Anda di halaman 1dari 37

Selamat Belajar Sejarah

Bekakak Saparan

Upacara Adat yang Berkaitan


dengan Kondisi Alam
Sejarah Kebudayaan Tradisional
Tradisi Masyarakat pada Masa Lampau yang
Dilaksanakan Secara Turun Temurun dan
Awalnya Hanya Sebatas Lisan Dikomunikasikan
Kepada Generasi yang Akan Datang untuk
Menanankan Nilai-Nilai yang Dianut oleh
Masyarakat pada Zaman Sebelum Dikenalnya
Budaya Menulis dan Mendokumentasikan
Suatu Budaya
Foto penyembelihan bekakak
Upacara bekakak disebut juga Saparan. Disebut
saparan sebab pelaksanaan upacara tadi harus
jatuh atau berkaitan dengan bulan sapar.
Upacara ini diadakan atas perintah P.
Mangkubumi. Mengenai kata saparan berasal
dari kata sapar dan berakhiran an. Kata sapar
identik dengan ucapan Arab Syafar yang
berarti bulan Arab yang kedua. Jadi Saparan
ialah upacara selamatan yang diadakan
disetiap bulan Sapar.
Saparan Gamping disebut juga Saparan Bekakak.
Bekakak berarti korban penyembelihan hewan
atau manusia. Bekakak pada saparan ini hanya
tiruan manusia saja, berujud boneka
pengantin dengan posisi duduk bersila yang
terbuat dari tepung ketan.
Tahap Upacara
Pelaksanaan upacara saparan gamping tersebut
diperinci dalam beberapa tahap yaitu: 
- tahap midodareni bekakak 
- tahap kirab 
- tahap Nyembelih pengantin bekakak 
- tahap sugengan Ageng.
Tujuan Upacara
Penyelenggaraan upacara saparan Gamping bertujuan
untuk menghormati arwah (roh halus) Kiai dan Nyai
Wirosuto sekeluarga. Kiai Wirosuto adalah abdi dalem
penangsong (hamba yang memayungi) Sri Sultan
Hamengku Buwana I pembawa payung kebesaran
setiap Sri Sultan Hamengku Buwana I berada dan
tidak ikut pindah waktu dari keraton (pesanggrahan)
Ambarketawang ke keraton yang baru. Bersama
keluarganya ia tetap bertempat tinggal di Gamping.
Dan dianggap sebagai cikal bakal penduduk Gamping.
Waktu Upacara
Waktu penyelenggaraan upacara Saparan
Gamping telah ditetapkan, ialah setiap hari
Jumat dalam bulan sapar antara tanggal 10-20
pada pukul 14.00 (kirab temanten bekakak).
Penyembelihan bekakak dilakukan pada pukul
16.00.
Tempat Upacara
Tempat penyelenggaraan upacara disesuaikan
dengan pelaksanaan upacara.
Persiapan Upacara
Persiapan penyelenggaraan upacara dibagi dalam dua
macam yaitu saparan bekakak dan sugengan ageng.
Persiapan untuk saparan bekakak terutama
pembuatan bekakak dari tepung ketan dan
membuat juruh, yang memakan waktu sekitar 8
jam. Pada saat pembuatan tepung diiringi gejong
lesung atau kothekan yang memiliki bermacam-
macam irama antara lain, kebogiro, thong-thongsot,
dhengthek, wayangan, kutut manggung dan lain-
lain.
Bekakak
Apabila penumbukan beras telah selesai,
kemudian dilakukan pembuatan bekakak,
gendruwo, kembang mayang, dan sajen-sajen,
di satu tempat yaitu di rumah Bapak Roesman
(panitia). Bentuk bekakak laki-laki dan
perempuan dengan bentuk pengantin pria dan
wanita pada umumnya dua pasang pengantin
bekakak dengan sepasang bergaya Solo, dan
sepasang bergaya Yogyakarta.
Pengantin Bekakak Gaya Solo
Adapun pengantin laki-laki yang bergaya Solo dihias
dengan ikat kepala ahestar berhiaskan bulu-bulu,
leher berkalung selendang merah, dan kalung
sungsun berkain bangun tulak, sabuk biru, memakai
slepe. Mengenakan keris beruntaikan bunga melati,
dan kelat bau. Sedangkan yang wanita memakai
kemben berwarna biru, berkalung selendang merah
dan kalung sungsun. Wajah dipaes, gelung diberi
bunga-bunga dan mentul, di bahu diberi kelat bahu
dan memakai subang.
Pengantin Bekakak Gaya Jogja
Adapun pengantin laki-laki yang bergaya Yogyakarta,
dihias dengan penutup kepala kuluk berwarna
merah, berkalung selendang (sluier) biru dan kalung
sungsun, sabuk biru dengan slepe, kain lereng,
berkelat bahu dan bersumping, kemben hijau,
kalung selendang biru (bangu tulak). Kekhususan
yang tidak dapat dilanggar sampai saat ini, yaitu
pelaku yang menyiapkan bahan mentahnya tetap
para wanita, sedang yang mengerjakan pembuatan
bekakak adalah para pria.
