Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam negara demokrasi, seluruh rakyat bebas menjalankan
kehidupan masing-masing sesuai aturan yang dibuat bersama. Tidak ada
halangan untuk hidup bersama secara dinamis, di sela-sela persaingan dan
kerja sama. Persaingan untuk memperebutkan kepemimpinan berlangsung
lewat pemilihan umum, tanpa kekerasan. Menyatakan pendapat dan berdebat
dapat berlangsung bebas tanpa hambatan karena memiliki arti penting bagi
proses demokrasi. Cara ini bukan hanya memberikan pencerahan kepada
rakyat, tetapi juga perlu sebagai katup pengaman bila ketegangan politik
meningkat, dengan demikian dapat mencegah gejolak politik lebih besar
Banyaknya kontestan dalam Pemilu menunjukkan keragaman
keinginan rakyat untuk menyalurkan aspirasi masing-masing. Semakin
banyak partai tentu situasi bertambah rumit karena mempersulit rakyat
membuat pilihan. Tapi itu masih lebih baik dibandingkan dengan di negara
totaliter atau feodalistis yang sama sekali tidak memberikan chance
(kesempatan) kepada rakyat untuk membuat pilihan. Negara totaliter yang
hanya memiliki satu partai politik tidak bisa disebut memiliki sistem
kepartaian karena esensi sistem kepartaian adalah kompetisi (persaingan).
Tanpa ada persaingan, para pemimpin negara bisa menjalankan kebijakan
tanpa pengawasan yang lain. Ini yang seyogianya tidak dilegalkan di negara
demokrasi.

1.2 Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki beberapa
tujuan, diantaranya :
1. Mengetahui fungsi warga bukan sekedar objek milik negara;
2. Mengetahui hubungan timbal balik antara negara dan warga negara yang
menimbulkan hak dan kewajiban;
3. Mengetahui kewajiban anggota DPR kepada rakyat sebagai wakil rakyat
di parlemen; serta
4. Mengetahui peranan wakil rakyat dalam memenuhi hak warga
negaranya.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Rencana pembangunan gedung DPR baru menuai banyak kritikan dari
berbagai kalangan;
2. Menggelikan dan menyakitkan hati apa yang telah dipertontonkan para
pimpinan DPR yang dinahkodai oleh Marzuki Alie dan anggota DPR
pendukung pembangunan gedung baru DPR yang sebagian berasal dari
Partai Demokrat yang mengaku sangat menjunjung tinggi demokrasi.
Namun anehnya yang dipertontonkan justru sikap sebaliknya dengan
ngotot-nya MA dkk untuk membangun gedung baru DPR;
3. Para anggota DPR pendukung pembangunan gedung baru lupa bahwa
Negara ini merdeka karena perjuangan rakyat bukan perjuangan
segelintir elit, mereka kelihatannya mengalami “lupa diri” dengan tidak
mau belajar dari kesalahan pemerintahan ORBA dibawah Soeharto yang
telah berkuasa 32 tahun lamanya yang ternyata mampu ditumbangkan
oleh people power.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bangsa dan Negara


