PENDAHULUAN
Gelap Pekat
Lautan dalam adalah zonasi yang paling misterius dan sangat tidak ramah.
Suasanananya seram, gelap, pekat. Kegelapannya hampir serupa dengan lubang gua
terdalam di bumi.
Kegelapan abadi di laut dalam terjadi karena sinar matahri tak bisa
menembusnya. Cahaya “kehidupan” itu hanya bisa mencapai kedalaman 1.000
meter. Ini berpengaruh pula pada suhunya yang sangat dingin dan tekanan air yang
luar biasa besar.
Begitu pun, penelitian terakhir menunjukkan bahwa di zona ini pun masih juga
dihuni mahluk hidup. Hewan-hewan laut dalam ini adalah mahluk istimewa yang
punya adaptasi khusus dengan lingkungannya yang sangat ektrim dan keras.
Biasanya hewan-hewan laut dalam ini punya kemampuan mengeluarkan
cahaya, warna-warni indah di kegelapan. Bentuk-bentuk hewan laut dalam ini juga
sangat aneh dan tidak lazim seperti kehidupan di dua zonasi yang mendapat sinar
mentari.
Beberapa spesies yang sudah dikenali dari lautan hitam yang dingin ini seperti
ubur-ubur kaca, ikan pengail (angler fish), belut penelan, ikan tripod (tripod fish),
ikan ekor tikus.
Sebagian besar binatang laut menyesuaikan diri untuk hidup pada berbagai
kedalaman air. Di lapisan atas perairan bebas yang luas ada 3 kelompok binatang
yang dikelompokkan menurut cara berpindahnya dari satu tempat ke tempat lain,
yaitu pengapung, penghanyut, dan perenang. Dasar perairan luas, mulai dari pantai
sampai bagian dalam samudera, dihuni binatang yang disebut benthos, atau
penghuni dasar yang varietasnya jauh lebih banyak.
Pengapung
Binatang pengapung memiliki tubuh yang lebih ringan daripada air laut.
Hidupnya di permukaan air dan paling tidak sebagian tubuhnya muncul ke udara,
makhluk tersebut terbawa angin dan arus ke sana ke mari. Pengapung jumlahnya
sedikit, tetapi salah satu warganya adalah binatang laut yang sangat menakjubkan,
yaitu, ubur-ubur api. Sesungguhnya ubur-ubur itu adalah kumpulan ratusan bagian
kecil yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pelampung halus
berisi gas binatang itu mengapung di atas ombak, jambulnya menangkap angin
bagaikan layar perahu. Jelatang panjang di bagian bawah tubuhnya, yang digunakan
untuk melumpuhkan ikan kecil dan binatang lain makanannya, terjumbai di dalam
air. Ada pengapung lain, termasuk di antaranya sejenis siput, yang mengeluarkan
gelembung-gelembung busa sebagai tempat siput ini mengapungkan diri.
Penghanyut
Perenang
Dalam makalah ini hanya membahas sebagian kecil dari sedemikian banyak
keanekaragaman yang ada di laut, antara lain beberapa spesies yang hidup
dikedalaman laut dibeberapa daerah di dunia, kekayaan laut yang sangat dikenal
masyarakat yaitu rumput laut, terumbu karang serta mutiara.
Dalam penelitian terbaru ini, para ilmuwan menggunakan wahana laut dalam
yang mampu menjelajahi palung antara pegunungan bawah laut Islandia dan Azores.
Ist. umi-cumi aneh menjulang hingga 2 kilometer di atas permukaan laut, namun
engan warna merah bagian di antaranya curam ke dalam membentuk jurang-jurang.
menyala.
Hasil penelitian yang pertama kali dilakukan ini adalah ditemukannya sekitar
300 spesies ikan baru, serta sekitar 50 jenis cumi-cumi dan gurita yang belum dikenal
sebelumnya.
Salah satu ikan baru yang sempat diangkat ke kapal adalah sejenis ikan pemancing
(anglerfish) yang memiliki semacam alat pancing untuk menarik mangsanya
mendekat. Ikan ini berbeda dengan jenis anglerfish yang umumnya berwarna kuning,
berbentuk pipih dan hidup di dasar laut. Ia berwarna cokelat, tubuhnya gembung,
dan hidup di kedalaman bagian tengah.