Sesaji Upacara
Sesaji upacara bekakak dibagi menjadi 3
kelompok. Dua kelompok untuk dua jali yang
masing-masing diletakkan bersama-sama
dengan pengantin bekakak. Satu kelompok
lagi diletakkan di dalam jodhang sebagai
rangkaian pelengkap sesaji upacara.
Macam Macam Sesajen
Macam-macam sesajen yang diletakkan bersama-sama
pengantin bekakak antara lain nasi gurih (wuduk) ditempatkan
dalam pengaron kecil: nasi liwet ditempatkan dalam kendhil
kecil beserta rangkaiannya daun dhadhap, daun turi, daun kara
yang direbus, telur mentah dan sambal gepeng: tumpeng
urubing dhamar, kelak kencana, pecel pitik, jangan menir, urip-
uripan lele, rindang antep, ayam panggang, ayam lembaran,
wedang kopi pahit, wedang kopi manis, jenewer, rokok/cerutu,
rujak degan, rujak dheplok, arang-arang kemanis, padi, tebu,
pedupaan, candu (impling), nangka sabrang, gecok mentah,
ulam mripat, ulam jerohan, gereh mentah.
Lanjutan Sesaji
Sesaji itu ditempatkan dalam sudhi, gelas, kemudian ditaruh di atas
jodhang antara lain sekul wajar (nasi ambeng) dengan lauk pauk: sambel
goreng waluh, tumis buncis, rempeyek, tempe garing, bergedel, entho-
entho, dan sebagainya, sekul galang lutut, sekul galang biasa, tempe
rombyong yang ditaruh dalam cething bambu, tumpeng megana,
sanggan (pisang raja setangkep), sirih sepelengkap, jenang-jenangan,
rasulan (nasi gurih), ingkung ayam, kolak, apem, randha kemul, roti
kaleng, jadah bakar, emping, klepon (golong enten-enten), tukon pasar,
sekar konyoh, kemenyan, jlupak baru, ayam hidup, kelapa, sajen-sajen
tadi ditempatkan dalam sudhi lalu semuanya diletakkan dalam lima
ancak, dua ancak diikutsertakan dalam jali dibagikan kepada mereka
yang membuat kembang mayang, bekakak dan yang menjadikan tepung
(ngglepung) sementara itu disiapkan pula burung merpati dalam sangkar.
Midodareni Bekakak:
Meskipun bekakak ini, berujud pengantin tiruan,
tetapi menurut adat perlu juga memakai
upacara midodareni. Kata midodareni bersal
dari bahasa Jawa widodari yang berarti
bidadari. Di sini terkandung makna bahwa
pada malam midodareni para bidadari turun
dari surga untuk memberi restu pada
pengantin bekakak.
Tahap Midodareni
Tahap upacara ini berlangsung pada malam hari
(kamis malam) dimulai sekitar jam 20.00. dua
buah jali berisi pengantin bekakak dan sebuah
jodhang berisi sesaji disertai sepasang suami
istri gendruwo dan wewe, semua
diberangkatkan ke balai desa Ambarketawang
dengan arak-arakan.
Urutan Barisan Arakan
Adapun urutan barisan arakan dari tempat
persiapan ke balai desa Ambarketawang
sebagai berikut : 
- barisan pembawa umbul-umbul 
- barisan peleton pengawal dari Gamping
tengah 
- joli pengantin dan jodhang 
- reyog dari Gamping kidul 
- pengiring yang lain
Lanjutan Tahap Midodareni
Kemudian semua jali dan lain-lain diserahkan kepada
Bapak kepala Desa Ambarketawang. Pada malam
midodareni itu, diadakan malam tirakatan seperti hanya
pengantin benar-benar, bertempat di pendhopo
ataupun diadakan pertunjukan hiburan wayang kulit,
uyon-uyon, reyog. Di rumah Ki Juru Permono diadakan
pula tahlilan yang dilaksanakan oleh bapak-bapak dari
kemusuk kemudian dilanjutkan dengan malam tirakatan
yang diikuti oleh penduduk sekitar. Di pesanggrahan
Ambarketawang juga diadakan tirakatan.
Kirab Pengantin Bekakak:
Tahap kirab pengantin bekakak ini merupakan
pawai atau arak-arakan yang membawa jali
pengantin bekakak ke tempat penyembelihan.
Bersama dengan ini diarak pula rangkaian
sesaji sugengan Ageng yang dibawa dari
Patran ke pesanggrahan. Juga diarak ke balai
desa terlebih dahulu.
Urutan Pawai Upacara
Adapun urut-urutan arakan/ pawai upacara tradisional saparan
bekakak sebagai berikut : 
- reyog dan jathilan dari Patran 
- sesaji sugengan Ageng 
- barisan prajurit dari Gamping tengah membawa umbul-
umbul memakai celana hitam kagok, berkain, baju lurik,
destalan, seperti prajurit Daeng. Mereka membawa seruling,
genderang dan mung-mung. 
- prajurit putri membawa perisai, pedang, mengenakan baju
berwarna-warni, celana panjang cinde dan berkain loreng. 