Bangsa adalah orang-orang yang memilikin kesamaan asal
keturunan, adat, dan sejarah, serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah
kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua, Depdikbud, hlm. 89). Dengan demikian, bangsa Indonesia adalah
sekolompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan
menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu
wilayah : Nusantara/Indonesia.
Banyak para ahli memberikan difinisi tentang negara, tetapi
syarat dan pengertiannya mencakup elemen berikut :
a. Penduduk, yaitu semua orang yang berdomisili dan menyatakan diri
ingin bersatu.
b. Wilayah, yaitu batas teritorial yang jelas atas darat, laut, serta udara di
atasnya.
c. Pemerintah, yaitu organisasi utama yang bertindak menyelenggarakan
kekuasaan, fungsi-fungsi, dan kebijakan dalam mencapai tujaun.
d. Kedaulatan, yaitu supremasi wewenang secara merdeka dan bebas dari
dominasi negara lain, serta negara memperoleh pengakuan dunia
internasional.
Negara memiliki sifat yang membedakannya dengan organisasi
lain, sifat tersebut adalah :
a. Sifat memaksa,
b. Sifat monopoli, dan
c. Sifat totalitas.
Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan bakat dan potensinya. Negara dapat memungkinkan
rakyatnya maju berkembang serta mengekspresikan daya cipta atau
kreatifitas sebebasnya, bahkan negara memberikan pembinaan. Secara
umum, setiap negara mempunyai 4 fungsi utama bagi bangsanya, yaitu :
a. Fungsi pertahanan dan keamanan;
b. Fungsi pengaturan dan ketertiban;
c. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran; serta
d. Fungsi keadilan menurut hak dan kewajiban.
Bagaimana fungsi-fungsi negara itu terlaksana, sangat
bergantung pada partisipasi politik semua warga negara dan mobilisasi
sumber daya kekuatan negara. Adapun elemen kekuatan negara tercermin
dalam hal-hal berikut :
a. Sumber daya manusia, yaitu jumlah penduduk, tingkat pendidikan
warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.
b. Teritorial negeri, yaitu mencakup luas wilayah negara (darat dan laut),
letak geografis, dan situasi negara tetangga.
c. Sumber daya alam, yaitu kondisi alam material buminya, berupa
kandungan mineral, kesuburan, serta kekayaan laut dan hutan.
d. Kapasitas pertanian dan industri, yaitu tingkat budaya, usaha warga
negara dalam bidang pertanian, industri, dan perdagangan.
e. Kekuatan militer dan mobilitasnya, yaitu kapasitas power (kekuatan)
yang dimiliki militer dalam hal mewujudkan kekuasaan dari pemerintah
demi tercapainya tujuan negara.
f. Elemen kekuatan yang tidak nyata (tak berwujud), yaitu segala faktor
yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian dan
kepemimpinan, efesiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan
internasional, reputasi bangsa (nasionalsime), dan sebagainya.

2.2 Penduduk dan Warga Negara


Penduduk Indonesia menurut Pasal 26 Ayat (2) UUD 1945 ialah
warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Adapun warga negara menurut Pasal 26 Ayat (1) ialah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan Undang-undang sebagai warga negara. Sementara itu, menurut
Undang-undang No. 62/1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia,
dinyatakan bahwa Warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang
yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku sejak proklamasi
17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.
Warga negara dari suatu negara berarti anggota dari negara itu
yang merupakan pendukung dan penanggung jawab terhadap kemajuan dan
kemunduran suatu negara. Oleh sebab itu, seseorang menjadi anggota atau
warga suatu negara haruslah ditentukan oleh Undang-undang yang dibuat
oleh negara tersebut. Sebelum negara menentukan siapa-siapa yang menjadi
warga negara, terlebih dahulu negara harus mengakui bahwa setiap orang
berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan
oleh Pasal 28 E Ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini mengandung makna
bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penduduk, ialah yang memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di
wilayah negara itu, yang dapat dibedakan warga negara dengan warga
negara asing (WNA).
b. Bukan penduduk, yaitu orang-orang asing yang tingal sementara dalam
suatu negara sesuai dengan visa yang diberikan oleh negara (Kantor
Imigrasi) yang bersangkutan, misalnya turis.
Dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Warganegara
adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, sedangkan Kewarganegaraan didefinisikan sebagai
segala hal ihwal yang berhubungan dengan warganegara. Pada UU yang
sama dijelaskan pula istilah Pewarganegaraan yang diartikan sebagai tata
cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia.
Secara garis besar isi UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi pengertian-pengertian yang
berkaitan dengan kewarganegaraan, syarat dan tata cara memperoleh
Kewarganegaraan Indonesia, serta syarat dan tata cara memperoleh kembali
Kewarganegaraan Indonesia.

