Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Negara di dunia hingga saat ini masih berdasarkan prospek – prospek
penelitian politiknya kepada berbagai ideologi politik yang dianut masing – masing.
Adanya ideologi politik sebagai konsentrasi utama menjadi sebab utama pula bisa
terjadi berbagai warna demokrasi di masing – masing negara yang pada umumnya
sudah menggolongkan diri sebagai nagara yang menjunjung tinggi demokrasi, tetapi
diartikan sebagai negara yang pemerintahannya dijalankan oleh rakyat.
Berbagai ideology politik digolongkan ke dalam isme – isme, antara lain
komunisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan dalam perkembangan terakhir dari
ideologi – ideologi tersebut muncullah ideologi Pancasila yang memilih pandangan
hidup yang bersifat kekeluargaan sebagai jalan lurus dari hakekat manusia yang
berpolitik ( zoon politicon ).
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD
1945 dan dikumandangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7 bersama –
sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi manipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi tegaknya kekuasaan yang terlindung dibalik legitimasi
ideologi negara, Pancasila. Pancasila yang diletakkan sebagai dasar negara direduksi,
dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa saat itu. Berdasarkan
kenyataan itu, reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi –
fungsi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dampak yang serius dari manipulasi pancasila yang dilakukan oleh penguasa
masa lampau dewasa ini banyak kalangan elit politik sebagian masyarakat
beranggapan bahwa Pancasila merupakan label pemerintahan orde baru. Dalam hal

1
ini, melahirkan pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan ideologi
Pancasila pada era reformasi yang bisa menimbulkan melemahnya kepercayaan
masyarakat terhadap Pancasila.
Bukti secara obyektif adalah hasil dari reformasi yang selama ini berjalan
belum menampakkan hasil yang dapat dinikmati rakyat, nasionalisme yang rapuh,
sehingga martabat bangsa dipandang rendah oleh masyarakat internasional. Maka
dalam hal ini perlu pengkajian ulang Pancasila, terutama dalam kaitannya untuk
mengembalikan tatanan negara kita yang porak – poranda dan berusaha secara
obyektif memandang ideologi bangsa dan membandingkannya dengan ideologi
bangsa lain dengan tujuan memahami dan mengetahui keunggulannya dalam upaya
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Republik Indonesia.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila ?
2. Bagaimana nilai – nilai Pancasila dalam sejarah dan bagaimana rumusan kesatuan
sila – silanya sebagai suatu sistem ?
3. Bagaimana kedudukan Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia?
4. Bagaimanakah ideologi dan hukum Belanda ?
3. Tujuan Pembahasan
1. Memahami pengertian dari Pancasila
2. Memahami nilai – nilai Pancasila dalam sejarah dan bagaimana rumusan kesatuan
sila – silanya sebagai suatu sistem
3. Mengerti kedudukan Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia
4. Memahami ideologi dan hukum Belanda

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PANCASILA

Secara estimologi, pancasila berasal dari bahasa sanskerta dari India. Kata ini
memiliki 2 arti, yaitu :
“panca” artinya lima
“syila” vocal i pendek yang berarti batu sendi, alas atau dasar.
“syiila” dengan vokal i panjang yang berarti peraturan tingkah laku yang
baik, yang penting atau yang senonoh.
Kata – kata tersebut dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan
dengan susila yang dihubungkan dengan moralitas. Sehingga secara estimologis
istilah Pancasila yang dimaksud adalah istilah panca syila dengan i pendek yang
berarti yang memiliki makna leksikal, yaitu “berbatu sendi lima” atau secara harfiah
“ dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah panca syiila dengan dewanagari i
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.1
Dengan masuknya budaya India ke Indonesia melalui penyebaran agama
Hindu dan Budha, maka ajaran Budhisme masuk ke dalam kepustakaan Jawa,
terutama pada zaman kerajaan Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam khazanah
kesusastraan nenek moyang kita dizaman keemasan keprabuan Hayam Wuruk dan
Gajah Mada, yang mana yterdapat dalam kitab Negara kertagama yang dikarang oleh
empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365,dalam sarga 53 bait ke 2, yang
berbunyi :
“yatnaggegwani pancasyiila kertasangskarbhisekaka krama” yang artinya
raja menjalankan dengan setia kelima pantangan (pancasila), begitu pula upacara –
upacara ibadat dan penobatan – penobatan.2

