Anda di halaman 1dari 3

Landasan Hukum

Secara yuridis, hukum asuransi di Indonesia tertuang dalam beberapa produk hukum seperti
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri Keuangan, di antaranya sebagai
berikut.

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.


2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
4. KMK No.426/KMK/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
5. KMK No.425/KMK/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Penunjang Usaha Asuransi.
6. KMK No.423/KMK/2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian.

Definisi

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, pihak penanggung
mengambil alih suatu risiko dari pihak tertanggung. Pengalihan risiko tersebut meliputi
kemungkinan kerugian material dialami tertanggung akibat suatu peristiwa yang mungkin atau
belum pasti akan terjadi.

Perjanjian asuransi adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang
dilindungi, premi yang harus dibayar oleh tertanggung kepada penanggung sebagai jasa
pengalihan risiko tersebut, serta besarnya dana yang bisa diklaim di masa depan, termasuk biaya
administratif dan keuntungan.

Objek pertanggungan dalam perjanjian asuransi bisa berupa benda dan jasa, jiwa dan raga,
kesehatan, tanggung jawab hukum, serta berbagai kepentingan lain yang mungkin hilang, rusak,
atau berkurang nilainya.

Dengan kata lain, unsur-unsur dalam sebuah perjanjian asuransi meliputi hal-hal berikut.

1. Subjek hukum, yaitu pihak penanggung dan tertanggung.


2. Substansi hukum berupa mengalihan risiko.
3. Objek pertanggungan, berupa benda atau kepentingan yang melekat padanya yang bisa
dinilai dengan uang.
4. Adanya peristiwa tidak tentu yang mungkin terjadi (evenement).

Sebuah perjanjian asuransi dikatakan sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang saling mengikatkan diri.


2. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Adanya hal tertentu yang menjadi sebab yang halal.
Premi dan Polis

Dalam hukum asuransi, dikenal kata premi dan polis. Berikut ini adalah penjelasannya.

Premi adalah suatu prestasi yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung atas jasanya
mengambil alih risiko. Premi adalah kewajiban pokok yang harus dipenuhi oleh tertanggung dan
bisa dianggap sebagai imbalan atas jasa penanggung.

Perjanjian pengalihan risiko dalam hukum asuransi harus dibuat secara tertulis dalam sebuah
akta tertentu yang menjelaskan tentang unsur-unsur perjanjian tersebut. Akta ini disebut polis
dan digunakan sebagai alat bukti perjanjian pertanggungan. Dalam hukum asuransi, polis dibuat
oleh pihak tertanggung.

Risiko dan Evenement

Risiko yang dialihkan dari tertanggung kepada penanggung, dalam arti asuransi adalah berupa
kemungkinan terjadinya kerugian, serta batalnya sebagian atau keseluruhan keuntungan yang
diharapkan, yang diakibatkan oleh suatu kejadian luar biasa yang tidak terprediksi, di luar
kekuasaan manusia.

Peristiwa tidak terduga itu disebut evenement, sebuah peristiwa tidak terduga yang menurut
pengalaman normal tidak bisa dipastikan akan terjadi. Kalaupun peristiwa tersebut bisa
dipastikan terjadi, kematian misalnya, waktunya tidak bisa dipastikan. Peristiwa tersebut juga
berupa sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Jika terjadi, akan menimbulkan kerugian atau
membatalkan keuntungan.

Dalam menghitung risiko yang ditanggungkan, perusahaan asuransi menerapkan ilmu aktuaria
yang menggunakan matematika, terutama statistika dan probabilitas.

Prinsip Dasar Asuransi

Terdapat 6 prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam asuransi.

1. Insurable interest, hak pertanggungan yang timbul dari sebuah hubungan keuangan, yang
diakui secara hukum.
2. Utmost good faith, mengungkapkan secara lengkap mengenai sesuatu yang
dipertanggungkan. Dalam hal ini, kedua belah pihak harus jujur menjelaskan mengenai
kondisi objek dan luasnya pertanggungan.
3. Proximate cause, adanya kejadian yang menyebabkan kerugian tanpa adanya intervensi
atas kejadian tersebut.
4. Indemnity, kompensasi finansial yang disediakan penanggung untuk mengembalikan
tertanggung pada posisi finansial sesaat sebelum sebuah kejadian enverement terjadi.
5. Subrogation, hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung.
6. Contribution, hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya dalam bentuk kerja
sama atau gotong royong.
Manfaat Asuransi

Berikut ini adalah beberapa manfaat asuransi.

1. Jaminan perlindungan atas risiko kerugian tidak terduga.


2. Efisiensi dalam pengamanan dan pengawasan terhadap suatu barang atau objek.
3. Biaya premi relatif kecil untuk menghindari suatu potensi risiko yang tidak terduga.
4. Berdampak pada pemerataan biaya, dari sesuatu yang tak terprediksi menjadi biaya yang
jumlahnya tertentu.
5. Dalam kaitannya dengan hubungan bisnis, asuransi yang dimiliki pihak tertanggung
memberi kepercayaan kepada pihak ketiga untuk menjalin hubungan bisnis, misalnya
peminjaman uang, kredit, sewa beli, dan sebagainya.
6. Untuk asuransi jiwa, premi bisa dinilai sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar
tertanggung akan dikembalikan oleh perusahaan asuransi dalam jumlah yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai