PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED/ACCELERATED INSTRUCTION (TAI)
by: Heru Wahyudi
1. Pendahuluan
Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk memiliki kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama masih banyak
kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa hasil pengamatan penulis selama menjadi guru
matematika, dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan menemui
kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari siswa yang
mengeluhkan bahwa matematika dianggapnya sebagi pelajaran yang membosankan,
menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai negatif.
Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya komponen-komponen
seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang dikembangkan untuk
meningkatkan minat siswa dalam belajar serta untuk mencapai tujuan utama pembelajaran
yaitu adanya keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu
mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya , namun semua itu belum cukup untuk
menghilangkan kesan negatif yang sudah melekat pada siswa.
Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model pembelajaran
dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran. Adanya
kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred)
masih lebih dominan dilakukan daripada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
oriented). Hal ini disebabkan adanya perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus
dipersiapkan ataupun kurangnya pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran yang
tepat untuk digunakan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal yang harus diingat
oleh guru adalah tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan
kondisi . Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan
kondisi guru itu sendiri.
Cooperative Learning sebagai salah model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai
alternatif langkah untuk mengatasi permasalahan diatas. Cooperative Learning yang memiliki
berbagai tipe sangat memungkinkan dilakukan dengan menyesuaikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut penulis sajikan Model Pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted
Individualization/Team Accelerated Instruction) dan implementasinya pada pembelajaran
matematika.
2. Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran
secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14) .
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan
positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui
aktivitas kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas
bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui
interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan
strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model
pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat
penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001) , yaitu;
(1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation, (3)Jigsaw, dan
(4) Structural Approach. Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas
rendah adalah; (1) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada
pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan Team
Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6
(setingkat TK).
2.3 Kompetensi
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif adalah (1)
pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin
ilmu tertentu, (2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, (3) kemampuan
menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang
menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan (4) softskills kemampuan berfikir kritis,
berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama.
Menurut M. Nur dkk (2000) , pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku,
agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial.
Model kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah: berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Kompetensi atau tujuan pembelajaran tersebut hanya mungkin tercapai jika kesempatan
untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti
model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.
2.4 Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah
materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta
masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan
suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal
dari berbagai mata pelajaran, seperti bahasa, masalah-masalah social ekonomi, masalah
kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah
lainnya.
Langkah 4 Membimbing
kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompokkelompok
belajar.
Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan
penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil
belajar individual dan kelompok.
Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja
dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan
sebagai berikut.
Langkah ± langkah memberi penghargaan kelompok:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai
tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok,
misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang
kita sebut nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih
nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria
berikut ini.
Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20
Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan
kelompok < 15).
Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 Rata-rata nilai
peningkatan kelompok < 20)
Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 Ratarata nilai
peningkatan kelompok < 25)
Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata
nilai peningkatan kelompok 25)
Keterangan
Nilai dasar(awal) = nilai tes awal.
Nilai Kuis/tes terkini = rata-rata nilai kuis I dan kuis II.
Nilai penghargaan kelompok = rata-rata nilai peningkatan di kelompok.
A. Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
B. Kompetensi Dasar
Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
D. Kemampuan prasyarat
» Pertemuan ke-1 dan ke-2.
1. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat segitiga dan segiempat.
2. Siswa dapat menyebutkan konsep keliling.
» Pertemuan ke-3
Siswa dapat menyebutkan rumus luas persegipanjang.
» Pertemuan ke-4
Siswa dapat menyebutkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat.
E. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. menghitung keliling segitiga dan segiempat,
2. menemukan rumus luas segitiga dan segiempat,
3. menghitung luas segitiga dan segiempat,
4. menggunakan konsep keliling dan luas segiempat dalam pemecahan masalah.
3. Kegiatan akhir.
a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara individu maupun
kelompok.
I. Penilaian
1. Penilaian hasil belajar siswa mencakup nilai proses dan nilai akhir hasil belajar.
Data nilai diperoleh dari
No Aspek Pertemuan ke-
1234
1 Pemahaman konsep ¥ ¥ ¥ ¥
2 Penalaran dan komunikasi ¥ ¥ ¥ ¥
3 Pemecahan masalah - - - ¥
4 Afektif - - - ¥
5. SIMPULAN
Teknik pembelajaran kooperatif memiliki cirri tersendiri yang membedakannya dengan
teknik pembelajaran lainnya. Teknik pembelajaran
kooperatif adalah prosedur membelajarkan siswa melalui kelompok kecil dengan melibatkan
interdependensi tugas, interdependensi ganjaran, interaksi siswa dengan sumber belajar, dan
kompetisi. Teknik pembelajaran kooperatif berbeda dengan teknik kerja kelompok atau
tekniki diskusi kelompok. Pelaksanaan teknik pembelajaran kooperatif dapat disesuaikan
dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru. Dalam melaksanakan teknik ini guru perlu
memperhatihkan prosedur dalam tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dengan mengacu
pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Pada Pembelajaran Kooperatif tipe TAI yang terjemahan bebasnya adalah Bantuan
Individual dalam Kelompok (BidaK) tanggung jawab belajar ada pada siswa. Pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih
banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa
secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Dari uraian diatas diharapkan TAI atau BidaK dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar matematia baik secara kelompok lebih-lebih secara individual.
Daftar Pustaka
? Beranda
? my PTK
? MEDIA
Heru Wahyudi
Lihat profil lengkapku
! ? e-dukasi
? SMPN 4 Jember
? > 2010 (4)
á > April (4)
Mengajar Dengan Empati
Model Pembelajaran TAI
BEHAVIORITIK
IMPLIKASI KEBUTUHAN REMAJA
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Didukung oleh Blogger.