3
Secara historis, perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI
yang pertama. Saat itu dr. Radjiman Widyodiningrat mengajukan beberapa masalah,
khususnya tentang masalah yang akan dibahas dalam sidang tersebut, yaitu tentang
suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk.
Adapun secara terminologi historis proses perumusan pancasila adalah
sebagai berikut :

a. Mr. Muh. Yamin


Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam sidang BPUPKI yang pertama, Muh.
Yamin mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pemikirannya tentang dasar –
dasar Negara, dengan isi sebagai berikut :
1. peri kebangsaan
2. peri kemanusiaan
3. peri ketuhanan
4. peri kerakyatan
5. kesejahteraan rakyat
Dan beliau juga menyampaikan usulan tertulis tentang rancangan UUD –
RI, yang di dalam pembukaannya tercantum rumusan lima asas dasar Negara yang
sebagai berikut :
1 Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, di hadapan BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya
menyatakan secara lisan usulan rancangan lima asas dasar Negara Indonesia, yang
mana rumusan tersebut adalah sebagai berikut :

4
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasoinalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Nasional
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Usulan tersebut diberi nama “pancasila”, yang dikatakan oleh beliau sebagai
saran dari seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya. Dan usulan nama
tersebut diterima oleh BPUPKI.
Kemudian beliau mengusulkan bahwa kelima asas tersebut dapat diperas
menjadi trisila yang rumusannya :
1. Sosio Nasional yaitu nasionalisme dan internasionalisme
2. Sosio Demokrasi yaitu demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Adapuin trisila ini masih diperas lagi menjadi Eka Sila atau satu sila yang
intinya adalah gotong royong.
Pada tahun 1947 pidato tersebut diterbitkan dan dipublikasikan dengan judul
“lahirnya Pancasila” dan kemudian tanggal 1 Juni sempat populer sebagai hari
kelahiran Pancasila.

c. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945, PPKI mengadakan perundingan yang membahas
tentang usulan – usulan yang telah diterima oleh BPUPKI. Yang kemudian menyusun
suatu naskah piagam yang dikenal dengan nama piagam Jakarta, yang di dalamnya
memuat tentang Pancasila, sebagai hasil pertama kali yang disepakati olah sidang.
Adapun rumusan Pancasila yang termuat adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk
- pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia

5
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Secara terminologis, proklamasi Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 itu telah


melahirkan Negara Indonesia. Yang untuk melengkapi alat – alat perlengkapan
Negara sebagaimana lazimnya Negara – Negara merdeka, maka PPKI mengadakan
sidang. Yang dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil
mengesahkan UUD 1945, yang terdiri ats 2 bagian, yaitu pembukaan UUD 1945 dan
pasal – pasal UUD 1945.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 tersebut, pada alinea keempat tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan inilah yang secara konstitusional dianggap sah dan benar sebagai
dasar Negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
rakyat Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, dalam upaya
mempertahankan proklamasi dan eksistensi bangsa dan Negara Indonesia maka
terdapat pula rumusan – rumusan pancasila sebagai berikut :

a. dalam konstitusi RIS


Dalam konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 hingga 17
Agustus 1950, tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri kemanusiaan

6
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial

b. dalam UUDS 1950


Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950 hingga 5
Juli 1959, terdapat rancangan pancasila yang sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial

c. rumusan Pancasila di kalangan masyarakat


Selain rumusan pancasila yang tercantum dalam perundangan sementara
diatas, terdapat pula rumusan yang beredar di kalangan masyarakat luas, salah
satunya adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Kedilan sosial

Dari berbagai rumusan pancasila yang ada diatas, yang sah dan benar secara
konstitusi adalah rumusan pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Hal ini diperkuat dengan ketetapan no. XX/MPRS/1966 dan inpres no. 12 tanggal 13
April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan, dan rumusan pancasila
Dasar Negara Indonesia yang benar adalah adalah sebagaimana yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945.

7
_______________________________________________________________
1
Yamin, 1960 : 437
2
Slamet Mulyono, 1979 : 20

8
B. NILAI – NILAI PANCASILA DALAM SEJARAH DAN RUMUSAN
KESATUAN SILA – SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM

1. Nilai – nilai Pancasila dalam sejarah

Sebelum disyahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai – nilai
Pancasila telah telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelumbangsa Indonesia mendirikan suatu Negara. Nilai – nilai tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan untuk dijadikan dasar filsafat Indonesia. Proses perumusan
Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang – sidang BPUPKI yang pada
akhirnya disyahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Maka, untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia unuk membentuk suatu Negara yang berdasarkan suatu
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu bangsa yang
berdasarkan Pancasila. Nilai – nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila adalah
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang secara obyektif
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.
Kemudian dasar – dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa yang diantaranya dilakukan oleh para pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908 dan kemudian dicetuskan pada sumpah
pemuda pada tahun 1928.

