Anda di halaman 1dari 1

Trafo yang digunakan adalah trafo CT.

Yaitu trafo yang dapat menghasilkan keluaran tegangan


berupa tegangan (+), dan (-).

Arus AC yang masuk ke trafo sebesar 220 volt . Di dalam trafo ada lilitan diubahlah menjadi CT
sebagai 0 nya. Pemakaian trafo CT diperuntukkan untuk menghasilkan keluaran minus (-).

Arus yang masuk ke trafo berupa arus AC yang masih berarus kuat. Dan keluaran dari trafo
diubah menjadi AC yang berarus lebih kecil. Masuklah arus tersebut ke dioda bridge yang
berfungsi sebagai pengubah arus AC menjadi arus DC. Arus yang keluar dari dioda bridge masih
berupa arus DC yang belum sempurna. Sehingga dipasanglah kapasitor sebagai penyaring
(filter) arus DC agar lebih sempurna. Setelah dari kapasitor, dipasanglah IC regulator yang
berfungsi sama dengan dioda zener yaitu berfungsi sebagai penstabil keluaran. Tetapi dalam
rangkaian ini digunakan IC regulator, karena beberapa alasan yaitu karena pada zener keluaran
yang dikeluarkan berupa arus yang belum bulat seperti 3,3 v, sedangkan dalam IC regulator
keluarannya sudah bulat tergantung IC yang digunakan. Dan digunakan IC disini karena
keluaran IC dapat mengeluarkan keluaran berupa tegangan minus (-).

Dari IC regulator dipasanglah lagi kapasitor. Fungsi dipasangnya beberapa kapasitor yaitu
untuk penyaringan agar arus DC yang dikelurkan berupa gelombang murni. Sehingga pada saat
diukur menggunakan osiloskop gelombangnya benar-benar lurus sama dengan gelombang
baterai. Dan tidak akan terjadi mati hidup rangkaian.

Keluaran minus pada rangkaian ini digunakan karena pada suatu peralatan diperlukan
tegangan minus(-).

Kalau kita ukur keluaran keluaran +12 - 0 hasilnya akan 5 volt. Sebaliknya jika kita ukur
keluaran dari (-12) – 0 hasilnya akan menjadi (-5) volt. Tetapi jika kita ukur dari +12 – (-12)
hasilnya akan 10 volt.

Dipasang resistor sebagai penahan arus sebelum menuju ke indikator cahaya. Agar tegangan
yang masuk ke LED tidak terlalu besar. Sesuai yang diperlukan LED untuk mengeluarkan
cahaya.

Anda mungkin juga menyukai