2.3 Asas Kewarganegaraan


Setiap negara mempunyaikebesan dan kewenangan untuk
menentukan asas kewarganegaraan. Dalam asas kewarganegaraan dikenal
dua pedoman, yaitu :
a. Asas Kelahiran (ios soli)
Merupakan penentuan status kewarganegaran berdasarkan
tempat atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas
kewarganegaraan hanyalah ius soli saja, sebagai suatu anggapan bahwa
seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia
menjadi warga negara tersebut. Akan tetapi, dengan tingginya mobilitas
manusia maka diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada
kelahiran sebagai realitas. Sebagai contoh, orang tua yang memiliki
status kewarganegaraan yang berbeda akan menjadi bermasalah jika
orang tua tersebut melahirkan di tempat salah satu orang tuanya
(misalnya di tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan,
sia anak tidak berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan
bapaknya. Atas dasar itulah maka muncul asas ius sanguinis.

b. Asas Keturunan (ius sanguinis)


Asas keturunan (ius sanguinis) adalah pedoman
kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu
negara menganut asas ius sanguinis, seseorang yang lahir dari orang tua
yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, seperti Indonesia maka
anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya,
yaitu warga negara Indonesia.
c. Asas Perkawinan
Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang
memiliki asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami istri atau ikatan
keluarga merupakan inti masyarakat yang mendambakan suasana
sejahtera, sehat, dan bersatu. Disamping itu, asas perkawinan
mengandung asas persamaan derajat. Hal ini karena suatu perkawinan
tiak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan setiap pihak. Asas
ini menghindari penyelundupan hukum, misalnya seorang laki-laki yang
berkewarganegaraan asing ingin memperoleh status kewarganegaraan
suatu negara dengan cara berpura-pura melakukan pernikahan dengan
seorang perempuan di negara tersebut, lalu setelah medapat
kewarganegaraan itu, dia menceeraikan istrinya.
d. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seseorang yang
dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak
untuk menjadi warga negara dari suatu negara. Adapun naturalisasi
pasif, yaitu seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu
negara atau tidak mau diberi status warga negara suatu negara. Dengan
demikian, yang bersangkutan menggunakan hak repudiasi, yaitu hak
untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

2.4 Problem Status Kewarganegaraan


Apabila asas kewarganegaraan di atas diterapkan secara tegas
dalah sebuah negara, akan mengakibatkan status kewarganegaraan
seseorang menjadi sebagai berikut :
a. Apatride,
b. Bipatride, dan
c. Multipatride.
Dalam rangka memecahkan problem kewarganegaraan di atas,
setiap negara memiliki peraturan sendiri-sendiri yang prinsip-prinsipna
bersifat universal sebagaimana dinatakan dalam UUD 1945 Pasal 28 D
Ayat (4) bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Oleh
sebab itu, negara Indonesia dinyatakan bahwa cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Karena kelahiran,
b. Karena pengangkatan,
c. Karena dikabulkan permohonan,
d. Karena pewarganegaraan,
e. Karena perkawinan,
f. Karena turut ayah dan ibu, serta
g. Karena pernyataan.