1. Zaman Kutai
Indonesia memasuki masa sejarah pasa tahun 400 M, dengan ditemukannya
prasasti 7 yupa (tiang batu). Menurut prasasti tersebut, raja Mulawarman mengadakan
kenduri dan memberikan sedekah pada para brahmana dan kemudian para brahmana
membuat yupa tersebut sebagai tanda terima kasih pada raja yang dermawan.1
Masyarakat Kutai telah membuka sejarah bangsa Indonesia pertama kali ini

9
menampilkan nilai – nilai sosial politik dan ketuhanan dalam Negara dalam bentuk
kenduri dan sedekah pada para brahmana.

2. Zaman Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin, Indonesia terbentuk melalui 3 tahap, yaitu : pertama,
zaman Sriwijaya dibawah wangsa syailendra ( 600 – 1400 ) yang bercirikan kesatuan,
kedua, Negara kebangsaan zaman Majapahit ( 1239 – 1525 ) yang bercirikan
keprabuan. Keduanya adalah Negara kebangsaan Indonesia lama dan yang ketiga
adalah Negara kebangsaan modern yaitu Negara kebangsaan Indonesia yang merdeka
atau Negara proklamasi 17 Agustus 1945.2
Pada zaman itu, kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang disegani di Asia
Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mengumpulkan pengrajin dan pegawai
Negara sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah
untuk memasarkan barang dagangannya.3 Demikian pula dalam sistem
pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, pengurus harta benda Negara,
rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung – gedung dan
patung – patung suci, sehingga pada saat itu kerajaan kerajaan dalam menjalankan
sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan. 4
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas
agama budha yang sangat terkenal di Negara lain. Dan banyak musafir dari Negara
lain yang belajar agama budha dan bahasa sanskerta di Sriwijaya sebelum
meneruskan belajar di India.
Cita – cita tentang kesejahteraan dalam suatu Negara telah tercermin pada
kerajan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi : “marvuat vanua criwijaya siddhayatra
subhiksa” ( suatu cita – sita Negara yang adil dan makmur ).5

3. Zaman kerajaan sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
mencanangkan nilai – nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan – kerajaan lainnya di

10
Jawa Tengah, dan Jawa Timur secara bergantian. Dan refleksi puncak dari
perkembangan budaya di Jawa Tengah dalam periode ini adalah dibangunnya candi
Borobudur dan Prambanan.
Selain kerajaan – kerajaan di Jawa Tengah tersebut, di Jawa Timur muncul
kerajaan Isana pada abad IX, kerajaan Darmawangsa pada abad X dan kerajaan
Airlangga pada abad XI. Raja airlangga memiliki toleransi yang tinggi dalam
beragama, dan agama yang diakui dalam kerajaan adalah agama Budha, agama
Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai.6
Menurut prasasti kelagen, Airlangga menjalin hubungan dagang dan kerja
sama dengan Negara lain yang mencerminkan adanya nilai – nilai kemanusiaan. Dan
pada tahun 1037 Airlangga menyuruh untuk membangun tanggul untuk kepentingan
pertanian rakyat yang hal ini sesuai dengan nilai – nilai sila kelima pancasila.7

4. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mengalami masa
kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan mahapatihnya Gajah Mada
yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin armadanya. Ketika itu agama
Hindu dan Budha hidup berdampingan dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis
buku Negarakertagama ( 1365 ) yang didalamnya tertulis seloka persatuan nasional
yaitu “bhineka tunggal ika” yang bunyi lengkapnya adalah “bhineka tungggal ika tan
hana dharma mangrua” yang artinya walau berbeda tetap satu jua adanya sebab tidak
ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda.
Dan sumpah palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada pada tahun 1331 yang
berisi cita – cita mempersatukan wilayah nusantara raya sebagai berikut : “saya baru
akan berhenti puasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertahluk di bawah
kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik telah dikalahkan.”8
Selain itu dalam hubungannya dengan negara lain, Hayam Wuruk senantiasa
membangun hubungan baik dengan negara – negara lain dan dalam tata
kenegaraannya, Majapahit memiliki semacam penasihat yang bertugas memberikan

11
masukan kepada raja, hal ini sebagai nilai – nilai musyawarah mufakat yang
dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.