Lanjutan Urutan Pawai
- rombongan Demang dan kawan-kawan. Demang tersebut
mengenakan kain, baju beskap hitam, memakai selempang
kuning. 
- jagabaya berkain, baju beskap hitam, memakai serempang
merah. 
- kaum atau rois, mengenakan kain berbaju surjan memakai
serempang putih. 
- pembawa tombak berbungkus cindhe beruntaikan bunga
melati, mereka mengenakan celana hitam kagok, baju lurik,
iket wulung, berselempang cindhe. Tiga pemudi mengenakan
kain lurik ungu, baju hijau, memakai selempang merah,
masing-masing membawa tiruan landak, gemak, merpati. 
Lanjutan Urutan Pawai
- barisan pembawa tombak, memakai celana merah, baju
lurik merah, iket berwarna merah jingga. 
- peserta bapak-bapak yang berkain berbaju surjan
seragam warna merah, memakai sampur berwarna-
warni. 
- prajurit anak-anak, laki-laki perempuan membawa
jemparing (panah). 
- joli sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai
seragam hitam kagok, baju merah iket biru. 
- barisan selawatan 
- joli bekakak Gunung Kliling. 
Lanjutan Urutan Pawai
- barisan yang membawa kembang mayang, cengkir, bendhe,
tombak, dan luwuk semua dipayungi. 
- barisan berkuda 
- barisan pembawa panji-panji berwarna-warni yang
mengenakan kain, baju surjan biru muda dan iket hitam. 
- tiga pemudi membawa banyak dhalang, sawung galing,
ardawalika 
- tiga orang pemuda membawa padupaan dan bunga-bunga
diikuti pembawa alat musik genderang, seruling dan mung-
mung. 
- prajurit Gamping Lor, diikuti prajurit, putri yang membawa
panah, disusul lagi mereka yang membawa pedang panjang. 
Lanjutan Urutan Pawai
- jali sesaji (jodhang) yang dibawa oleh petugas memakai
seragam celana hitam kagok, baju merah iket biru. 
- jathilan dari patran 
- prajurit Gamping Kidul, ada yang memakai topeng buron
wana (landhak, kerbau, garuda) ada yang membawa
tombak bertrisula, tombak biasa. 
- reyog Gunung Kidul (seperti badhak merak) 
- kemudian upacara tradisional itu berangkat dari balai
desa menuju kearah bekas gung Ambarketawang, tempat
penyembelihan pertama, kemudian ke tempat
penyembelihan kedua yaitu di Gunung Kliling.
Nyembelih Pengantin Bekakak.
Apabila arak-arakan telah tiba di Gunung
Ambarketawang, maka joli pertama yang
berisi sepasang pengantin bekakak, diusung ke
arah mulut gua. Kemudian ulama (kaum)
memberi syarat agar berhenti dan memanjat
doa.
Lanjutan Tahap Penyembelihan
Selesai pembacaan doa, boneka ketan sepasang
pengantin itu disembelih dan dipotong-potong
dibagikan kepada para pengunjung demikian
pula sesaji yang lain. Arak-arakan kemudia
dilanjutkan menuju Gunung Kliling untuk
mengadakan upacara penyembelihan
pengantin bekakak yang kedua dan
pembagian potongan bekakak yang kedua
kepada para pengunjung.
Lanjutan Tahap Penyembelihan
Adapun jodhang yang berisi sajen selamatan
dibagikan kepada petugas di tempat
penyembelihan terakhir.
Sugengan Ageng.
Sugengan Ageng yang dilaksanakan di Pesanggrahan
Ambarketawang ini dipimpin oleh Ki Juru Permana
pada hari tersebut. Pesanggrahan telah dihiasi janur
(tarub) dan sekelilingnya diberi hiasan kain
berwarna hijau dan kuning. Sesaji Sugengan Ageng
yang dibawa dari patran, berujud jodhang, jali
kembang mayang, kelapa gadhing (cengkir), air
amerta, bokor tempat sibar-sibar, pusaka-pusaka,
dan payung agung telah diatur dengan rapi di
tempat masing-masing.
Penutup Upacara
Upacara ini dilaksanakan di Gunung Kliling selesai. Pertama-tama
pembakaran kemenyan, lalu dilanjutkan oleh Ki Juru Permana
membuka upacara tadi dengan mengikrarkan adanya Sugengan
Ageng tersebut, dilanjutkan pembacaan doa dalam bahasa
Arab. Setelah selesai maka dilepaskannya sepasang burung
merpati putih oleh Ki Juru permana. Pelepasan burung merpati
ini disertai tepuk tangan para hadirin yang menyaksikannya.
Kemudian dilakukan pembagian sesaji Sugengan Ageng yang
berada dalam joli rahmat Allah kepada semua yang hadir,
terutama makanan tawonan kegemaran Sultan Hamengku
Buwana I. Dengan selesainya pembagian sesaji yang
dilaksanakan, di pesanggrahan Ambarketawang.
Arakan Bekakak
Gunungan Bekakak
Bekakak Genderuwo
Penyembelihan Pengantin Bekakak
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai