Anda di halaman 1dari 9

KEKUASAAN DAN BUDAYA

Indonesia merupakan negara kaya dengan keragamanan budaya yang dimilki berjejer dengan
pulau pulau menjadikan iya negara kesatuan republic indonesia.Pada dasarnya Kebudayaan
merupakan sebuah konsep yang paling rumit. Pada mulanya, kebudayaan adalah nasib dan baru
kemudian manusia menganggapnya sebagai sebuah tugas. Saat dianggap sebagai tugas itulah
kebudayaan mengalami pembaruan yang terus menerus.

Pada awalnya manusia dianggap sebagai pewaris belaka, yang menanggung beban kebudayaan,
dan akhirnya muncul kesadaran untuk membentuk dan mengubahnya.

Di awal perkembangannya, kebudayaan rekat dengan kultivasi yaitu pemeliharaan ternak, hasil
bumi dan ritual-ritual religius. Setelah era revolusi industri, kebudayaan memiliki ranah yang
terbentang luas, nyaris tak terbatasi. Bersentuhan dengan kerohaniaan (religiusitas) namun juga
berkelindan dengan aspek material (ekonomi dan kapitalistik) sekaligus berselingkuh dengan
berbagai ideologi. Konsep nasionalisme pada akhir abad ke-19 menandai perjumpaan
kebudayaan dan ideologi yang secara serta merta mengubah anggapan bahwa kebudayaan adalah
warisan.

Jauh sebelum itu kebudayaan belum mewarisi sebuah konsep ideologi, oleh sebab itu
kemunculan "nasionalisme" sangat menentukan dinamika pemaknaan budaya.

Ideologi merupakan sistem pemikiran yang abstrak yang ditawarkan pada publik. Merupakan
sebuah visi yang komprehensif dalam memandang segala sesuatu. Ideologi tidak mencerminkan
dunia yang riil melainkan mempresentasikan hubungan-hubungan imajiner individu pada dunia
riil. Kemunculan ideologi dalam ranah kebudayaan sejalur dengan kemunculan konsep negara
dan kekuasaan. Ideologi ternyata dapat menjadi sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki
penguasa.

Merupakan alat yang ampuh untuk melestarikan sebuah kekuasaan. Saat ideologi yang anak
kandung kebudayaan tersebut menjadi salah satu sistem kekuasaan, maka saat itu pulalah
kebudayaan dianggap sebagai sebuah salah satu peran penting dalam legitimasi kekuasaan.
Kebudayaan tidak lagi bersifat netral namun bisa menjadi salah satu gurita kekuasaan.

Melihat kebudayaan yang pada perkembangan berikutnya tidak lagi merupakan wilayah suci
yang netral maka muncullah paradigma baru yang menolak kebudayaan sebagai sebuah alat.
Paradigma itu beranggapan bahwa kebudayaan sudah mengalami pendangkalan karena dikuasai
dan hanya sebagai alat kekuatan tertentu.

Di sisi yang lain, masyarakat yang menjadi pewaris sekaligus pembaharu kebudayaan yang
majemuk menghadapi tantangan sebuah proses yang menjadikannya global. Ada ketegangan
antara "menjadi dan ada" dalam sebuah lokalitas yang majemuk dengan kekhasannya dengan
"menjadi dan ada" dalam sebuah ruang global. Ini berarti terjadi kegelisahan identitas
masyarakat majemuk yang dipaksa menjadi identitas global. Matinya kemajemukan akan
membuka peluang matinya kebebasan dan toleransi Gerakan kebudayaan tidak boleh berhenti
pada pusaran membebaskan diri dari pendangkalan. Tidak boleh hanya berpusar pada
pembebasan diri sebagai sebuah alat kekuasaan, namun gerakan kebudayaan juga harus
mengembalikan kemajemukan sebagai jati diri manusia.

Kesadaran akan kemajemukan akan melepaskan diri dari sikap absolut, akan melepaskan diri
dari cara berpikir dan sikap "paling benar". Persoalannya sekarang sudahkah kita mempunyai
desain kebudayaan yang memuat strategi yang jelas dalam membangun kemajemukan?

