Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH SISTEM

PERNAFASAN

Kasus
An.A (10 tahun) mengeluh tidak nyaman pada tenggorokan, Nampak sesekali
batuk, penyakit riwayat dahulu dan riwayat penyakit keluarga asma. Wheezing (-),
stridor (+), rales (+), RR = 24x/menit, N=80x/menit, anak tampak lelah.

1. Definisi
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada
jalan nafas). (Polaski : 1996).Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial
yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black :
1996).Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001). Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan
nafas tempat banyak sel (sel mast, eosinofil, dan limfosit T) memegang peranan
penting.
Dari keempat pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas.1

2. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.1
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial, yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik. Bakat alergi yang diturunkan, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentivisitas saluran
pernafasan juga bisa diturunkan.1
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan
 Masuk melalui saluran pernapasan, misalnya : debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan
 Masuk melalui mulut, misalnya :makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan
 Masuk melalui kontak dengan kulit, misalnya : perhiasan, logam dan jam
tangan.1
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma.Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.1
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati. Penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.1
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana bekerja, misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.1
5) Olah raga/ aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktivitas tersebut.1

3. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : alergi dan
psikologis. Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-
otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus, dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal.
Menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli.1
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.2
Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. 2
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.2
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen –
antibodimenyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan
patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah:2
a. Histamin
1. Kontraksi otot polos
2. Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi
edema.
3. Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa,
hidung dan mata.
b. Bradikinin
1. Kontraksi otot polos bronchus.
2. Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
3. Vasodepressor (penurunan tekanan darah).
4. Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludah.
c. Prostaglandin
1. Bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)
Skema Patofisiologi

Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi

Bronkospasme
Pelepasan
Edema mukosa
mediator
Imunresponmenjadiaktif Sekresimeningkat
humoral
inflamasi
Histamin
SRS-A
Serotonin
Kinin

Penghambat Kortikosteroid

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnea, stredor, dan
wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :1
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan. Pada pemeriksaan fisik fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
b) Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : kontraksi otot-otot
pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

5. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale yaitu :1
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:1
1. Pengobatan non farmakologik:
a. Memberikan penyuluhan.
b. Menghindari faktor pencetus.
c. Pemberian cairan.
d. Fisiotherapi.
e. Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin).
Nama obat :Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin
(bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol partikel-partikel yang sangat halus) untuk
selanjutnya dihirup.3

b. Santin (teofilin)

Nama obat :Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),


Teofilin (Amilex). Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk
suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin
(misalnya muntah atau lambungnya kering).3
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.3
d. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.3

6. Pencegahan Serangan Asma pada Anak


a) Menghindari pencetus
Cara menghindari pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan
diajarkan pada keluarga. Faktor pencetus yang sering terjadi adalah debu
rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan
mengusahakan kamar tidur anak:3
1. Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung
bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur
atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
2. Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih
baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung
es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
3. Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di
tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
b) Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga.
Olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang
anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:3
1. Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan
gerak yang mendadak
2. Bila mulai batuk-batuk, istirahat sebentar, minum air dan setelah tidak
batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
3. Ada beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat
atau menghirup aerosol terlebih dahulu.

7. Pemeriksaan Penunjang :
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:1
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
f. pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.Yaitu anti bodi Ig E yang spesifik
dalam tubuh.1
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema
paru yaitu :1
a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
( Right bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udaraselama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.1
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.1

8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.   Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.   Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3.   Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4.   Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5.   Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

9. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subjektif
 Anak A mengeluh tidak nyaman pada tenggorokan.
b. Data objektif
1. Batuk
2. Riwayat dahulu & riwayat penyakit keluarga asma.
3. Stridor (+)
4. rales (+)
5. RR = 24x/menit, normal (16-24x)
6. N = 80x/menit, normal (70-110x)
7. Anak tampak lelah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Ketidaknyamanan.4
Definisi: Perasaan kehilangan kenyamanan, kelegaan pada fisik,
psikospiritual, lingkungan, dan dimensi sosial.Ditandai dengan
keluhan tidak nyaman pada tenggorokan.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus
yang berlebihan.4
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau
penyumbatan saluran nafas.Ditandai dengan: Ketidakefektifan batuk,
perubahan bunyi nafas dengan adanya rales dan stridor.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
keperluan oksigen. 4
Definisi: insufisiensi energi yang diperlukan untuk aktifitas sehari-
hari.Ditandai dengan: Verbal melaporkan lelah.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kepiler
alveoli.4
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigen dan eliminasi
karbondioksida pada kapiler membrane alveolar.
e. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipoventilasi
Definisi: Ekspirasi tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.
f. Kecemasan berhubungan dengan Krisis Situasional (hospitalisasi)
Definisi: Perasaan gelisah atau tidak nyaman atau rasa takut yang
disebabkan perasaan berbahaya.

3. Hasil yang diharapakan5


a. Klien merasa nyaman terhadap kondisinya, terutama pada
tenggorokannya.
b. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.
c. KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara
mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang
d. Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.
e. Frekuensi nafas yang efektif dan ekspirasi dengan ventilasi yang
adekuat.
f. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu beradaptasi dalam
pengobatan.

4. Intervensi Keperawatan6
a. Gangguan ketidaknyamanan.
Intervensi:
1) Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan
Rasional: untuk mengetahui penyebab ketidaknyamanan
2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyamanan
Rasional: agar klien mampu menghindari kondisi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan.
3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional: membantu klien lebih rileks

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus


yang berlebihan
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi
Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
2) Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
Rasional: Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi
akut.
3) Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan
obat bantu.
Rasional: Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada
tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
4) Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional: Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll
Rasional: Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
6) Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi
jantung memberikan air hangat.
Rasional: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan
cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan
hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
7) Berikan obat sesuai denganindikasi bronkodilator.
Rasional: Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi mukosa.
8) Lakukan Fisio terapi dada
Rasional: Untuk mengeluarkan sekret di jalan nafas agar jalan nafas bersih
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
keperluan oksigen
Intervensi:
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan.
3) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk
kedepan meja atau bantal.
4) Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
5) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan
istirahat.

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kepiler


alveoli
Intervensi:
1) Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
Rasional: Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
2) Palpasi fremitus
Rasional: Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan
cairan/udara.
3) Awasi tanda vital dan irama jantung

g. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hipoventilasi


Intervensi:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan
dengan atelektasis dan atau nyeri dada
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4) Kolaborasi : berikan oksigen tambahan dan berikan humidifikasi tambahan
misalnya : nebulizer.
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.

h. Kecemasan berhubungan dengan Krisis Situasional (hospitalisasi)


Intervensi:
1) Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas dalam, imajinasi terbimbing
Rasional: pengalihan perhatian selama episode asma dapat menurunkan
ketakutan dan kecemasan
2) Berikan terapi bermain sesuai indikasi
Rasional: terapi bermain dapat menurunkan efek hospitalisasi dan
kecemasan
3) Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak
Rasional: menurunkan rasa takut dan kehilangan control akan dirinya
Daftar Pustaka

1. Brunner and Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2002


2. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC. 2005.
3. Wong, Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
2008.
4. Blackwell, willey. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2009-
2011. USA : NANDA International. 2009.
5. Moorhead, Sue, et all. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :
Mosby Elsevier. 2004.
6. Bulechek, Gloriria M, Howard K. Butcher, and Joanne McCloskey
dochterman. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Mosby
Elsevier. 2004.

Anda mungkin juga menyukai