I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 30 tahun
No. MR : 28-95-63
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
1
Pada tanggal 28 Maret os datang ke IGD RSOB dengan
keluhan tubuh makin kuning dan mual muntah serta nyeri perut
sangat mengganggu pasien sehingga memutuskan berobat ke
RSOB.
Berat badan : 50 kg
Tanda Vital :
2
Status Generalis
i. Pemeriksaan Kepala
- Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)
- Telinga : serumen (-)
- Mulut : Gigi geligi tidak ada kelainan, mukosa mulut
normal, massa (-), sianosis (-),
- Hidung : mukosa hidung normal, epitaksis (-),massa (-)
ii. Pemeriksaan Leher
- KGB dan tiroid tidak teraba membesar
- massa (-)
iii. Pemeriksaan Dada
- Paru : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki
(-/-)
- Jantung : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-),
gallop (-)
iv. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : perut buncit, tidak ada dilatasi vena, tidak ada
skar bekas operasi
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (+), massa (-), ballotement (-)
- Perkusi : tidak dilakukan
v. Pemeriksaan ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
- Motorik : normal
3
- Reflex : normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap (31 Maret 2011)
- Hemoglobin : 9,3 g/dL
- Hematokrit : 28,1%
- Leukosit : 18.000/mm3
- Thrombosit : 755.00/mm3
- CT : 6 menit 30 detik
- BT : 1 menit 15 detik
- Gol. Darah :O
- Ureum : 194,8 mg/dl
- Kreatinin : 5,94mg/dl
- Na : 130 meq/l
- K : 3,1 meq/l
- Cl : 105 meq/l
V. DIAGNOSIS KERJA
Kehamilan Ektopik Terganggu + ekstra uterine fetal death
(EUFD) dan gagal ginjal akut (ARF)
VI. RENCANA
- Rencana pembedahan : laparotomi eksplorasi.
- Rencana anestesi :
o Persiapan Operasi
4
o Premedikasi : fentanyl 75 mcg
o Induksi : Recofol 50 mg
o Maintenance : N20 : 02 = 2 L : 2L; Sevofluran 1-2 vol
%
o Pelumpuh otot : Tramus 40 mg, Norcuron 3 mg
o Monitoring : Tanda vital selama operasi tiap 5
menit, kedalaman anestesi, cairan, perdarahan
o Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
LAPORAN ANESTESI
5
Pasien, Ny.R, 30 tahun, dengan diagnosis prabedah KET + EUFD
dan ARF, diantar ke ruang operasi untuk menjalani operasi CITO yaitu
operasi laparotomi eksplorasi yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2011
dengan menggunakan General Anestesi, ASA 4. Pasien ini termasuk ASA
4 karena pasien datang dengan keadaan sakit berat, compos mentis
namun keadaan umum lemah.
- TD : 95/55 mmHg
- Nadi : 103x/menit
- Suhu : afebris
- SpO2 : 98%
- BB : 50kg
- Fentanyl 75 µg
6
Dosis fentanyl 1-3 µg/kgBB. Fentanyl mempunyai efek
analgesik yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri dan
membuat pasien tertidur.
- Tramus 40 mg (atracurium)
Atracurium termasuk golongan muscle relaxant non depolarisasi
intermediate acting. Dosis 0,5-0,6 mg/kgBB. Pemberian muscle
relaxant bertujuan untuk merelaksasikan otot sehingga
memudahkan dan mengurangi cedera akibat tindakan intubasi,
dan memudahkan pernapasan kendali selama anestesi.
- Recofol 50 mg
Merupakan golongan barbiturat, yang berefek menurunkan
kesadaran sehingga pasien tertidur dan apnoe. Dosis recofol 2-
3 mg/kgBB.
Setelah itu dilakukan intubasi OTK dengan ETT kingking no.7, cuff (+).
Setelah suara nafas terdengar simetris dikedua lapangan paru, mesin
7
ventilator diset menjadi IPPV dan volume tidal diatur menjadi 500cc.
Beberapa saat setelah itu tekanan darah pasien mengalami penurunan
akibat induksi anestesi.
Pada operasi ini total cairan yang diberikan 2350 cc, yaitu RL
1000cc dan Haemacell 1000 cc. Cara menghitung jumlah cairan adalah :
- Cairan maintenance :
8
10 kg x 4 cc = 40cc
10 kg x 2 cc = 20 cc
30 kg x 1 cc = 30 cc +
= 90 cc
- Operasi besar : BB x 8 cc = 50 x 8 cc = 400cc
- Puasa : Puasa x Maintenance = 5 jam x 110 cc = 550 cc
Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 2350 cc, berupa 2
kolf Ringer Asetat x 500cc dan 2 kolf Heamacell x 500cc, dan transfusi
whole blood, karena adanya perdarahan masif pada intraoperasi.