5. Zaman Penjajahan
Setalah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVII dan berkembanglah
agama Islam dengan pesat di Indonesia. Bersaman dengan itu berkembang pulalah
kerajaan – kerajaan Islam dan mulai berdatangan pula bangsa – bangsa asing untuk
berdagang.
Bangsa asing yang pertama kali masuk ke tanah air adalah bangsa portugis
yang tujuan awalnya adalah untuk berdagang yang kemudian menunjukkan
peranannya dalam perdagangan yang meningkat dengan mengadakan penjajahan.
Pada akhir abad ke XVI belanda datang pula ke Indonesia, dan untuk menghindari
persaingan di antara mereka sendiri,mereka mendirikan organisasi dagang yang
disebut VOC yang di kalangan rakyat Indonesia disebut kompeni.
Praktek VOC mulai kelihatan dengan adanya paksaan – paksaan sehingga
rakyat mulai melakukan perlawanan. Perlawanan terhadap penjajah yang dilakukan
bangsa Indonesia yang masih terpencar – pencar dan tanpa koordinasi tersebut
tersebut banyak mengalami kegagalan dan banyak menjatuhkan anak – anak bangsa
sebagai korban. Demikianlah Belanda menguasai Indonesia pada awalnya dan
menguasai daerah – daerah strategis dan kaya akan rempah – rempah pada abad ke
XVII dan semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan
militer.
Penghisapan mulai memuncak saat Belanda melakukan monopoli melalui
tanam paksa ( 1830 – 1870 ) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat
yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat kian menjadi saat Belanda sudah tidak peduli
lagi dengan ratap tangis rakyat, bahkan mereka semakin gigih dalam menyiksa rakyat
untuk memperkaya kekayaan Belanda.

12
6. Kebangkitan Nasional
Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan
kebangkitan dunia timur dengan kesadaran akan kekuatannya sendiri. Adapun di
Indonesia kebangkitan nasional ini dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan
Budi Utomonya ( 1908 ). Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908
inilah pelopor gerakan kebangkitan bangsa yang kemudian diikuti munculnya
gerakan – gerakan yang lainnya.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional diteruskan dengan diadakannya Sumpah
pemuda pada 28 Oktober 1928 yang isinya satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air
Indonesia. Saat itulah pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan untuk
pertama kalinya sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian diiringi dengan munculnya semboyan pergerakan bahwa kemerdekaan
Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

7. Zaman Penjajahan Jepang


Janji Belanda tentang kemerdekaan Indonesia dalam kenyataannya hanyalah
kebohongan belaka. Bahkan hingga akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940,
kemerdekaan bangsa Indonesia tidak pernah terwujud.
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “ Jepang pemimpin Asia,
Jepang saudara tua Indonesia”, akan tetapi Jepang dalam perang melawan sekutu
barat tampak terdesak. Sehingga untuk mendapatkan simpati Indonesia, Jepang
menjanjikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia kelak. Maka untuk membuktikan
janjinya tersebut, Jepang membentuk suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha – usaha kemerdekaan Indonesia yang disebut dengan BPUPKI.

a. Sidang pertama BPUPKI


Sidang ini dilaksanakan selama empat hari berturut – turut untuk menerima
usulan – usulan yang berkaitan dengan rumusan dasar filsafat Indonesia dan usulan –
usulan lainnya.

13
b. Sidang kedua BPUPKI
Sidang ini dilaksanakan pada tanggal 10 – 16 Juli 1945, yang diawali dengan
penambahan anggota BPUPKI dan pembentukan panitia kcil yang terdiri atas
Sembilan orang atau yang dikenal dengan panitia “9”. Keputusan - keputusan yang
ada dari sidang tersebut adalah :
1. dibentuknya panitia perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno
2. dibentuknya panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Moh.
Hatta
3. dibentuknya panitia pembela tanah air yang diketuai oleh Abikusno
Tjokrosoejoso

8. Proklamasi kemerdekaan dan sidang PPKI


Kemenangan Sekutu dalam perang dunia membawa hikmah bagi bangsa
Indonesia. Yaitu pembentukan PPKI sebagai pembuktian dari Jepang akan janjinya,
sehingga Ir. Sukarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon untuk
memenuhi panggilan Jenderal Besar Terauchi penguasa daerah selatan, termasuk
Indonesia. Dalam pertemuan ini, jenderal Terauchi memberikan 3 keputusan, yaitu :
1. Sukarno diangkat sebagai ketua PPKI dengan Moh. Hatta sebagai
wakilnya dan Radjiman sebagai anggota.
2. Panitia persiapan tersebut bisa mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus itu
juga.
3. Cepat tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya pada panitia
itu sendir
Berbeda dengan BPUPKI, dalam susunan kepanitiaan PPKI tidak duduk
seorangpun bangsa Jepang, demikian pula dalam kantor tata usahanya.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, maka kesempatan itu digunakan
dengan sebaik – baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia untuk
menyegerakan pelaksanaan proklamasi. Yang kemudian disepakati untuk
diselenggarakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur no. 56

14
Jakarta pada pukul 10 pagi. Dan dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh
Moh. Hatta.
a. Sidang pertama PPKI ( 18 Agustus 1945 )
hasil dari pelaksanaan sidang yang pertama tersebut adalah :
1) mengesahkan UUD 1945
2) memilih presiden dan wakil presiden yang pertama
3) menetapkan berdirinya KNIP sebagai badan musyawarah darurat.
b. Sidang kedua PPKI ( 19 Agustus 1945 )
Hasil dari pelaksanaan sidang PPKI yang kedua ini adalah :
1) tentang daerah propinsi, dengan pembagian sebagai berikut :
- Jawa Barat
- Jawa Tengah
- Jawa Timur
- Sumatera
- Borneo
- Sulawesi
- Maluku
- Sunda Kecil
2) untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti
sekarang.
3) untuk sementara waktu kedudukan kota dan geemente diteruskan seperti sekarang.
4) dibentuknya kementerian atau departemen yang terdiri dari 12 departemen.9
c. Sidang ketiga PPKI ( 20 Agustus 1945 )
hasil dari sidang yang ketiga ini adalah : dibentuknya suatu badan pengaman Negara
yang disebut BKR.
d. Sidang keempat PPKI ( 22 Agustus 1945 )
hasil dari sidang ini adalah : membahas tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia yang berkedudukan di Jakarta.

15
9 Masa setelah proklamasi kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata Indonesia
masih harus menghadapi serangan sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali
kuasa Belanda di Indonesia. Keadaan seperti inilah yang membuat keadaan Indonesia
tidak stabil demikian juga di bidang politik. Hingga diberlakukannya sistem
demikrasi liberal yang jelas – jelas menyimpang dari konstitusi Indonesia yaitu UUD
1945 dan dari Ideologis Indonesia yaitu Pancasila, yang menyebabkan jatuh
bangunnya kabinet pemerintahan di Indonesia.
Republik Indonesia Serikat ( RIS )
Sebagai hasil dari KMB,maka ratu Belanda dan wakil Indonesia
menandatangani suatu perjanjian di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.
Sebelum diadakannya perjanjian ini, Indonesia telah memiliki kedaulatan, sehingga
perjanjian tersebut bukanlah suatu penyerahan kedaulatan melainkan adalah
pemulihan kedaulatan atau penyerahan kedaulatan.
Terbentuknya NKRI
Berdirinya Negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah
sebagai suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi proklamasi
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Negara persatuan dan kesatuan.
Maka terjadilah gerakan unitaritis secara spontan dan rakyat membentuk Negara
persatuan dengan menggabungkan diri dengan Negara NKRI yang berpusat di
Yogjakarta. Maka dengan persetujuan RIS,disusunlah UUDS 1950 dan berlaku sejak
17 Agustus 1950.
Meski UUDS 1950 adalah tonggak untuk menuju cita – cita proklamasi,
pancasila dan UUD 1945, dalam pelaksanaanya masih beroriantasi pada
pemerintahan liberal sehingga isi dan jiwanya merupakan penyimpangan terhadap
Pancasila.
Dekrit Presiden
Pemilu 1955 dalam kenyataanya tidak dapat memenuhi keinginan rakyat dan
harapan – harapan mereka, yang mengakibatkan ketidak stabilan dalam bidang

16
politik, ekonomi, sosial dan hankam, sehingga pesiden mengeluarkan dekrit presiden
pada tanggal 5 Juli 1959.
Dan berdasarkan dekrit presiden tersebut, UUD 1945 berlaku hingga sekarang.10
Masa Orde Baru
Tatanan masyarakat dan pemerintah semenjak G 30 S/ PKI dikenal dengan
istilah Orde Baru, yaitu suatu tatanan yang menuntut pelaksanaan UUD 1945 dan
Pancasila yang murni dan konsekwen. Yang diawali dengan adanya beberapa aksi
yang menyiarkan tuntutan - tuntutannya yang dikenal dengan tritura. Karena orde
lama tak mampu lagi memimpin, maka panglima tertinggi memberi kuasa penuh
kepada panglima AD, yaitu jenderal Soeharto dalam bentuk “supersemar”.
Tugas pemegang supersemar sangat berat, yaitu memulihkan keamanan
dengan jalan menindak pengacau keamanan yaitu PKI dan ormas - ormasnya,serta
mengamankan menteri – menteri yang terlibat di dalamnya. 11
Demikianlah orde baru berangsur – angsur menjalankan programnya dalam
upaya melaksanakan pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.

1
. Bambang Sumadio, dkk..,1977 : 32 - 33
2.
Sekretaris Negara RI... 1995 : 11
3
. Keneth R. Hall, 1976 : 75 – 77
4
. Suwarno, 1993 : 19
5.
Sulaiman, tanpa tahun : 95
6
. Toyibin, 1997 : 26
7.
Toyibin, 1997 : 28 – 29
8.
Yamin, 1960 : 60
9
. Sekretaris Negara, 1995 : 461
10.
Mardojo, 1976 : 192
11
.Mardojo, 1978 : 200

17
2. Rumusan Kesatuan Sila – sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat
yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan kesatuan yang utuh. Dan setiap sila yang terkandung
didalamnya merupakan suatu asas sendiri yang memiliki fungsi sendiri – sendiri
namun secara keseluruhan merupakan kesatuan yang sistematis.
a. Susunan Kesatuan Sila – sila Pancasila yang Bersifat Organis
Isi sila – sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan dasar
filsafat negara Indonesia terdiri atas sila – sila yang merupakan suatu asas peradaban.
Maka Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya
adalah bahwa setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari sila – silanya yang
lain ataupun saling bertentangan. Kesatuan yang organis tersebut pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologism sebgai pendukung isi dari
sila – sila tersebut.
b. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkhi sila – sila Pancasila dalam urut – urutan luas ( kwantitas ) demikian juga
dalam hal isi sifatnya ( kwalitas ). Kalau dilihat dari intinya urut – urutan lima sila
menunjukan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan juga isi sifatnya merupakan
pengkhususan dari sila – sila di depannya.
Andai kata urut – urutan itu dipandang tidak mutlak maka antara satu sila
dengan sila yang lainnya tidak ada sangkut pautnya, maka Pancasila akan terpecah –
pecah dan tidak dapat digunakan sebagai asas kerohanian suatu negara.
Secara ontologis hakikat sila – sila Pancasila berdasarkan pada landasan
Pancasila, yaitu : Tuhan , manusia , satu , rakyat dan adil.1

18
Kesatuan sila – sila yang ‘majemuk tunggal’, ‘ hierarkhis piramidal’ juga
memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa
dalam sila yang terkandung nilai keempat sila yang lainnya atau dengan lain
perkataan dalam setiap sila pasti dikualifikasi oleh keempat sila yang lainnya.
c. Nilai – nilai Pancasila sebagai suatu sistem
Isi arti sila – sila Pancasila, pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat
Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila – sila Pancasila,
sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar
Negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi pengamalan Pancasila yang
bersifat khusus dan konkrit. Hakikat Pancasila adalah suatu nilai, adapun sebagai
dasar negara adalah merupakan norma dan aktualisasi atau pengamalannya adalah
realisasi konkrit Pancasila. Substansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat
pada ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan merupakan suatu
sistem nilai.
Prinsip – prinsip dasar tersebut telah menjelma dalam tertib sosial, tertib
masyarakat dan tertib kehidupan bangsa Indonesia yang dapat ditemukan dalam adat
– istiadat, kebudayaan dan kehidupan keagamaan bangsa Indonesia. Dengan
demikian sesuai dengan yang terkandung dalam Pancasila secara ontologis
mengandung tiga masalah pokok dalam kehidupan manusia yaitu bagaimana manusia
itu terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap dirinya sendiri dan terhadap manusia
lain dan masyarakat, maka dalam pancasila itu terkandung implikasi moral pada
substansi Pancasila yang merupakan nilai.
Nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan cita – cita, harapan, dan
dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya agar terwujud
masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja yang diupayakan
terealisasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia.

1.
Notonagoro, 1975 : 49

19
C. PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN INDONESIA

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di
Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral
maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum
negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis atau convensi.
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena
itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum
tertinggi di Indonesia.
Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pada
hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia.
Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, sesuai dengan
yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam
Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.
Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia harus
bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat
Indonesia.

