Anda di halaman 1dari 2

c   

   


Meskipun ancaman terhadap Kosovo cukup besar Uni Eropa tampak mendukung
kemerdekaan Kosovo. Kecenderungan untuk bergabung dengan Uni Eropa jauh lebih
menjanjikan. Bergabung dengan Uni Eropa jauh lebih menggiurkan oleh karena proses
demokrasi akan lebih cepat berlangsung.

Secara teoritis, persoalan pengakuan terhadap suatu negara lebih ditentukan oleh motif
kepentingan politik nasional dan internasional. Tidak terkecuali untuk kasus kemerdekaan
Kosovo. Amerika Serikat, Inggris, dan negara Uni Eropa lainnya serta merta memberikan
pengakuan atas kemerdekaan Kosovo. Hal ini dapat dipahami oleh karena beberapa alasan.

Resolusi DK PBB No. 1244 10 Juni tahun 1995 menempatkan propinsi Kosovo dibawah
administrasi PBB. Tugasnya yaitu membentuk pemerintahan sementara. Kosovo dengan
status otonom yang luas, merupakan bagian dari negara Federal Yugoslavia. Tetapi tidak
pernah memperoleh kesepakatan.

Utusan khusus Sekjen PBB, Marti Ahtisaari, fasilitator Helsinski untuk Aceh juga mengalami
jalan buntu mendamaikan pemerintah Serbia dan Kosovo. Anehnya draft yang diajukan
terkait penyelesaian Kosovo bunyinya memberikan kemerdekaan dibawah supervisi Uni
Eropa dengan angkatan perang NATO. Terakhir, upaya perundingan telah dilakukan antara
Serbia dan Kosovo selama 120 hari yang di fasilitasi oleh j  
 (AS, Rusia,
Uni Eropa). Hasil perundingan gagal. Kebuntuan inilah yang menyebabkan Kosovo
mendeklarasikan kemerdekaannya pada hari Minggu, 17 Februari 2008, diserahkan untuk
diselesaikan di PBB

Motif pragmatis juga diberikan oleh AS dan Inggris, dikarenakan secara faktual Kosovo
dipandang telah memenuhi syarat sebagai negara. Kedaulatan Kosovo, secara faktual telah
memenuhi konvensi Montevideo Tahun 1938.

Kosovo sebagai negara, memiliki wilayah propinsi yang memiliki otonomi dari Serbia.
Kosovo memiliki kedaulatan teritorial yang jelas dan tetap. Jumlah penduduk sekitar 2,1 juta.
Sekitar 90 persen penduduk suku Albania dan 2/3 % penduduknya beragama
Islam.Kerjasama luar negeri jelas dengan dukungan AS dan Inggris serta negara-negara
muslim lainnya adalah bukti kemampuan tersebut.

r  
 


Sekiranya ada anggapan kemerdekaan Kosovo masih bermasalah, karena terkait dengan
kedaulatan teritorial, Yugoslavia sebagai mantan negara indah tidak berhak menistakan
Kosovo. Tuntutan untuk Ô    bagipemerintah Kosovo didasarkan fakta
wilayah berdasarkan prinsip  Ô Ôpelanggaran HAM berat pemerintah Serbia

Disatu pihak hak untuk memisahkan diri (Ô    ), dimaknai oleh pemerintah
Kosovo bukan otonomi khusus, atau menjadi negara federal. Tapi merupakan hak untuk
mendirikan pemerintahan sendiri (Ô   ). Pemerintah Kosovo tampak yakin klaim
tersebut karena sesuai dengan yang dapat menolak klaim pemerintah Serbia. Resolusi No.
1514 (XV), 14 Desember 1960, semua orang memiliki hak untuk mengatur diri sendiri (Ô 
  dengan dasar hak tersebut mereka bebas menentukan status politik, ekonomi,
sosial dan pengembangan budaya mereka. (ë  ,Ô   ë 
, 1995:308).

Di pihak lain hak untuk memisahkan diri juga didukung oleh fakta-fakta sejarah Sejak tahun
1945-1974, pengakuan atas status Kosovo sebagai propinsi otonom dari propinsi Yugoslavia
juga sangat jelas. Persoalan mulai mencapai titik temu setelah Uni Soviet menawarkan
Glasnost Perestorika tahun 1989. Negara-negara yang semula dibawah konfederasi Soviet
Rusia, Slovenia, Chekoslovakia menjadi negara merdeka. Sejak tahun 1444 sampai dengan
tahun 1448, yaitu perang Salib yang terjadi di Kosovo, antara Kaisar Otoman Turki dipimpin
oleh Sultan Murod II dengan Janos Hunjadi, Hungaria, berakhir dengan kekalahan Hungaria.
Sehingga perluasan Turki ketika itu sampai dengan perbatasan sungai Dannub (j 
      . Vol 6 1992: 970). Hal ini tidak jauh berbeda nantinya seperti
perjuangan teritorial integritas Palestina melawan Israel yang sampai saat ini masih
dirundingkan.

Hak Ô   yang segera memperoleh dukungan suatu negara lantaran negara
melanggar HAM berat. Kofi Annand dengan jelas menyatakan, kesalahan kebijakan
Slobodan Milosevic dengan kekuatan senjata sejak tahun 1998 tidaklah tepat. Pola
perlawanan masyarakat Kosovo yang semula secara damai perlahan-lahan berubah menjadi
suatu gerakan gerilya militer yang dikenal dengan Tentara Pembebasan Kosovo, j Ô
   yang diakui sebagai subyek dalam hukum Internasional

Penulis : Jawahir Thontowi SH., PHD

Direktur           Ô (CLDS), dan Dosen Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai