Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Kurikulum

Hingga dewasa ini, definisi kurikulum yang dikemukakan orang banyak sekali , dan antara satu
definisi dengan definisi yang lain tidak sama. Walaupun demikian, terdapat dalam studi kurikulum
yang telah dilakukan oleh banyak ahli menunjukan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari
dua segi yang berbeda, yakni tinjauan menurut menurut pandangan lama dan tinjauan menurut
pandangan baru.

Pengertian kurikulum menurut pandangan lama atau pandangan tradisional merumuskan


bahwa : adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.
Definisi-definisi kurikulum yang bersifat tradisional biasanya masih menampakkan adanya
kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk menyampaikan mata palajaran kepada
anak didik yang biasanya berisi kebudayaan (hasil budi daya) masa lampau atau sejumlah ilmu
pengetahuan. Anak yang berhasil melewati tahap ini berhak untuk memperoleh ijazah. Kebudayaan
atau sejumlah ilmu pengetahuan yang akan disampaikan tersebut bersumber pada buku-buku yang
baik atau dianggap bermutu, sehingga kurikulumterutama dalam hal tujuan intruksional dan
pemilihan bahan pengajaran lebih banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh buku-buku tersebut.
Dihubungakan dengan kebutuhan pengalaman anak yang diharapkan terpenuhi melalui kegiatan
belajar mengajar disekolah, ternyata hal tersebut kurang menguntungkan karena membatasi
pangalaman anak dalam proses belajar mengajar di kelas saja dan kurang memperhatikan
pengalaman-pengalaman lain yang diperoleh diluar kelasa. Kurikulum yang seperti ini atau dikenal
dengan Subjek Centered Curiculum, yaitu kurikulum yang perpusast pada materi pelajaran dan
hanya menekankan aspek intelektual saja dan mengabaikan aspek-aspek yang lain yang juga sangat
berpengaruh dalam perkembangan kejiwaan siswa.

Sejalan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat, mulai ditinggalkan orang
karena dianggap terlalu sempit dan terbatas dan orang mulai mencari penemuan-penemuan baru.
Seperti yang dikemukakan oleh David Pratt dalam Curiculum, Design and Development (1980 ; 4)
mendefinisikan kurikulum secara sederhana, yaitu sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal
atau pusat-pusat latihan. Selanjutnya ia membuat implikasi secara lebih eksplisit tentang definisi
yang dikemukakannnya tersebut menjadi enam hal , yaitu

1. Kurikulum adalah suatu rencana, ia mungkin hanya berupa perencanaan (mental) saja, tapi
pada umumnya diwujudkan dalam bentuk tulisan;
2. Kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan atau rancangan kegiatan;
3. Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah apa yang harus dikembangkan pada
diri siswa, evaluasi untuk menafsirkan hasil belajar, bahan dan peralatan yang dipergunakan,
kualitas guru yang dituntut, dan sebagainya;
4. Kurikulum melibatkan maksud atau pendidikan formal, maka ia sengaja mempromosikan
belajar dan menolak sifat ngambang, tanpa rencana atau kegiatan tanpa belajar;
5. Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum menyatukan berbagai komponen
seperti tujuan, isi, sistem penilaian dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Atau dengan
kata lain, kurikulum adalah sebuah sistem ;
6. Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman yang terjadi jika
suatu hal dilalaikan .
Kemudian menurut Romine (1954). Yang juga dapat digolongkan sebagai pendapat baru
yaitu : “ Curiculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and
experiences which pupils have under directions of the school, whether in the classroom or
not “.

Implikasi dari perumusan ini adalah :

1. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, oleh karena kurikulum bukan saja terdiri dari
matapelajaan ( courses ) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi
tanggung jawab sekolah ;
2. Kegiatan-kegiatan diluar kelas (yang dikenal dengan kegiatan ekstra kurikuler ) sudah
tercakup dalam pengertian kurikulum. Jadi tidak ada pemisahan antara ekstra dan intra
kurikulum.
3. Pelaksanaan kurikulum tidak dibatasi hanya kepada keempat dinding kelas saja, melainkan
dilaksanakan baik didalam maupun diluar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai ;
4. Sistem penyampaian yang dilakukan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau
pengalaman yang akan disampaikan.

2. Perbedaan kurikulum dalam pandangan klasik dan modern

Dari berbagai pengertian diatas, baik kurikulum lama (tradisional) maupun kurikulum modern maka
dapat kita bedakan sebagai berikut :

1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, yang mana guru mengajarkan pengalaman
sebelumnya, sedangkan kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang sebagai persiapan
untuk masa yang akan datang, pengajaran berdasarkan unit atau topik dari kehidupan
masyarakat dan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa ;

2. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan perkembangan


segi pengetahuan akademik dan ketrampilan, belajar lebih ditekankan pada unsur
mengingat dan latihan-latihan belaka, sedangkan kurikulum baru bertujuan untuk
mengembangkan keseluruhan pribadi siswa, belajar bertujuan untuk mampu hidup didalam
masyarakat ;

3. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah-pisah. Kadang-
kadang memang dilakukan semacam korelasi, tetapi korelasi itu hanya dilakukan diantara
unsur-unsur tertentu saja diantara beberapa mata pelajaran, sedangkan kurikulum baru
disusun berdasarkan masalah atau topik dimana siswa belajar dengan mengalami sendiri ,
merupakan suatu proses dalam memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dengan
menggunakan matapelajaran . Karena itu kurikulum disusun dalam bentuk bidang studi yang
luas yang diintegrasi dari semua matapelajaran;

4. Kurikulum lama semata-mata didasarkan pada buku pelajaran (texbook) sebagai sumber
bahan dalam mengajarkan matapelajaran, sedangkan kurikulum baru bertitik tolak pada
masalah kehidupan, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat dan kebutuhan
individu . Bahkan sumber yang paling luas adalah masyarakat itu sendiri.