Pemberian Asering atau Ringer Asetat yang merupakan cairan kristaloid
isotonik, memiliki komposisi elektrolit yang lengkap dan mirip dengan
plasma tubuh. Pemberian cairan ini bertujuan sebagai pengganti plasma,
untuk mengganti atau memperbaiki/ mencegah insufisiensi sirkulasi akibat
defisiensi volume plasma / darah, baik absolute mahupun relative.
Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dan dimetabolisir
di otot. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan
pada dehidrasi berat dengan syok dan kondisi asidosis. Selain itu,
pemberian loading cairan pada saat induksi anestesi bertujuan untuk
9
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemi sentral, yang
umum terjadi setelah pemberian anestesi umum maupun regional.
Efedrin 10 mg
03.40 80/45 108 99
Sevofluran 2 vol %
10
04.10 80/51 118 99 Kalnex 500 mg
TINJAUAN PUSTAKA
11
Obat anestesi yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi
kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat
anestesi ialah jaringan kaya akan pembuluh darah seperti otak,
sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan
sebagainya. Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui
stadium anestesi untuk menentukan stadium terbaik pembedahan itu
dan mencegah terjadinya kelebihan dosis.3
12
sehingga hanya dapat dilakukan pembedahan kecil. Akhir
stadium ini ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata.
13
d. Stadium IV (stadium paralysis atau kelebihan obat.)
14
operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ, angina
menetap. Angka mortalitas 68%.
2,3
Pemeriksaan praoperasi anestesi
I. Anamnesis
1. Apakah pasien pernah dibius sebelumnya?
2. Apakah pasien merokok ?
Merokok harus dilarang dalam 24 jam sebelum agen
anestesi diberikan, karena dapat terjadi kadar
karbosihemoglobin yang dapat menyebabkan pengurangan
kapasitas darah pembawa oksigen secara bermakna.
3. Apakah pasien mengkonsumsi alkohol ?
Riwayat minum alkohol berlebihan yang menahun penting
diketahui, karena adanya resistensi penderita terhadap
depresan sistem saraf pusat yang mungkin meningkat.
4. Apakah pasien menderita penyakit hipertensi, diabetes mielitus,
atau ginjal?
5. Apakah pasien menderita penyakit jantung atau menggunakan
pacu jantung?
6. Apakah pasien menggunakan gigi palsu?
15
1. Tinggi dan berat badan. Untuk memperkirakan dosis
obat, terapi cairan yang diperlukan, serta jumlah urin selama
dan sesudah pembedahan.
2. Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi
pernafasan, serta suhu tubuh.
3. Jalan nafas (airway). Jalan nafas diperiksa untuk
mengetahui adanya trismus, keadaan gigi geligi, adanya gigi
palsu, gangguan fleksi ekstensi leher, deviasi ortopedi dan
dermatologi. Ada pula pemeriksaan mallampati, yang dinilai
dari visualisasi pembukaan mulut maksimal dan posisi
protusi lidah. Pemeriksaan mallampati sangat penting untuk
menentukan kesulitan atau tidaknya dalam melakukan
intubasi. Penilaiannya yaitu:
i. Mallampati I : palatum molle, uvula, dinding
posterior
oropharynk, tonsilla palatina dan
tonsilla pharingeal
16
Macam-macam Teknik Anestesi
2. Premedikasi Anestesi
Dewasa ini dengan kemajuan teknik anestesi, tujuan
premedikasi bukan hanya untuk mempermudah induksi dan
mengurangi jumlah obat-obatan yang digunakan, tetapi terutama
17
untuk menenangkan pasien sebagai persiapan anestesi.
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi.
Adapun tujuan dari premedikasi antara lain : 1
18
c. Barbiturat, misal pentobarbital, penobarbital, sekobarbital.
d. Antikolinergik, misal atropin dan hiosin.
e. Antihistamin, misal prometazine.
f. Antasida, misal gelusil
g. H2 reseptor antagonis, misal cimetidine
Karena khasiat obat premedikasi yang berlainan tersebut,
dalam pemakaian sehari-hari dipakai kombinasi beberapa obat
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, misalnya kombinasi
narkotik, benzodiazepin, dan antikolinergik. Sebaiknya obat-obat
premedikasi dilakukan 30 menit sampai 60 menit sebelum induksi. 5
3. Obat-obatan Premedikasi1,2,3,5
Pada kasus ini digunakan obat premedikasi :
Fentanyl
Fentanyl adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x
morfin. Lebih larut lemak dibanding petidin dan menembus sawar
jaringan dengan mudah. Setelah suntikan intravena ambilan dan
distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan morfin, tetapi
fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama melewatinya.
Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidoksilasidan sisa
metabolismenya dikeluarkan lewat urin.
4. Induksi
19
Induksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai
tercapainya stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan
tahap pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau
memperdalam stadium anestesi setelah induksi.
a. Propofol
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang
berisi 10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25% glyserol.
Dosis yang dianjurkan 2,5mg/kgBB untuk induksi tanpa premedikasi.
Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,
metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun.
Keuntungan propofol karena bekerja lebih cepat dari tiopental dan
konvulsi pasca operasi yang minimal.
20
jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang rendah propofol
memiliki efek antiemetik. 3,6
b. Ketamin
5. Pemeliharaan
a. N2O-O2
Andrews (1868) menggunakan N 2O bersama-sama O2 utnuk
anestesiologi. N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau
manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara.
Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai dengan O2 minimal
25%.Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesiknya kuat,
21
sehinga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang
persalinan. Pada anestesia inhalasi jarang digunakan sendirian,
tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestesik lain seperti
halotan dan sebagainya. Pada akhir anestesia setelah N 2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga
terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk
menghindari terjadinya hipoksia difusi, berikan O 2 100% selama 5-
10 menit
b. Sevoflurane
Sevoflurane merupakan halogenasieter. Induksi dan pulih
dari anestesi lebih cepat dibadingkan dengan isofluran. Baunya
tidak menyengat dan tidak merangsang jalan nafas, sehingga
digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.
22
Atracurium besilat (tracrium)
7. Intubasi Endotrakeal
23
Suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea,
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah
dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan untuk :
8. Terapi Cairan
Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan
harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yang hilang. Terapi
cairan perioperatif bertujuan untuk :
a. Pra operasi
Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa,
muntah, penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada
ruang ketiga seperti pada ileus obstruktif, perdarahan, luka
bakar dan lain-lain. Kebutuhan cairan untuk dewasa dalam 24
jam adalah 2 ml / kg BB / jam. Setiap kenaikan suhu 10 Celcius
kebutuhan cairan bertambah 10-15 %.
b. Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi.
Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi :
24
Ringan = 4 ml / kgBB / jam.
Sedang = 6 ml / kgBB / jam
Berat = 8 ml / kgBB / jam.
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana
perdarahan kurang dari 10 % EBV maka cukup digantikan
dengan cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah yang
hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka dapat
dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan
dosis 1-2 kali darah yang hilang.
c. Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan
defisit cairan selama operasi ditambah kebutuhan sehari-hari
pasien.4,7
9. Pemulihan
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca
operasi dan anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar
atau recovery room yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca
atau anestesi. Ruang pulih sadar merupakan batu loncatan
sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan
perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca operasi
atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan
karena operasi atau pengaruh anestesinya.
No Kriteria Skor
25
.
26
PEMBAHASAN
27
B. PERMASALAHAN DARI SEGI BEDAH
1. Cito yang jika tidak segera dilakukan pembedahan, bisa
mengancam jiwa pasien
2. Kemungkinan perdarahan durante dan post operasi.
3. Iatrogenik (resiko kerusakan organ akibat pembedahan)
Dalam mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dipersiapkan jenis dan
teknik anestesi yang aman untuk operasi yang lama, juga perlu
dipersiapkan darah untuk mengatasi perdarahan.
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan yang cukup, antara lain :
28
Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi karena pada
operasi ini diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit, amnesia
dan mencegah resiko aspirasi. Teknik anestesinya semi closed
inhalasi dengan pemasangan endotrakheal tube, dan perencanaan
ini sudah tepat karena bila dengan face mask bahaya aspirasi dan
terganggunya jalan napas lebih besar
Selama operasi dipasang ET teknik cepat.
2. Premedikasi
3. Induksi
4. Maintenance
Penggunaan sevofluran hihentikan dan hanya diberi O 2 untuk
mencegah pasien tidur yang semakin dalam dan dapat
menyebabkan tekanan darah semakin turun.
5. Terapi Cairan
Untuk pemenuhan cairan pada pasien ini sudah sesuai dengan
prosedur, namun pada pasien ini perlu adanya restriksi cairan
karena pasien sedang memiliki masalah pada ginjalnya. (ARF)
29
DAFTAR PUSTAKA
30
3. Mansjoer A, Suprohaita, dkk. 2002. Ilmu Anestesi. dalam: Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 2. edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta.
4. Atkinson, R. S. dkk. A Synopsis of Anesthesiology, Tenth Edition.
P. G. Asian Economy, Singapura, 1988.
5. Edward, M., Mikhail, M. 1996. Clinical Anesthesiology, Second
Edition a Lange Medical Book.
6. Gan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi ke- 4. FKUI.
Jakarta.
31