CoML yang akan berakhir tahun 2010 ini dibagi menjadi tujuh bagian
penelitian. Selain meneliti palung Atlantik, para ilmuwan mempelajari juga
kehidupan di sepanjang perairan Pasifik, Teluk Maine, daerah-daerah aliran air
panas, dan lainnya.
Dasar laut di Kutub Utara yang sangat terpencil ternyata kaya berbagai bentuk
kehidupan. Termasuk adanya spesies ubur-ubur dan cacing yang belum diketahui
sebelumnya. Namun mereka mungkin terancam pemanasan global. Demikian
pernyataan tim ilmuwan sejak menyelesaikan eksplorasi di sana.
Para ilmuwan yang didukung oleh Universitas Alaska menggunakan robot kapal
selam dan gelombang suara untuk menyelidiki sebuah cekungan besar di pantai
Arktik, Kanada yang terisolasi pada kedalaman 3.800 meter. Dan mereka terkejut
dengan apa yang ada di sana.
"Selain itu beberapa spesies yang kami lihat merupakan spesies baru karena
sejauh ini mereka tidak terlihat di area mana pun di Bumi," katanya. Spesies
tersebut adalah jenis ubur-ubur dan tiga jenis cacing berduri. Tanpa diduga, tim juga
menemukan ikan kod, cumi-cumi, gurita, dan jenis udang yang belum
pernah didapati dalam jumlah sebesar ini di lingkungan dingin lain.
Para ilmuwan dari AS, Kanada, Rusia, dan China menghabiskan 30 hari di atas
kapal pemecah es Healy milik AS, sebagai bagian dari sensus global terhadap
kehidupan lautan berbiaya 1 miliar dollar AS, yang didanai oleh pemerintah, swasta,
dan donatur pribadi.
Healy kembali dengan membawa ribuan spesimen dari Laut Chucki, Beaufort,
dan Basin Kanada, cekungan besar yang dibatasi dinding yang terjal dan tertutup es.
Tim peneliti mengatakan, data tersebut membantu pengukuran terhadap pengaruh
perubahan iklim dan kerusakan yang terjadi akibat eksploitasi energi, pelayaran, dan
pengambilan ikan besar-besaran.
"Ini merupakan pembanding dan kami berharap dalam 10, 20, atau 30 tahun
berbagai penelitian kembali dilakukan untuk melihat apakah terjadi berbagai
perubahan komposisi dan keragaman kehidupan hewan," kata Gradinger. Penelitian
PBB menyatakan bahwa daratan es Kutub Utara akan mencair lebih besar pada
musim panas 2010 karena pemanasan global, akibat pembuangan emisi gas
hidrokarbon dari kendaraan, pembangkit listrik, dan industri.
Para ilmuwan mengatakan, jika Kutub Utara semakin mencair, spesies yang
tinggal di bagian yang lebih selatan akan masuk ke Laut Arktik sehingga akan
menghancurkan ekologi sebelumnya.
Karena Laut Selatan menjadi bagian yang penting dalam sistem biologi
kelautan di dunia, para ilmuwan sangat tertarik untuk memahami bagaimana
perubahan iklim berlanjut. Kemudian, jika benar berlanjut, apakah itu
mempengaruhi kehidupan di sana dan lautan lainnya.
"Ini penyelaman paling sulit," kata Rory McAvely, pimpinan Operasi Wallacea
periode Oktober - November 1996, sehabis menyelam di perairan utara P. Hoga.
Pada kedalaman antara 10 m dan 15 m, arus kuat mengempas dari arah depan.
Delapan penyelam yang ikut berpartisipasi dalam survai kelautan dibuat tidak
berdaya.
Belum sempat berbalik arah, muncul arus dari atas mendorong paksa ke dasar
laut. Mak peng, gendang telinga serasa ditampar karena tekanan di dalam air
berubah mendadak. Saat datang lagi arus kuat dari arah samping kanan dan kiri,
kami yang menyelam berpasang-pasangan kocar-kacir. Target menyelam sedalam 25
m di bawah permukaan laut gagal.