2.5 Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Tugas dan Tanggung Jawab
Negara
Untuk memahami hak dan kewajiban, terlebih dahulu harus
dipahami pengertian hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah sesuatu
yang melekat pada diri seseorang sebagai ciptaan Tuhan agar mampu
menjaga harkat, martabatnya, dan keharmonisan lingkungan. Hak asasi
merupakan hak dasar yang melekat secara kodratif pada diri manusia
dengan sifatnya yang universal dan abadi.
Oleh karena itu, hak asasi ini harus dilindungi, dihormati,
dikurangi, dan dipertahankan. Selain itu, hak ini tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapa pun. Hak asasi manusia perlu mendapat
jaminan perlindungan dari negara melalui pernyataan tertulis yang harus
dimuat dalam UUD negara. Peranan negara sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1)
UU No. 39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa negara, hukum dan
pemerintah, serta setiap orang wajib menghormati, menjunjung tinggi, dan
melindungi hak asasi manusia.
2.5.1 Hak Warga Negara
Dalam UUD 1945, telah dinyatakan bahwa hak warga
negara adalah sebagai berikut :
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2) Berhak berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan fikiran.
3) Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
4) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan.
5) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, serta perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
6) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalaui pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
7) Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya untuk meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
8) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.
9) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan,
kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama didepan
hukum.
10) Setiap orang berhak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan,
serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
11) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintah.
12) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
13) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, serta memilih tempat
tinggal di wilayah negara juga meninggalkannya serta berhak
kembali.
14) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
serta menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani.
15) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
16) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya. Selain itu, setiap orang berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
17) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang berada dibawah
kekuasaannya. Disamping itu, setiap orang berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
18) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia, serta
berhak memperoleh suaka politik negara lain.
19) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
20) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
dalam menacapai persamaan dan keadilan.
21) Setiap orang behak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
22) Setiap orang berhak memiliki hak milik pribadi. Hak milih
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapa pun.
23) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, serta hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
24) Setiap orang berhak beas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun, serta berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu.
25) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
2.5.2 Kewajiban Warga Negara adalah :
1) Wajib menjunjung hukum dan pemerintah;
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara;
3) Wajib ikut serta dalam pembelaan negara;
4) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain;
5) Wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang untuk menjamin pengakuan, serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain;
6) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara; dan
7) Wajib mengikuti pendidikan dasar.
2.5.3 Tugas dan Tanggung Jawab Negara
Dalam rangka terpeliharanya hak dan kewajiban warga
negara, negara memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya;
2) Negara atau pemerintah wajib membiayai pendidikan,
khususnya pendidikan dasar.
3) Pemerintah berkewajiban mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran belanja negara dan belanja
daerah.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
6) Negara memajukan kebudayaan manusia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat, dengan
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
7) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan kebudayaan nasional.
8) Negara menguasai cabang-cabang produksi terpenting bagi
negara dan menguasai hidup orang banyak.
9) Negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi
kemakmuran rakyat.
10) Negara berkewajiban memelihara fakir miskin dan anak-anak
terlantar.
11) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat, serta memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
12) Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR


Sebagai wakil rakyat yang baik, publik tentunya beranggapan
bahwasanya anggota DPR seharusnya memerhatikan kesejahteraan rakyat
terlebih dahulu. Perencanaan pembangunan gedung baru dengan anggaran
yang sangat besar  di saat rakyat masih banyak dibawah garis kemiskinan
ditafsirkan menjadi sangat tidak relevan karena jelas tidak
merepresentasikan kondisi rakyatnya sebagai pemilik kedaulatan
sebenarnya.
Para wakil rakyat kebanyakan mengeluh. Ruangan seluas 32
meter persegi yang ditempati saat ini dikatakan para wakil rakyat terlalu
sempit. Tak mampu menampung jumlah staf dan berbagai dokumen yang
mendukung kerjanya sebagai wakil rakyat di Gedung DPR, Jakarta. Gedung
Nusantara I, tempat mereka berkantor saat ini, dinilai sudah melebihi
kapasitas sehingga diperlukan gedung yang baru. Dan gedung dengan
anggaran Rp 1,138 triliun itu rencananya akan mulai dibangun pada 22 Juni
2011.
Pasca wacana tersebut mulai bergulir. Suara penolakan pun
mulai banyak dikumandangkan. Tidak hanya berasal dari para golongan
aktivis, tetapi juga dari mereka yang berlatar rakyat biasa. Belakangan,
sejumlah fraksi di DPR pun juga mulai menarik dukungan tapi itu pun
dinilai publik tidak lebih lebih kepada aksentuasi nilai politis semata sebagai
komoditas politis kedepannya.