20
D. BELANDA
Koninkrijk der Nederlanden
Belanda

(Bendera) (Lambang)
Motto: Je Maintiendrai
(Perancis: "Saya akan mempertahankan")

Lagu kebangsaan : Wilhelmus


Ibu kota : Amsterdam, Den Haag
52°21′ LU 04°52′ BT
Kota terbesar : Amsterdam
Bahasa resmi : Belanda, Frisia
Pemerintahan
Ratu Beatrix
Perdana Menteri Monarki konstitusional : Jan Peter Balkenende
Kemerdekaan(Dari Spanyol)
- Proklamasi 26 Juli 1581
- Diakui 30 Januari 1648
Wilayah
- Total 41.526 km² (ke-131)
- Air (%) 18,41%
Penduduk
- Perk. 2007 16.570.613 jiwa (ke-58)
- Kepadatan 395 jiwa/km² (ke-15)
Mata uang Euro (EUR) 1

SEJARAH BELANDA

21
Di bawah pemerintahan Karel V (kaisar Romawi Suci dan raja Spanyol)
kawasan ini (kini Belanda) merupakan salah satu dari 17 daerah Belanda, yaitu
daerah yang meliputi sebagian besar kawasan yang dikenal hari ini sebagai Belgia,
Luxemburg dan Utara Perancis. Selepas mendapat kemerdekaan dari Phillip II (anak
lelaki Karel V) pada 1648, Belanda menjadi sebuah negara republik yang dinamakan
Republik Tujuh Belanda Bersatu (Republiek der Zeven Provinciën). Republik ini
menjadi penguasa ekonomi dan penjelajah laut yang mahir pada abad ke 17. Zaman
ini dikenal sebagai Zaman Keemasan Belanda. Antara perusahaan-perusahaan
internasional yang berawal di sini termasuk VOC.

Belanda pernah mempunyai beberapa koloni, salah satu yang paling ternama
adalah Nederlands-Indië (yakni Indonesia) dan Suriname (nantinya dibarter dengan
Inggris untuk Nieuw Amsterdam, atau sekarang dikenal dengan New York). Koloni
ini pertama diadministrasi oleh Vereeinigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan
West-Indische Compagnie (WIC atau resminya adalah Geoctroyeerde West-Indische
Compagnie (GWIC)), keduanya adalah dua perusahaan milik pribadi. Tiga abad
kemudian, perusahaan ini mendapat kesulitan finansial dan teritori dimana mereka
beroperasi diambil alih oleh pemerintahan Belanda (pada tahun 1815 dan 1791). Pada
saat inilah daerah tersebut menjadi koloni resmi pemerintahan Belanda

Belanda masuk ke dalam Kekaisaran Perancis oleh Napoleon Bonaparte, yang


kemudian dibebaskan selepas kekalahannya. Selepas itu, Kerajaan Belanda didirikan
pada 1815 dengan meliputi kawasan yang dikenali pada hari ini sebagai Belgia dan
Luxemburg. Belgia mendapat kemerdekaan pada 1830, sedangkan Luxemburg
berpisah selepas kematian Raja Willem III. Pada abad ke-19, Belanda sudah menjadi
sebuah negara industri yang sebanding dengan negara negara tetangganya.

Pada abad ke-19. Belanda dapat dikategorikan 'lamban' dalam proses


industrialisasi jika dibandingkan oleh negara tetangganya, terutama karena
ketergantungannya terhadap infrastruktur air dan kekuatan angin. Belanda bersifat
netral semasa Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Belanda ditaklukkan oleh Nazi

22
pada Mei 1940 pada saat perang dunia ke II, dan memaksanya untuk menjadi anggota
sekutu. Belanda secara sekejap dalam masa itu untuk didominasi oleh Nazi. Lebih
dari 100000 Yahudi-Belanda dibunuh semasa itu. Perkumpulan Bersenjata Abad ke-
21 (The 21st Century Army Group) melaksanakan operasi militer yang bertujuan
untuk membebaskan Belanda setelah pertentangan oleh warga Normandy, Inggris,
Kanada, Polandia dan Amerika yang bertempur di Belanda mulai dari tahun 1944
sampai Belanda dibebaskan tahun 1945. Selepas perang, ekonomi Belanda menjadi
semakin maju dengan Belanda menjadi anggota Benelux dan Komunitas Eropa.
Belanda juga menjadi anggota NATO.

Belanda merupakan negara perintis Uni Eropa saat pendirian organisasi itu
pada 1992. 2

STATUS PERSONAL

Belanda adalah Negara yang dalam sistem jurisprudensinya menganut sistem


status personal.

Istilah status personal ( statute personalia, personal status, statut personnel3,


personalen statut, personeel statuut ) berasal dari madzhab Itali, zaman
possglassatoren dari abad 13 sampai abad 154.

Statuta personalia adalah kelompok kaidah – kaidah yang mengikuti


seseorang dimana pun dia pergi. Kaidah – kaidah seperti ini dengan demikian
memiliki lingkungan-kuasa-berlaku serta ekstra-teritorial atau universal5, tidak
terbatas pada teritoral suatu Negara.

Mengenai apa yang termasuk dalam istilah “status personal” ini tidak terdapat
kata sepakat, sejak dahulu hingga sekarang pendapat para ahli adalah berbeda
mengenai persoalan kualifikasi ini6. Pada masing – masing Negara terdapat konsepsi
yang berbeda tentang apa yang termasuk dalam bidang ini.