Menurut saya belum..yang ada pada saat sekarang kita sebagai bangsa yang bermacam ragam
budaya dari sabang sampai maraoke malah terpengaruh dengan budaya yang datang dari luar,dan
itu mecerminkan betapa rapuhnya masyarakat kita dengan pengaruh budaya luar.selain rapuh
dengan budaya luar kita sebagai bangsa berasal dari gabungan kepulauan yang menjadi satu
Negara kesatuan,sering kali mejadikan budaya kita sebagai ruang penghasilan,atau bahasa
tepatnya exsploitasi budaya.saya melihat ketika budaya sudah di exsploitasi maka budaya akan
menyesuaikan diri dengan peminat budaya.dan itu akan merusak tatanan kebudayaan yang sudah
lama terbangun di tingkat masyarakat lokal.contoh saja bali yang harus menyesuaikan budayanya
dengan peminat manca Negara.

Pedesaan sebagai sarana belajar tentang kebudayaan lokal terkadang mencapur adukan budaya
dari luar.dengan Masuknya paradigma pemikiran barat muncul dari kelompok-kelompok yang
mengklaim dirinya sebagai liberal dengan sifat rasional yang di usungnya, sehingga para pemikir
barat mempunyai pandangan bahwa segala sesuatu harus di ilmiahkan dan masuk akal tentang
kehidupan sosial, budaya, dan agama, tetapi yang menjadi permasalahan mereka tidak
menemukan titik terang yang ada dalam kehidupan masyarakat desa dengan kehidupan
kebiasaan dalam menyikapi persoalan yang ada, berangkat dari situlah terjadi benturan antara
tradisi sehari-hari masyarakat desa dengan pengetahuan liberal barat.

Saya mengabil contoh satu desa yang ada di riau yang punya kebiasaan tahunan yang dinamakan
SEMA kampong, kebiasaan SEMA kampong di lakukan masyarakat teluk lanus setiap tahun
secara turun temurun selama bertahun tahun, degan cara mengelilingi kampong  bersama
masyarakat dan mempersembahkan kepala kambing kepada penguasa  alam semesta.ketika
kekuasaan perusahaan masuk kedesa . SEMA kampong bagi perusahaan dilakukan hanya
sebagai formalitas untuk menarik simpati masyarakat lokal kepada perusahaan mereka,sambil
mencari pengganti kebiasaan masyarakat lokal.

Kejadian di atas menjadi contoh perubahan perlahan akan terjadi dan akan menimbulkan budaya
menghujat satu sama lain segera di mulai dengan menyerang penata sosial yang dianggap kaku
dan konservatif, maka mereka berlomba-lomba melakukan gebrakan pemikiran dengan cara
pembebasan sosial dalam kehidupan masyarakat desa yang di anggap jauh dari kehidupan
rasional liberal, untuk itu mereka mulai bergerilya dengan menyerang karakter budaya kearifan
lokal masyarakat desa yang mereka anggap sebagai budaya klenik yang harus di tata sesuai
dengan logika barat dan kalau bisa di tiadakan pola kehidupan lokal yang bersifat  kebiasaan
yang jauh dari kehidupan barat yang serba bebas, maka mereka mulai mencari cara mengganti
kebiasaan masyarakat desa dengan gagasan liberal yang sesuai dengan akal dan nalarnya.jika itu
dibiarkan terjadi di negri yang beragam budaya sekarang kita injak.maka anak cucu kita di masa
yang akan datang tidak akan merasa malu,sungkan berpakaian tidak sopan di depan
kakek,mbah,datuk,opung,abuciknya.karna kita secara sadar membiarkan itu terjadi.
Mungkin saya akan memberi Catatan yang perlu di ingat buat para pemikir barat, sebenarnya
kalau kita mau memahami duduk permasalahan secara bijak dan arif tentang keberadaan
masyarakat desa bahwa melihat segala sesuatu tidak harus dengan rasioanal barat, sebab
perbedaan alam dan wilayah inilah yang membedakan antara barat dan desa, sehingga budaya
liberal yang bersifat menghujat tidak tepat di arahkan dalam kehidupan masyarakat desa dan
budaya kita..

PERUBAHAN KEBUDAYAAN, IDEOLOGI, NILAI

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan
lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi  organisasi sosial masyarakatnya.
Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit
untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).

            Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut
dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan
dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup
segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena
keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto
(1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga
masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur
tersebut. Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhannya.

PERUBAHAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

Catatan perjalanan pembangunan di Indonesia telah banyak diulas oleh para peneliti. Salah
satunya hasil penelitian Soemardjan dan Breazeale. Penelitian yang mengulas tentang perubahan
budaya pada masyarakat pedesaan Indonesia sebagai akibat kebijakan pembangunan peedesaan
yang diambil oleh pemerintah orde baru.  Kebijakan pembangunan perdesaan yang dilakukan
oleh pemerintah diwijudkan dengan modernisasi, sebuah pendekatan pembangunan yang lazim
dilakukan oleh negara berkembang. Fokus telaah dalam penelitian ini adalah beberapa program
pembangunan perdesaan, antara lain; listik masuk desa, informasi masuk desa, pemberantasan
buta huruf, PKK, KB, KUD dan intensifikasi pertanian (BIMAS).

Pembangunan perdesaan dengan perspektif modernisasi berasumsi pada dua kutub yang saling
berbeda, yaitu pemerintah dalam posisi superior (pusat) dan masyarakat perdesaan sebagai posisi
inferior (periferi). Perubahan selalu berasal dari pemerintah yang “menganggap dirinya lebih
maju” dibandingkan masyarakat perdesaan. Budaya tradisional dianggap sebagai salah satu
penghambat sehingga perlu digantikan oleh budaya modern yang lebih produktif. Orientasi
utama pembangunan perdesaan adalah pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat perdesaan
yang pada akhirnya akan meningkatkan pula taraf ekonomi bangsa. Perubahan mendasar yang
terjadi adalah semakin terkikisnya budaya tradisional oleh budaya modern. Masyarakat
tradisional pada dasarnya sudah memiliki “pola pengaturan” kehidupan sosialnya sejak lama
namun semuanya harus mengalami transformasi menuju “pola pengaturan” baru yang oleh
pemerintah dianggap lebih baik (“modern”).

Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian


terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna.
Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti
sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini
adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam
maupun dari luar sistem sosial. Perubahan kebudayaan ini dapat terjadi karena adanya faktor
pendorong yaitu pemerintah. Pemerintah telah menjadi pihak yang memberikan introduksi dari
luar sistem sebuah perubahan melalui pogram pembangunan perdesaan.

Polarisasi antara pemerintah dan masyarakat perdesaan menyebabkan kesulitan dalam


pelaksanaan program pembangunan. Senjang kebudayaan yang terjadi perlu dijembatani oleh
“broker budaya”, yaitu pihak yang menjadi perantara antara “budaya modern” dan “budaya
tradisional. Peran elit desa sangat dominan dalam keberhasilan program pembangunan perdesaan
ini. Mereka umunya menjadi corong pemerintah. program pembangunan perdesaan bersifat top
down dan berjenjang dari pemerintah pusat hingga tingkat desa.

Di dalam kelompok sendiri pada dasarnya telah terbangun sebuah kebiasaan-kebiasaan dan
norma-norma. Perubahan mungkin saja tidak terjadi apabila terdapat penolakan-penolakan dari
dalam kelompok. Proses perubahan membawa kelompok pada keseimbangan baru. Perubahan
terjadi apabila driving forces  lebih kuat dibandingkan resistences. Pada tahap ini seringkali
terjadi konflik dan “polarisasi” di dalam kelompok. Kelompok mayoritas akan berusaha
menekan kelompok minoritas. Seringkali kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam kelompok
didasarkan pada relasi antara individu dan standar perilaku di dalam kelompok. Beberapa
individu mungkin memiliki perilaku yang berbeda dengan standar perilaku di dalam kelompok.
Apabila individu tetap mempertahankan perbedaan tersebut maka individu akan dikucilkan oleh
kelompok dan bahkan akan “dikeluarkan” dari kelompok. Oleh karenanya seringkali individu
harus berusaha untuk melakukan usaha konformis untuk menyesuaikan dengan standar
kelompoknya.

