Malaria berat
DHF / DSS
Syok septic
Dr. Zaitul Wardana, Sp.PD
KEGAWATAN PADA MALARIA BERAT
Dibutuhkan obat dengan daya bunuh parasit yang cepat dan bertahan lama dalam darah
Dipilih obat dengan pemberian parenteral dengan efek cepat, kurang menimbulkan komplikasi dan resistensi
Jenis obat tergantung :
o daerah dengan keadaan resistensi yang ada
o Institusi dan fasilitas yang ada
Prinsip penanganan:
o Suportif
o Spesifik: anti malaria
o Komplikasi
Suportif:
Spesifik
o Derivat artemisinin
Obat baru (dari Qinghaosu)
Efektifitas tinggi terhadap strain multi resisten
Daya bunuh parasit cepat dan menetap
Memberikan perbaikan klinis yang cepat
Menurunkan gametosit
Bekerja pada semua bentuk parasit
Untuk pemakaian monoterapi perlu lama pengobatan 7 hari
Kurang efek samping obat
Pengobatan Malaria Berat: Antimalaria
Artemisin
Artemeter :
o Hari I : 3,2mg/kgBB/12jam (2 x
1,6mg/kgBB/12jam;im)
o Hari II – IV : 1,6mg/kgBB/hari/im
Artesunate :
o Dosis awal : 2,4mg/kgBB/iv → jam ke 0
o Diikuti : 2,4mg/kgBB/iv → jam ke 12 & 24
o Selanjutnya : 2,4mg/kgBB/hr/iv s/d hr ke 7
Kina HCl
Kina HCl 25% dengan dosis 10mg/kgBB (500mg) dilarutkan dalam 250-500cc Dextrose 5% :
o Diberikan dalam 4 jam dan diulang setiap 8 jam atau
o Diberikan dalam 8 jam dan diulang setiap 8 jam
Bila sadar dan dapat minum obat dilanjutkan dgn tab kina dgn dosis 10mg/kgBB/setiap 8jam, kombinasi dengan
tetrasiklin/ doksisiklin/ klindamisin
Total pemberian kina: iv + oral = 7 hari
Segera diganti dengan pemberian peroral jika pasien sudah sadar dan dapat minum, dosis 3x10 mg/kg sampai hari ke 7
Efek samping:
o Hipoglikemi
o Aritmia à fatal
o Hipotensi
o Tuli,
o pusing,
o tinitus
o dizziness
Klorokuin
a) iv :
o Loading dose 10mg/kgBB dalam 500cc NaCl 0.9% dalam 8jam.
o Selanjutnya 5mg/kgBB selama 8jam → 3kali
b) im :
o 3.5mg/kgBB Klorokuin basa setiap 6jam atau
o 2.5mg/kgBB Klorokuin basa setiap 4jam
Komplikasi
Hipoglikemi
o 25-50cc Dextrose 40% iv → dilanjutkan dengan infus dextrose 10% 4-6jam/kolf.
o Jaga intake makanan (NGT)
Gagal Ginjal Akut
o Jaga keseimbangan cairan & elektrolit
o Diuretika
o Dialisa, bila ada indikasi. Dialisa dini memperbaiki prognosis
Edema paru/ARDS
o Jaga keseimbangan cairan (infus maks.1500cc/24jam)
o Ventilator
Kriteria klinis
o Demam tinggi, akut
o Manifestasi perdarahan (minimal RL +)
o Hepatomegali
o Syok
Kriteria laboratorium
o Trombositopenia (<100.000/mm3)
o Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20% dari rata-rata usia, jenis kelamin dan populasi)
--------------------------------------------------------------------------
PATOGENESIS DBD/DSS
PATOFISIOLOGI DBD/DSS
PATOLOGI DBD/DSS
1. “Vaskulitis” : perdarahan perivaskuler, infiltrasi limfosit dan mononuklear, penumpukan komplemen serum,
immunoglobulin dan fibrinogen.
2. Hiperplasia dan nekrosis : kelenjar limfe, limpa, hati, dan henti pematangan megakariosit.
3. Efusi serosa mengandung protein tinggi.
4. Makroskopis : perdarahan petekiae, ekimosis, efusi pleura dan peritoneum
definisi
Systemic inflamatory respons syndrome (SIRS) à respon tubuh thd inflamasi sitemik,t.d: > 2
o Suhu > 38 0 C atau < 36 0 C
o Frekuensi jantung >90 x/mnt
o Frekuensi nafas > 20 x/mnt atau Pa CO 2 < 32 mmHg
o Leukosit darah > 12000/mm3, atau <4000/mm3 atau batang > 10%
Sepsis à keadaan klinis yang berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi SIRS
Sepsis beratà sepsis yang disertai disfungsi organ,hipoperfusi atau hipotensi, termasuk asidosis laktat,oliguria dan
penurunan kesadaran
Sepsis dengan hipotensi à sepsis dengan tek.sistolik < 90 mmHg atau penurunan tek.sistolik > 40 mmHg dan tidak
ditemukan penyebab hipotensi lain
Renjatan sepsis à sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberi resusitasi cairan secara adekuat atau memerlukan
vasopresor untuk mempertahankan tensi dan perfusi organ
etiologi
Terbanyak : infeksi bakteri gram (-) à merangsang sel immun melepaskan mediator inflamasi
o Produk yang berperan terpenting : lipopolisacharida (LPS) dan endotoksin
o LPS merangsang peradangan jaringan, demam dan syok : LPS tdk punya efek toksik tp merangsang
pengeluaran mediator inflamasi: TNF, IL -1. IL-6 dan IL-8
Bakteri gram (+)
Jamur oportunistik
Virus (dengue dan herpes)
Protozoa (P.faciparum)
patofisiologi
Gejala klinik
Tidak spesifik, didahului oleh tanda-tanda nonspesifik: demam, menggigil dan geja;la konstitusi: lelah,malaise, bingung,
gelisah
Fokus infeksi paling sering: paru, traktus digestivus, traktus urinarius, kulit,jaringan lunak dan SSP
Gejala akan lebir berat pada usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama dan pasien dengan
granulositopeni
penatalaksanaan
Resusitasi
Eliminasi sumber infeksi
Terapi antimikroba
Terapi suportif
o Oksigenisasi
o Terapi cairan
o Vasopresor dan inotropik
o Bikarbonat
o Disfungsi ginjal
o Nutrisi
o Kontrol gula darah
o Gangguan koagulasi
o Kortikosteroid
Modifikasi respon inflamasi
Endotoksin dihasilkan krn kematian organisme gram (-) à AB biasa mungkin menyebabkan eksaserbasi respon inflamasi
thd mikroorganisme à lisis à jumlah endotoksin yng lepas meningkat
Akibatnya kontak endotoksin dng sel yng memproduksi sitokin à produksi IL-1,TNF dan IL-8
Shg AB yng berpengaruh thd proses imunologis dpt memberikan harapan à phosphomycin dan clarythromycin
Bila dapat dilakukan inhibisi terhadap aktifitas sitokin à survival meningkat
Pemakaian ibuprofen yang menekan metabolit thromboxan A2 akan mengurangi suhu,denyut jantung,ventilasi dan
asidosis laktat
Resusitasi cairan
Penggunaan vasopresor