23
Walau terdapat perbedaan mengenai apa yang diartikan dalam istilah ini,
boleh dikatakan terdapat kata sepakat tentang inti dalam pengertiannya yakni yang
dimaksud dengannya adalah kedudukan hukum seseorang yang umumnya ditentukan
oleh kedudukan suatu Negara dan ia dianggap terikat secara permanen.

Menurut konsepsi yang luas, istilah ini diartikan:7wewenang untuk memiliki


hak – hak hukum pada umumnya, yang oleh Jerman disebut Recthsfahigkeit8, dan
dalam bahasa Prancis disebut Capacite de Joussance. Di dalamnya termasuk pula
perlindungan dari kepentingan perseorangan, seperti kehormatan, nama, dan
perusahaan dagang. Dan yang terpenting adalah termasuk pula di dalamnya masalah
keluarga.

Konsepsi ini kita saksikan antara lain dalam perjanjian – perjanjian antara
Negara – Negara barat dengan Negara – Negara timur (oriental ), dimana orang –
orang asing dikecualikan dari jurisdiksi pengadilan – pengadilan dalam soal – soal
yang termasuk hukum pribadi ( personal law ).

Perjanjian antara USA dan Persia pada tahun 1928, dimana di dalamnya
terdapat pengecualian tertentu mengenai peradilan dalam perkara – perkara yang
menyangkut status personal terhadap warga amerika yang bukan islam. Ditentukan
bahwa warga Persia di Amerika memperoleh the most favored nation mengenai
perkara - perkara status personal. Sehingga, warga Amerika non muslim di Persia
akan tetap tunduk dibawah hukum nasional mereka berkenaan dengan hal – hal yang
bersangkutan dengan hukum personal yang luas.

Personal status dalam konsepsi yang sempit, pada konsepsi luasnya dibatasi
oleh praktik hukum yang didukung oleh penulis – penulis. Menurut Battifol
jurisprudensi Prancis tidak membenarkan konsepsi yang luas seperti yang
dikehendaki oleh “doctrine personnaliste”9. Yang hanya termasuk dalam “I’etat des
personnes” ialah kaidah – kaidah yang berkenaan dengan identification, indiduelle,

24
seperti nama, domisili, nasionalitas, status perdata dan hubungan – hubungan
familinya.

Tujuan dari status ini adalah untuk memelihara “social institution”. Dari
perumusan ini tampak berbagai corak terpenting, yaitu pertama, bahwa status ini
hanya dilimpahkan Negara pada perseorangan, kedua, bahwa hal yang merupakan
kepentingan umum atau masyarakat, ketiga, bahwa status ini tidak dapat diperoleh
sesuai dengan kehendak perorangan, keempat, universalitasnya.

____________________________________________________________________

1.
http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda
2.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah Belanda
3.
Bdgk. Lerebours-Pigeonnierre-Leussouarn no. 333 dst
4.
HPI, I , 122,dst
5.
Bdgk. Graveson 194
6.
HPI, II, bab VII, 418,dst
7.
perincian menurut Rabel, I, 110
8.
Bdgk. Schnitzer,I, 269
9.
Dari 11-7 1928, Bdgk. Batiffol
Legal Essay Yntema, 295, dst.

25
BAB III

KESIMPULAN

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum Indonesia yang nilai –
nilainya sudah ada pada kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu. Dengan landasan
utamanya adalah asas kekeluargaan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam sila – sila Pancasila terdapat saling keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan
atau ditegakkan secara tunggal tanpa yang lain. Sehingga apabila salah satu silanya
tidak dijalankan, maka akan timbul suatu ketimpangan dalam kehidupan dan
pemerintahannya.

Perbedaan dengan Belanda dalam perundang – undangannya adalah Indonesia


menggunakan sistem nasionalitas sedangkan Belanda mengedepankan personal
statusnya, yang di adobsi dari perudangan Negara – Negara lain seperti Inggris,
Perancis dan Amerika.

DAFTAR PUSTAKA

26
1. DR. Kaelan M,S, Pendidikan Pancasila, Paradigma Jogjakarta
2. Melik Fajar, Ahmad, Pancasila dasar filsafat Negara
3. Pendidikan Kewarganegaraan, ICCE UIN Jakarta
4. Encyclopaedia Brittanica 2006
5. Gautama, Prof. Dr. Sudarjo, Hukum Perdata Internasional, Alumni Bandung 1995
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda

27

Anda mungkin juga menyukai