Peran pemerintah sebagai sumber perubahan tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Salah satu
faktor pendorong yang tidak dapat diabaikan adalah teknologi. Perkembangan teknologi modern
memberikan andil yang sangat besar dalam membawa perubahan pada masyarakat perdesaan.
BIMAS dapat berjalan dengan sukses karena adanya inovasi teknologi di bidang pertanian.
Demikian pula dengan program pembangunan perdesaan lainnya. Perkembangan teknologi
kesehatan, transportasi dan komunikasi turut memberi warna dalam “keberhasilan” perubahan
kebudayaan masyarakat perdesaan.
IDEOLOGI

Ideologi biasanya dimaknai sebagai sebuah doktrin yang bersifat preskriptif yang tidak didukung oleh
argumentasi rasional (D.D. Raphael, "Problems of Political Philosophy," 1970)

MACAM-MACAM IDEOLOGI DI DUNIA


Konservatisme
Inti pemikiran : memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan yang
dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola pemikiran ini dilandasi oleh
kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau.
Filsafatnya : Bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, sebaiknya perubahan
berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social politik dalam negara atau
masyarakat yang bersangkutan.
landasan pemikiran : Bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct and desires”
dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui peraturan yang ketat.
system pemerintahan : demokrasi, otoriter.
Positif : Berkembang secara bertahap sesuai dengan kemampuan suatu negara.
Negatif : Masyarakat di atur oleh aturan yang ketat sehingga aspirasi mereka kurang di perhatikan

Anarkisme
Inti pemikiran : Menciptakan masyarakat tanpa hirarkis.
Landasan pemikiran : Ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam
sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat
bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling
membangun antara satu dengan yang lainnya.
Sistem Pemerintahan : Sosialis tanpa pemerintahan
Positif : Tidak ada pengekangan, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan bawahan karena tidak
adanya sistem pemerintahan yang mengatur.
Negatif : Metode gerakan dengan menggunakan aksi langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan
yang ditempuh, yang berarti juga melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama
hal tersebut ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun negara.

Komunisme
Inti pemikiran : Perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas di masyrakat.
Landasan Pemikiran : a. Penolakan situasi dan kondisi masa lampau,baik secara tegas maupun tidak.
b. Analisa yang cenderung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada.
c. Berisi resep perbaikan untuk masa depan.
d. Rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang
berbeda-beda.
Sistem pemerintahan : Otoriter/totaliter/diktator.
Positif : Tidak ada perbedaan antar golongan,ras,dsb.
Negatif : Kekerasan sebagai dasar pemikiran,kemauman masyarakat tidak bisa di salurkan.

Marxisme
Inti pemikiran : Teori nilai tenaga kerja.
Filsafat : dialectical and historical materialism
Landasan pemikiran : Adanya ketidakadilan dan pemaksanan terhadap kaum buruh (Protelar) yang
dipaksa untuk bekeraja berjam-jam dengan upah minimum dan hasil kerja mereka di nikamati oleh
kaum kapitalis.masalah ini timbul karena adanya kepemilikan pribadi dan pengusaaan kekayaan yang di
dominasi oleh orang-orang kaya.
Sistem pemerintahan : -
Positif : keadilan dalam kehidupan serta pemerataan terhadap segala hal.
Negatif : Pemberontakan terhadap kaum kapitalis sehingga negara sulit untuk berkembang.

Feminisme
Inti pemikiran : Emansipasi Wanita
Landasan Pemikiran : Bahwa wanita tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan juga dapat
melalkukan seperti apa yangsi lakukan pria,wanita dapat melakukan apa saja.
Sistem pemerintahan : Demokrasi
Positif : Berkurangnya penindasan terhadap kaum perempuan
Negatif : Banyakanya perceraian dikarenakan kaum feminisme tidak mau diatur oleh pria sebagai suami
karena adanya pengekaan terhadap mereka.

Fasisme
Inti pemikiran : Negara di perlukan untuk mengatur masyarakat.
Filsafat : Rakyat di perintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dan dengan demikian patuh
pada pemerintah, kemudian, pemerintah mengatur segalanya menegnai apa yang di perlukan dan apa
yang tidak di perlukan oleh rakyat.
Landasan pemikiran : Suatu bangsa perlu mempunyai suatau pemerintahan yang kuat dan berwibawa
sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Sistem pemerintahan : Otoriter
Positif : Negara mengatur semuanya sehingga rakyat tidak perlu susah untuk apapun.
Negatif : Rakyat harus patuh penuh terhadap pemerintah sehingga aspirasi mereka tidak di perdulikan,
kemudian demokrasi dan hak asasi manusia di abaikan.