"Jangan berkecil hati, dengan pengalaman ini kamu akan mampu menyelam
lebih baik di tempat lain. Arus sangat kuat membuat kita sulit mengendalikan arah,"
ujar Rory membesarkan hati saya. Arus di perairan Kepulauan Wakatobi (Pulau
Wangi-wangi, P. Kaledupa, P. Tomia, P. Binongko), Kabupaten Buton, Sulawesi
Tenggara, memang cukup ganas. Gugusan 13 pulau dan 7 atol itu dulu lebih dikenal
sebagai Kepulauan Tukangbesi, di sisi barat Laut Banda.
"Sekitar 35% dari jumlah spesies ikan di dunia berada di kawasan Wallacea,
meliputi perairan sekitar Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara sampai Timor Timur.
Berbagai jenis ikan berbiak di sana, sebelum menyebar ke mana-mana," kata Michael
Ferris, dari Dinas Perikanan Australia Barat berkedudukan di Perth, yang ambil
bagian dalam Operasi Wallacea.
Operasi Wallacea diambil dari nama Alfred Russel Wallace, ilmuwan Inggris
yang pertama kali mengumumkan bahwa hewan yang hidup di Sulawesi, Halmahera,
dan Sunda Kecil amat berbeda dengan binatang yang hidup di Kalimantan, Bali, dan
Irian, meski secara geografis berdekatan.
Di bawah sana ada kehidupan siang dan malam. Karang "siang" nampak indah
pada siang hari. Umpamanya, Goneophora sp., jenis karang keras dengan tentakel
(tangan) yang pada siang hari menjulur dan aktif menangkap plankton-plankton
untuk dimangsa. Saat malam tiba, tentakel-tentakel itu disembunyikan di balik
mangkuknya. Sementara ada karang yang bila disorot lampu di malam hari kelihatan
biru menyala. Karang lunak Nepthya sp. lebih aktif pada malam hari. Millepora sp.,
jenis karang yang seakan-akan menyala pada bagian ujungnya.
Anemon yang memiliki zat beracun berkawan mesra dengan ikan anemon
(Amphiprion sp.). Ikan-ikan kuning oranye dengan strip putih vertikal suka berenang
di antara tentakel anemon. Di dasar laut berpasir nampak binatang merayap
berbentuk bintang merah dan biru. Bintang laut biru (Linckia laevigata) juga bisa
ditemui di perairan dangkal dan kelihatan jelas bila air surut. Hampir tidak dikenali,
sejenis ikan mirip ikan sapu-sapu besar (Orectolobidae) ngumpet di bawah karang.
Cacing laut dan macam-macam udang warna-warni merayap pelan di celah-celah
dasar karang.
Alga tak terhitung jenisnya; yang warna hijau, merah, merah kecoklatan.
Jenis bunga karang (Porifera) juga warna-warni. Antara lain, Stylotella aurantium
seperti rumah tawon, Acanthella klethra persis rumah rayap yang berwarna kuning.
Di balik keindahan sosok makhluk laut tidak sedikit yang beracun, adakalanya
mengakibatkan luka fisik, bahkan mematikan. Karang
api, contohnya, bisa melepuhkan kulit kalau tersentuh.
Ikan aneh-aneh pun bisa jadi beracun. Ikan lepu yang
menyaru di bawah karang keras, umpamanya, akan
mengeluarkan racun yang berbahaya bila siripnya yang
berumbai-rumbai tersentuh. Ikan jenis ini banyak hidup
di perairan tropis Indo-Pasifik dari Afrika Selatan sampai
Pasifik Barat, termasuk juga Asia Tenggara. Mereka hidup pada kedalaman 1 - 50 m.
Biasanya di gua atau dekat kepala karang. Ada yang berlurik zebra, ada juga yang
berwarna gelap.
Ular laut belang putih hitam (Laticauda sp.) melayang gemulai di dalam air
kemudian buru-buru masuk di lubang karang. Ular ini sensitif selagi musim kawin dan
menyerang bila diganggu. Kekuatan bisanya melebihi king cobra. Hiu kepala martil
tergolong jenis ikan ganas. Dari 250 - 300 jenis hiu, terdapat 10 - 15 jenis tipe
menyerang. Dengan sensor getar di dekat moncong hidungnya, ikan hiu mampu
mengendus bau darah dari jarak berkilo-kilo meter. Ikan barakuda yang menyukai
benda-benda mengkilap tanpa basa-basi akan langsung menyergap, berbeda dengan
ikan hiu yang mengitari calon mangsanya sebelum menyerang. Beruntung kami tidak
sempat ketemu ikan-ikan galak itu.
Kegiatan yang membahayakan kehidupan di laut
Ledakan bom di dalam air nyaris terdengar 2 - 4 kali dalam sehari. Perairan menjadi
keruh. Banyak ikan mati dan terumbu karang berantakan. Mereka hanya mengenakan
kacamata kedap air saat meletakkan bom pada kedalaman 8 - 15 m. "Ledakan bom
bisa merusak habitat terumbu karang sampai radius 3 - 4 m. Terumbu karang hancur
berpuing-puing," jelas Sugiyanta, S.Si. yang sejak Juli 1996 oleh LIPI ditugaskan
sebagai asisten ahli bidang kelautan pada Operasi Wallacea.
Dari beberapa lokasi yang telah disurvai, dijumpai terumbu karang hancur
berantakan akibat ledakan bom yang terjadi sekitar 2 - 3 tahun terakhir.
Berdasarkan data sementara dari survai terumbu karang sepanjang 350 km yang
sudah diamati dari keseluruhan area sepanjang 600 km, kerusakan terumbu karang di
kawasan area Operasi Wallacea mencapai rata-rata 16%. Untuk memulihkan kembali
perlu waktu sangat lama, 20 - 30 tahun. Karena pertumbuhan karang amat lamban, 3
- 4 mm per tahun. Itu pun dengan syarat kondisi perairan mesti cukup baik, misalnya
bebas pencemaran.
Kegiatan perusakan terumbu karang semacam itu masih tetap berlangsung secara
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Gara-garanya ikan napoleon yang
bernilai komersial tinggi. Perusahaan kapal ikan lokal maupun asing menampung
hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Wakatobi kemudian mengekspornya hidup-
hidup atau mati ke Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Di sana ikan napoleon, kerapu,
dan juga lobster dijual sebagai hidangan lezat restoran Cina dengan harga sangat
mahal. Malahan baru-baru ini Restoran Newton Court Seafood di kawasan Cause Bay,
Hongkong, membeli ikan kerapu berbobot 230 kg seharga HK$ 80.000. Ikan yang
ditangkap dari perairan Indonesia itu dipotong-potong dan dimasak untuk disajikan
kepada para pengunjung restoran tersebut (South China Morning Post, 1 Desember
1996).
Mereka juga memburu hiu untuk diambil siripnya. Yang juga dieksploitasi dari
perairan Wakatobi adalah tripang, kima (sejenis kerang raksasa), penyu, dan kepiting
kenari atau kepiting kelapa (Birgus latro), yang umumnya untuk komsumsi lokal.
Tapi belakangan ikan kupu-kupu diburu juga.
"Dalam dua sampai tiga bulan, satu perusahaan kapal ikan bisa mengumpulkan
sekitar 4 ton ikan. Selain membeli ikan hasil tangkapan nelayan, dalam praktiknya
mereka juga menangkapi ikan di sekitar perairan Wakatobi dengan menggunakan
bius," kata Antang Hasran, mantan pekerja perusahaan kapal ikan asing.
Tiga petugas PHPA, Mustafa, Made, dan Rewangi, dengan satu unit perahu patroli
"Anoa" bermesin 85 PK agak kewalahan menjaga perairan Wakatobi seluas 1.390.000
ha, yang sejak 30 Juli 1996 dinyatakan sebagai Taman Nasional, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 393/Kpts-VI/1996. Akibatnya, kawanan pencuri
ikan bermain kucing-kucingan dengan petugas. Repotnya lagi, para pencuri konon
dibeking oknum yang mestinya turut menjaga kelestarian kawasan itu.