3.2 Anggota DPR Kurang Bersikap Negarawan


Terlalu egois rasanya jika DPR tetap bersikukuh untuk
membuat gedung baru. Selain gaji dan fasilitas dari para anggota DPR yang
dinilai sudah besar, pembangunan tersebut juga merupakan usaha yang
sia-sia karena banyak rakyat kecil masih belum merasakan hasil dari kinerja
wakil rakyatnya. Rencana pembangunan gedung baru DPR ini seakan akan
menjadi bentuk penegas dari keinginan perilaku korup para legislator
dengan menggunakan kekuasaan yang melekat pada fungsi DPR, dalam hal
ini menyangkut fungsi di bidang anggaran. Dengan fungsi ini, DPR telah
mengabaikan penolakan publik atas pengalokasian anggaran pembangunan
gedung baru tersebut
Anggota DPR RI Kurang Bersikap Negarawan, itulah gambaran
yang terjadi sekarang ini menyikapi perilaku anggota DPR yang tiap hari
menghiasi pemberitaan di banyak media massa. Salah satu permasalahan
yang mencuat belakangan ini adalah mengenai perencanaan pembangunan
gedung baru DPR RI.

3.3 Kewajiban Para Legislator DPR RI


Urgensi kebersamaan dari para legislator di DPR RI sebagai
sekelompok orang pilihan yang dibalut dalam ikatan tanggung jawab penuh
dengan kapasitas sebagai seorang negarawan Indonesia inilah yang belum
tampak dari performance anggota DPR RI kita. Dan untuk membangun
semua kebersamaan tersebut diperlukan adanya strategi yang matang
melalui permusyawaratan kolegial yang diimplementasikan dengan
menjalin kebersamaan, menyamakan visi, misi dan perencanaan ekspektasi
yang matang, dengan sinergi konsep, kesamaan kepentingan dan beberapa
arah konstruktif lainnya. Sebagaimana cita-cita bangsa untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

3.4 Fungsi yang Terabaikan oleh Anggota DPR


Undang-Undang No 27 Tahun 2009, khususnya Bab III tentang
DPR RI Pasal 69, menyatakan bahwa DPR RI mempunyai fungsi:
a. legislasi, b. anggaran, dan c. pengawasan. Ketiga fungsi dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat. Pelaksanaan fungsi DPR RI terhadap kerangka
representasi rakyat dilakukan, antara lain, melalui ruang partisipasi publik,
transparansi fungsi, dan pertanggungjawaban kerja DPR RI kepada rakyat.
Ada keinginan untuk tidak melibatkan rakyat biasa dalam pembahasan soal
gedung baru yang mengalokasikan anggaran luar biasa besar
Hal yang selayaknya untuk dipertimbangkan agar kita jangan
dianggap hanya merujuk pada kemauan atau kepentingan suatu kelompok,
karena kita bukan negara otoriter. Bila DPR RI merepresentasikan
kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyatlah yang hendaknya diprioritaskan.
Kenyataan sekarang, setiap anggota DPR RI memiliki peran
ganda: sebagai wakil rakyat dan langsung sebagai wakil partainya. Namun
hal yang paling utama adalah yang terakhir, dia harus pintar menjadi
perantara antara kelompoknya dan kelompok-kelompok partai lain di DPR
RI. Dia harus cukup terampil dalam bernegosiasi dan berkompromi untuk
mencapai hasil jangka panjang yang terbaik bagi semuanya: demi
kepentingan masyarakat dan negara, partainya maupun partai-partai lain.
Dia diharapkan mampu memperjuangkan apa yang diyakininya; dalam
waktu bersamaan harus mampu meyakinkan kelompoknya maupun yang
lain-lain agar bersedia menyepakatinya.
Tentu tidak segenap anggota DPR RI mampu melaksanakan
fungsinya sesuai tuntutan. Hal utama yang layak digaris bawahi bahwasanya
legislator tidak akan punya arti apa – apa jika tidak pernah menyampaikan
gagasan dan idenya demi kepentingan publik maupun untuk menyelesaikan
berbagai persoalan bangsa. Mereka lebih baik jangan menjadi legislator,
bila tidak memberikan pencerahan kepada rakyat yang mereka wakili
dengan bertanggung jawab terhadap sumpah jabatan, diri, bangsa dan
Negara.
3.5 Hak Rakyat yang Terabaikan
Moral kapitalisme telah merasuk ke dalam semua elemen
bahkan wakil rakyat sekalipun. Moral kapitalisme wakil rakyat tersebut
terlihat dalam rencana pembangunan Gedung DPR yang akan
menghabiskan banyak biaya dan mengabaikan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan Gedung DPR tersebut tentunya sangat bertentangan dengan
tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional bangsa
Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Di tengah-tengah kemiskinan, pengangguran dan kelaparan yang
masih dirasakan oleh sebagian besar warga Negara Indonesia pada saat
sekarang ini, rencana pembangunan gedung baru tersebut dirasa tidak tepat
karena melihat kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan kesejahteraan
rakyat telah diabaikan. Jika dihubungkan kembali kepada tujuan
pembangunan nasional Indonesia, maka hal tersebut akan sangat
bertentangan dengan asas kerakyatan. Biaya pembangunan gedung DPR
yang diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar 1 triliun lebih tentu saja
menggunakan uang rakyat, jika biaya yang sebesar itu disalurkan untuk
kesejahteraan rakyat maka tentunya bisa mengurangi kemiskinan, kelaparan
dan pengangguran yang masih banyak menjadi masalah rakyat Indonesia
saat ini. Jika di dalam kenyataannya,wakil rakyat lebih memilih untuk
membangun gedung DPR demi kenyamanan mereka sendiri, maka jelas
inilah potret moral kapitalisme wakil rakyat.