Demokrasi
Inti pemikiran : Kedaulatan di tangan rakyat.
Filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari prinsip demokrasi,
yaitu:
a. Ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa system ini dimaksudkan untuk
kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu.
b. Unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi.
c. Opini Umum dan Pengaruhnya.
Landasan pemikiran : rakayat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan perwakilan,
yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
Sistem pemerintahan : Demokrasi
Positf : rakyat menentukan kemana negara akan di bawa.
Negatif : Negara akan rancu karena banyak ide dan paham yang muncul

Liberalisme
Inti pemikiran : Kebebasan individu
Landasan pemikiran : Bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik, tanpa harys si dakanya pola-pola
peraturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya.
Sistem pemerintahan : Demokrasi.
Positif : Kebebasan milik siapapun tanpa adanya aturan yang mengikat.
Negatif : tidak adanya aturan,tidak adanya kehidupan bermasyarakat secara sosial.

Sosialisme
Inti pemikiran : Kolektifitas,kebersamaan,gotong royong.
Filsafat : Pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan sama dan
ada pemerataan dalam berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan
berusaha,dll).
Landasan pemikiran : Masyarakat dan pemerintahan adalah suatu pola kehidupan bersama, karena
manusia tidak dapat hidup sendiri dan kehidupan manusia akan lebih baik jika ada kerja sama melalui
fungsi yang dilaksanakn oleh negara.
Sistem pemerinahan : Demokrasi, otoriter
Positif : Negara kan berkembang karena adanya kerja sama dan saling mendukung antara satu dengan
yang lain.
Negatif : Akan adanya kesalahpahaman karena ada sekelompok golongan yang menganggap mereka
adalah olongan yang kaya,kerakusan dan ketamakan.

Kapitalisme
Kapitalisme bila dilihat dari sisi ekonomi diartikan sebagai sistem ekonomi di mana bahan baku
distribusinya secara pribadi dimiliki dan dikembangkan.  Sedangkan bila dilihat dari sisi politik,
Kapitalisme adalah sistem sosial berdasarkan hak asasi manusia. Untuk mendapatkan sistem
ekonomi dimana “produksi dan distribusi dimiliki secara pribadi”, harus mempunyai hak
individual dan terutama hak properti, Milton Friedman cenderung untuk mengfektifkan pasar
bebas (free market), dimana mereka mengklaim promosi kebebasan individu dan demokrasi.
Sedangkan menurut Marx, Kapitalisme adalah hasil karya dari pasar pekerja (labor-market).

Perkembangan ekonomi yang pesat di eropa akibat Liberalisme menimbulakan suatu ideologi
yang baru, yang bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri
persaingan dalam pasar bebas. Ideologi ini disebut Kapitalisme.  Sebenarnya bentuk awal dari
Kapitalisme adalah  Merkantilisme yang berkembang di eropa dan Timur Tengah pada Abad
pertengahan. Pada dasarnya inti  Merkantilisme dan Kapitalisme sama, yaitu untuk mencapai
keuntungan. Namun seiring berjalannya waktu merkantilisme di eropa berpadu dengan praktek
ekonomi yang kemudian disebut Kapitalisme.

Kapitalisme yang berkembang menyebabkan munculnya negara-negara yang kuat dan kaya,
sehingga berambisi untuk memperluas wilayahnya. Kemudian timbullah suatu ideologi baru
yaitu Kolonialisme. Upaya untuk memperluas wilayah tersebut berupa klaim atas yang dikuasai
dan disusul dengan pemindahan penduduk.

Kolonialisme
Kolonialisme adalah paham tentang penguasa oleh suatu negara atas daerah / bangsa lain dengan
maksud untuk memperluas negara itu. Faktor penyebab timbulnya kolonialisme : keinginan
untuk menjadi bangsa yang terkuat, menyebarkan agama dan ideologi, kebanggan atas bangsa
yang istimewa, keinginan untuk mencari sumber kekayaan alam dan tempat pemasaran hasil
industrinya.

Anda mungkin juga menyukai