga jalinan hubungan atau komunikasi yang didalamnya
dibutuhkan adanya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Tanggung jawab berarti
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya. Sedangkan tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu masing-
masing individu dituntut adanya tanggung jawab sebagai pengisi rentang waktu kehidupannya.
Intinya adalah dengan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maka ia akan menunjukkan
keberadaannya sebagai manusia, melangsungkan kehidupannya agar mempunyai arti sebagai
makhluk Tuhan. Dan didalam cinta erotis tanggung jawab juga diperlukan sebagai penjaga
antara cinta agar dapat dipertanggung jawabkan terhadap dirinya sendiri. Cinta erotis kemudian
menjelma menjadi sesuatu yang berani ketika manusia atau kedua belah pihak telah lebih
berani dalam mengungkapkan perasaanya salah satunya dengan menyalurkan hasrat seksual
mereka. Dan ketika keberanian tersebut tidak disertai adanya rasa tanggung jawab terhadap
diri sendiri maka akan terjadi friksi antar kepentingan. Karena tanggung jawab terhadap diri
sendiri adalah filter pertama dari manusia terhadap dorongan seksual yang menjadi hasrat
dasar manusia. Sehingga segala perbuatan yang keluar dari manusia dengan cinta erotis dapat
disadari penuh oleh dirinya sendiri dan dia mengerti betul konsekuensi masa depan yang akan
didapat.

Penutup

Manusia sebagai makhluk social tidak hidup sendiri, Manusia hidup bersama nilai-nilai
masyarakat yang melingkupinya. Sebagai makhluk hidup yang berbudaya, tentunya dalam
menyalurkan dorongan seksual tersebut akan memperhatikan dan melaksanakan nilai-nilai
yang menjadi pedoman hidupnya. Salah satunya adalah nilai yang menjadi arahan mengenai
penyaluran hasrat seksual sebagai dasar dari cinta erotis. Contohnya dengan sebelumnya
melakukan perkawinan terlebih dahulu. Menurut nilai di masyarakat dengan pranata atau
lembaga perkawinan maka penyaluran hasrat ini akan menjadi sah, terjaga dan tidak
melanggar norma-norma, baik norma agama, norma hokum maupun norma social yang
berkaitan dengan kesusilaan. Selain itu, harus disertai adanya tanggung jawab terhadap diri
sendiri yang dapat dijadikan filter pertama dari dalam manusia tersebut. Sehingga kemudian
perbuatan yang dilakukan manusia disadari secara penuh oleh dirinya sendiri dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dan dapat dihindari suatu pergaulan hidup atau seks yang bebas
namun tidak bertanggung jawab dan tidak berbudaya, suatu perbuatan yang tidak berbeda
dengan apa yang dilakukan hewan.

Anda mungkin juga menyukai