3.6 Gedung Baru DPR atau 32.000 Sekolah Baru


Rencana DPR membangun gedung baru terus mendapat
penolakan. Koalisi LSM mempertanyakan kengototan DPR membangun
gedung baru. Jumlah gedung sekolah dasar hingga menengah atas seluruh
Indonesia yang mengalami kerusakan diperkirakan mencapai 170 ribu
sekolah. Apabila anggaran gedung baru DPR senilai Rp 1,138 triliun
digunakan untuk membangun sekolah maka dapat dibangun 32 ribu gedung
sekolah baru (Alfon Kurnia Palma).
Hal ini disampaikan Alfon usai mengirim somasi ke Sekjen
DPR menyangkut pembangunan gedung baru DPR. Alfon mengatakan,
anggaran pembangunan gedung baru DPR masih dibutuhkan rakyat.
Anggaran untuk membangun 36 lantai gedung baru DPR dapat digunakan
untuk menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia. Dana itu dapat digunakan
untuk membiayai jaminan kesehatan masyarakat sebanyak 22 juta penduduk
Indonesia. Dapat untuk pengadaan sawah baru seluas 20 hektar dan
membangun 11.600 rumah sederhana.
Karena itu, penolakan gedung baru DPR akan digelar di
beberapa wilayah di Indonesia. Warga kota Padang, Medan, Aceh,
Palembang, Semarang, Yogyakarta, Bali, Makassar, Manado dan lainnya
akan memprotes pembangunan gedung baru DPR. Menolak gedung baru
dewan penderitaan rakyat, koalisi LSM mempersiapkan gugatan di 15
daerah. Kami mendesak DPR membatalkan rencana pembangunan gedung
baru DPR dan mengembalikan anggaran ke negara. DPR meminta maaf
secara terbuka melalui sidang paripurna DPR atas rencana pembangunan
gedung baru DPR (Alfon Kurnia Palma).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Rencana pembangunan gedung DPR yang baru telah
menimbulkan kontroversi belakangan ini. Ada pro kontra yang tidak bisa
dihindari dan wajar terjadi di negara yang demokratis ini. Rakyat sudah
semakin pintar dan mengerti akan posisinya sebagai bagian integral dari
kesatuan republik ini. Senada dengan hal itu, kita juga harus mengakui
bahwa tidak sedikit wakil rakyat yang cerdas dan terdidik sehingga masih
ada ruang untuk memberi kepercayaan kepada yang terhormat para wakil
rakyat. Perbedaan pendapat yang marak ini tentunya harus diselesaikan
dengan jalur musyawarah yang menjadi ciri demokrasi di Indonesia
(deliberation democracy).