Akan menjadikan Wakatobi sebagai kawasan wisata selam berkelas dunia, tinggal
tunggu waktu!
Penggunaan bom dan racun untuk menangkap ikan laut yang menyebabkan kerusakan
terumbu karang mendatangkan kerugian lingkungan hidup yang lebih besar dari
dampak illegal logging (pembalakan liar hutan).
Lebih Lanjut lagi " "Bom dan racun untuk penangkapan ikan komersial sangat
merusak kegiatan mahluk hidup di dasar laut," kata peneliti kelautan dan perikanan
dari Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPIK) Universitas Bung
Hatta, Indrawadi di Padang, Jumat (15/2).
Ia menambahkan, tidak ada satu pun mahkluk di laut yang tidak terkena dampak fisik
pengeboman dasar laut. Ketika struktur dasar laut seperti bunga karang dan terumbu
karang musnah maka ikan, kepiting, bintang laut, cacing-cacing dan seluruh
habitatnya akan hilang dan mati.
Mulai musnahnya keanekaragaman habitat dasar laut telah menjadi alasan kuat
banyak jumlah dan jenis ikan-ikan berkurang di lautan dunia, katanya. Akibat
dampak luar biasa itu para ilmuan mengajak pemerintah dalam sebuah jaringan
kerja untuk melindungi dasar laut, seperti dengan kawasan lindung dan penjagaan,
tambahnya.
"Bahkan kini telah ditempuh program membiarkan ikan bertelur, merawat habitat
ikan dan kehidupan dasar laut lainnya," kata Indrawadi.
Nah hal di atas kan pakar perikanan yang ngomong, mungkin kalo pakar kehutanan
yang ngomong laen
soalnya gw pengen tau anda2 sekalian masuk ke golongan pakar ikan atau pakar
hutan
kalau anda ini seorang pembalak hutan tentu anda mendukung pendapat di atas
begitu juga sebaliknya, bukan begitu? hahahaha
Kalau gw sih setuju sama pendapat pakar di atas, soalnya kerusakan laut dan
terumbu karang agak susah diperbaiki, kalo hutan rusak kan gampang tinggal tanam,
kalo terumbu karang rusak payah juga tuh nyelem-nyelemnya
Jawab: Langsung jawab juga ya. Menurut penelitian, di dasar laut ada sekitar 300
jenis makhluk hidup yang digolongkan dalam kelompok hewan seperti udang buta,
kepiting putih raksasa, dan berbagai jenis cacing (tubeworms). Tumbuhan tidak bisa
hidup di dasar laut ini karena tidak ada cahaya Matahari untuk terjadinya proses
fotosintesis.
Hewan-hewan ini hidup di sekitar hydrothermal vent (tempat di dasar laut bagi
lapisan magma memancar keluar) melalui proses chemosyntesis. Caranya adalah
mikroba-mikroba kecil mengambil sulfur dari hidrogen sulfida yang memancar keluar
dari hydrothermal vent. Sulfur kemudian dioksidasi dengan menggunakan oksigen
dari air laut untuk menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk
memproduksi gula, lemak, asam amino, dan nutrisi lainnya.
Mikroba-mikroba dan hewan-hewan di sekitarnya akan membentuk suatu rantai
makanan yang menjamin kelangsungan hidup di sekitar hydrothermal vent ini. Dalam
rantai makanan ini sejenis keong (gastropod snail) akan memakan mikroba atau
bakteri-bakteri ini. Setelah kenyang, keong-keong itu pasrah sebagai mangsa udang-
udang kecil. Udang-udang kecil pun senasib dengan keong tadi, menjadi mangsa
makhluk yang lebih "berkuasa" dalam rantai makanan, yakni ikan-ikan pemangsa yang
lebih besar.
Yang masih jadi pertanyaan dari para peneliti ini adalah bagaimana makhluk-
makhluk hidup ini bermunculan secara tiba-tiba ketika suatu hydrothermal vent
terbentuk.
Pemanfaatan hasil laut