5. Kurikulum lama dikembangkan oleh guru-guru secara perorangan, mereka yang menentukan
bahan dan pengalaman yang akan diajarkan dan mereka pula yang menentukan sumber
bahan , sedangkan kurikulum baru dikembangkan oleh team guru bersama-sama atau oleh
suatu departemen tertentu. Setiap guru terikat pada konsep yang telah disusun oleh team
atau oleh departemen dengan tidak mengurangi kebebasan guru untuk mengadakan
beberapa penyesuaian dalam batas-batas tertentu.

3. Fungsi Kurikulum

1. Fungsi Penyesuaian.
Individu hidup dalam lingkungan yang mana individu tersebut harus mampu menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Lingkungan senantiasa berubah, bersifat
dinamis, maka individu-individu harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri secara
dinamis. Dan dibalik itu lingkungan juga disesuaikan dengan kondisi perorangan.

2. Fungsi Pengintegrasian.
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi . oleh karena pribadi itu
sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan / pengintegrasian dalam masyarakat.

3. Fungsi Deferensiasi.
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam
masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat. Akan tetapi tidak berarti bahwa dengan adanya deferensiasi kita mengabaikan
solidaritas sosial , melainkan deferensiasi itu sendiri juga untuk menghindarkan terjadinya
stagnasi sosial.

4. Fungsi Persiapan.
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
suatu jangkauan yang jauh. Mempersiapkan keampuan untuk belajar lebih lanjut ini sangat
diperlukan mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan oleh
siswa atau memberikan semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi Pemilihan.
Antara keperbedaan (deferensiasi) dengan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang erat
sekali hubungannya . pengakuan atas keperbedaan berarti pula diberikannya kesempatan
bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik minatnya. Kedua hal
tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokrasi . untuk
mengembangkan kemapuan-kemampuan tersebut , maka kurikulum perlu disusun secara
luas dan bersifat fleksibel atau luwes.

6. Fungsi Diagnostik.
Salah satu segi pelayanan pendidikan ialah membantu dan mengarahkan para siswa agar
mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimilikinya. Ini dapat dilakukan apabila mereka menyadari semua kelemahan
dan kekuatan yang dimilikinya. Sehingga selanjutnya dia sendiri yang memperbaiki
kelemahan itu dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi yang demikian ini
merupakan salah satu fungsi kurikulum dalam mengdiagnosa dan membimbing para siswa
agar dapat berkembang secara optimal.

Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan oleh kurikulum secara keseluruhan. Fungsi-fungsi itu


memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan para siswa sejalan dengan arah
dari filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institusi pendidikan yang
bersangkutan

4. Peranan Kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis menggemban
peranan yang sangat penting bagi pendidikan para siswa. Disini kita dapat menentukan 3 (tiga) jenis
peranan kurikulum yang dinilai sangat penting yaitu (1). Peranan konservatif ; (2). Peranan Kritis atau
Evaluatif, (3). Peranan Kreatif. Ketiga peranan ini sama pentingnya dan diantara ketiganya perlu
dilaksanakan secara berkesinambungan.

1. Peranan Konservatif.
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransformasikan dan mentransmisikan
warisan sosial (kebudayaan) kepada generasi muda. Dengan demikian sekolah sebagai suatu
lembaga sosial dapat membina tingkah laku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di
masyarakat. Dan juga karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi untuk
menjembatani antara siswa dengan orang dewasa didalam suatu proses pembudayaan yang
semakin berkembang. Karena adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya
kurikulum itu berorientasi pada masa lampau , namun demikian peranan ini sangat
mendasar sifatnya.

2. Peranan Kritis atau Evaluatif.


Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada , melainkan juga menilai, memilih kebudayaan yang akan diwariskan.
Dalam hal ini , kurikulum harus turut aktif berpartisifasi dalam kontrol sosial dan
menekankan pada unsur-unsur berpikir kritis. Nilai-nilai yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa mendatang dihilangkan atau dimodifikasikan, dengan demikian kurikulum
perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

3. Peranan Kreatif.
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu
yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam
masyarakat. Guna membantu semua individu dalam mengebangkan semua potensi yang ada
padanya maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan
dan ketrampilan yang baru, dalam arti yang memberi manfaat dalam masyarakat.

Ketiga peranan tersebut berjalan secara seimbang, dalam arti terdapat keharmonisan diantara
ketiganya. Dengan demikian kurikulum akan dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam
membawa para siswa menuju kebudayaan masa depan.

Kelompok 7

Anda mungkin juga menyukai