4.2 Saran
Rencana pembangunan gedung DPR tetap tidak tepat
pelaksanaannya disaat kondisi ekonomi rakyat yang sedang tidak baik,
pengangguran dimana-mana, dan kemiskinan yang sedang dialami rakyat.
Ada beberapa saran untuk para wakil rakyat, diantaranya :
1. Wakil rakyat di parlemen sebaiknya untuk memperbaiki/meningkatkan
kinerja dan pelayanannya kepada masyarakat;
2. Masih berkaitan dengan dana dan konversinya terhadap hal-hal lain yang
dianggap lebih urgen. Sekiranya perlu kebijaksanaan yang tinggi dalam
hal ini. Bila memang dana untuk kesejahteraan rakyat selalu ada setiap
tahun namun dampaknya masih minim, yang perlu dipertanyakan adalah
bagaimana pengelolaannya. Sementara dana untuk pembangunan gedung
ini hanya untuk satu tahun anggaran, mungkin bisa diprioritaskan untuk
tetap menjalankan pembangunan gedung yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Bidang Studi UPT. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung.


Universitas Padjadjaran.

http://nasional.kompas.com/read/2011/04/13/18375015/Dua.Cacat.Pembangunan.
Gedung.Baru.DPR

http://nasional.kompas.com/read/2011/04/12/21004381/.Ngotot.Gedung.Baru.DP
R.Hilang.Akal

http://berita.liputan6.com/politik/201103/326516/pembangunan_gedung_dpr_baru
_dinilai_kemahalan

http://amriawan.blogspot.com/2010/09/kontroversi-pembangunan-gedung-dpr-
baru.html

http://www.newoes.com/gedung-baru-dpr-gambar-foto-dan-kronologi-rencana-
pembangunan-gedung-dpr-ri

http://nasional.vivanews.com/news/read/213927-pembangunan-gedung-baru-dpr--
sby-digugat

http://www.detiknews.com/read/2011/04/08/102416/1611585/10/ada-
kejanggalan-pembangunan-gedung-baru-dpr-kpk-harus-bertindak

http://www.ti.or.id/index.php/press-release/2011/03/16/indikasi-korupsi-
pembangunan-gedung-baru-dpr
KATA PENGANTAR

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah mengenai Kasus Pembangunan Gedung Baru DPR guna melengkapi
tugas salah satu mata kuliah. Makalah ini membahas mengenai kajian terhadap
polemik mengenai perencanaan gedung DPR yang baru.
Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya
kepada Ibu Lilis selaku dosen untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dan rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan motivasi.
Penulis berharap penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat besar
bagi pembacanya. Dan penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai koreksi untuk tugas mendatang.

Jatinangor, 8 Mei 2011

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 1
1.3 Identifikasi Masalah .............................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Bangsa dan Negara ............................................. 3
2.2 Penduduk dan Warga Negara ................................................ 4
2.3 Asas Kewarganegaraan ......................................................... 6
2.4 Problem Status Kewarganegaraan ........................................ 7
2.5 Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Tugas dan
Tanggung Jawab Negara ....................................................... 8
2.5.1 Hak Warga Negara .................................................... 8
2.5.2 Kewajiban Warga Negara ......................................... 11
2.5.3 Tugas dan Tanggung Jawab Negara ......................... 11

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR .......................... 13
3.2 Anggota DPR Kurang Bersikap Negarawan ......................... 13
3.3 Kewajiban Para Legislator DPR RI ...................................... 14
3.4 Fungsi yang Terabaikan oleh Anggota DPR ........................ 14
3.5 Hak Rakyat yang Terabaikan ................................................ 16
3.6 Gedung Baru atau 32.000 Sekolah Baru ............................... 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 18
4.2 Saran ..................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19


MAKALAH STUDI KASUS
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
MENGENAI

RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG BARU DPR

DISUSUN OLEH :
SELNY FEBRIDA 230110100099
TIARA DEA K. 230110100110
PATAR SIHOMBING 230110100104
FAJAR SIDIK 230110100109
CHRISTOPER 230110100111
FIDANAR A.P. 230110100106
ALIF PRAKOSO 230110100105
AHMAD FAUJI 230110100108

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011

Anda mungkin juga menyukai