c
Korupsi saat ini memang menjadi masalah yang cukup pelik dalam kehidupan
bermasyarakat khususnya di Indonesia. Dalam setiap zaman dari setiap komunitas manusia
termasuk dalam suatu negara, korupsi seringkali muncul dan sulit untuk dipecahkan. Sejak
zaman kerajaan sebelum negara ini dibentuk hingga setelah kemerdekaan dan saat ini
setelah era reformasi, korupsi masih menjadi penyakit dan ancaman permasalahan bagi
Republik Indonesia tercinta ini. Korupsi jamak terjadi dalam lingkungan pemerintahan
karena pada umumnya masalah korupsi biasanya muncul bersamaan dengan pemegang
kekuasaan (á ½.
Bentuk-bentuk korupsi yang terjadi di negara ini beraneka ragam jenisnya. Mulai dari
korupsi yang terkait dengan kerugian uang negara secara langsung seperti penyalahgunaan
anggaran dan pengadaan barang dan jasa, suap, penggelapan, pemerasan, kecurangan,
benturan kepentingan (
½ dan yang terkait dengan gratifikasi. Berdasarkan
data laporan tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK½, kasus yang paling sering
muncul dan ditangani oleh KPK adalah kasus yang terkait dengan pengadaan barang dan
jasa. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah perkara tindak pidana korupsi berdasarkan
jenis perkara:
!"
ÿ. Pengadaan Barang dan 2 ÿ2 8 ÿ ÿ8 ÿ ÿ 8
Jasa
2. Perijinan - - 5 ÿ 3 ÿ - ÿ
3. Penyuapan 7 2 ÿ3 ÿ2 ÿ 57
. Pungutan - - 7 2 3 - - ÿ2
5. Penyalahgunaan - - 5 3 ÿ 8 5 3ÿ
Anggaran
# 2 ÿ 27 2 7 37 ÿ
Tabel ÿ: Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa perkara tindak pidana korupsi yang
ditangani oleh KPK semenjak KPK berdiri pada tahun 2 sampai sekarang umumnya
didominasi oleh perkara yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa. Walaupun
untuk tahun 2ÿ jumlah perkara penyuapan lebih tinggi daripada perkara pengadaan
barang dan jasa, namun jumlah secara total tetap lebih banyak perkara pengadaan barang
dan jasa.
Pada dasarnya pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu elemen penting
untuk menggerakkan roda perekonomian di Indonesia khususnya melalui penyerapan
anggaran dari masing-masing instansi kementerian/lembaga. Namun, tidak kalah penting
dari itu adalah urgensi pelaksanaan pengadaan yang efektif dan efisien serta ekonomis
untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan anggaran. Telah banyak sorotan
diarahkan pada berbagai masalah di seputar pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan
pemerintah, antara lain karena banyaknya penyimpangan dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengawasannya. Upaya pemberantasan korupsi khususnya dibidang
ini hanya akan efektif jika diikuti dengan pencegahan dan upaya deteksi dini penyimpangan.
Sebagai salah satu upaya pencegahan ini, pemerintah akhirnya menerbitkan Keputusan
Presiden Nomor 8 Tahun 23 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah untuk dijadikan sebagai acuan dan aturan pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, dan adil/tidak diskriminatif,
serta akuntabel. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan waktu Keputusan
Presiden ini telah mengalami perubahan sebanyak 7 kali. Dan akhirnya pada tahun 2ÿ,
Keputusan Presiden tersebut digantikan oleh Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2ÿ
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan Presiden tersebut diterbitkan untuk
melengkapi dan menyempurnakan pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah yang
sebelumnya telah ada sehingga dapat mempermudah pelaksanaan pengadaan barang/jasa
itu sendiri yang pada akhirnya juga dapat mengurangi risiko penyimpangan(korupsi½ dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah.
c
$ %
Dalam paper ini, kami akan mencoba menjelaskan perubahan konsep-konsep
pengadaan barang/jasa pada Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 23 dengan Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2ÿ. Pendekatan penjelasan ini kami ambil karena Keputusan
Presiden Nomor 8 Tahun 23 telah dibahas pada mata kuliah Hukum Administrasi
Keuangan Negara pada tingkat II Program Diploma III Keuangan Negara Spesialisasi
Akuntansi Pemerintahan.
2
c c
&
c "
'
%
("
ÿ. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum mampu mendorong percepatan
pelaksanaan Belanja Barang dan Belanja Modal dalam APBN/APBD ï ½
2. Perlunya memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan prosedur yang lebih
sederhana, namun tetap menjaga koridor
serta masih menjamin
terjadinya persaingan yang sehat dan efisiensi
3. Efisiensi belanja negara dan persaingan sehat melalui Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah belum sepenuhnya terwujud
. Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum mampu mendorong terjadinya
inovasi, tumbuh suburnya ekonomi kreatif serta kemandirian industri dalam negeri
5. Masih adanya multi-tafsir serta hal-hal yang belum jelas dalam Keppres 8/23
. Perlunya mendorong terwujudnya
á
yang lebih baik dalam
sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
c
"
)"*
ÿ. #+% ! ' , - %
". - )/
,!!%
+%% c0 c1! ½
Aturan yang dibuat a/l: dilengkapi Tata Cara Pengadaan dan
3
á
Î
("%,
,c
,,!
%
0
Secara ringkas tahapan-tahapan dan esensi setiap proses pengadaan barang dan jasa
yang terdapat dalam Perpres 5 /2ÿ adalah sebagai berikut :
ÿ. Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan adalah tahap awal dalam kegiatan pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang bertujuan untuk membuat rencana pengadaan
(Procurement Plant½ yang mempersiapkan dan mencantumkan secara rinci
mengenai target, lingkup kerja, SDM, waktu, mutu, biaya dan manfaat dari
pengadaan barang dan jasa. Rencana pengadaan akan menjadi acuan utama
dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa
2. Pembentukan Panitia Lelang
Panitia lelang adalah lembaga pelaksana pengadaan barang dan jasa yang
pertama-tama dibentuk. Penunjukannya sepatutnya bersandar pada prinsif
profesionalisme, responsive, akuntabel, kredibel dan mandiri dengan kewenangan :
a. Menyusun dokumen lelang
b. Menyusun dan menyeleksi peserta lelang.
5
),*
$ %5,,
* Prinsip : Pengadaan B/J yg dibiayai Pinjaman/Hibah LN harus mengikuti Perpres ini.
* Apabila terdapat perbedaan antara Peraturan Presiden ini dengan ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa yang berlaku bagi pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri,
pihak-pihak dapat menyepakati tata cara pengadaan yang akan dipergunakan
,*
* Barang
* Pekerjaan Konstruksi
* Jasa Konsultansi
* Jasa Lainnya
3"
!!) ',1 ½*
* Prinsip : dari organisasi
ke permanen dan profesional
* Setiap K/L/D/I harus membentuk ULP secara permanen sblm 2ÿ
* Jumlah dan posisi ULP diserahkan K/L/D/I sesuai kebutuhan dan rentang
kendalinya
* ULP diisi pejabat yang kompeten dan integritasnya terjamin, dengan insentif yg
layak
3"
!| *
* |
7
)"-),!!",%)+,,,
*
* Ketentuan ttg bencana diperlonggar (alam, non-alam, sosial½, termasuk antisipasi
sebelum bencana datang menerjang
* Dalam keadaan menghadapi bencana dan keadaan darurat dapat dilakukan
Penunjukan Langsung (tidak ada batasan, tetapi tetap
.
/ )
0/" *
* Penyedia obat, alat kesehatan habis pakai yg jenis dan harganya ditetapkan
pemerintah (Menkes½ dapat ditunjuk langsung
* Penyedia mobil, sepeda motor, kendaraan lain dengan harga khusus pemerintah
(GSO½ dapat ditunjuk langsung
* Sewa penginapan/hotel, lanjutan sewa gedung/kantor dapat ditunjuk langsung.
,+
&2
* Prinsip : pengadaan barang/jasa dapat dilaksanakan secara swakelola..
* Dapat mengusulkan Standar Biaya Khusus (SBK½ untuk pelaksanaan swakelola
,
(,
*
* ditetapkan Menhan (masukan Panglima TNI½, ditetapkanKapolri
* Pengadaan / dari industri DN
* Dalam hal industri DN belum mampu, pengadaannya dari pabrikan di LN
bekerjasama dengan industri/lembaga riset DN
* Tatacara pengadaan
diatur Menhan/Kapolri
* Barang non- dan non- pengadaannya reguler.
,,
*
* Pengadaan untuk Kedubes RI dan kantor perwakilan RI di LN sedapat mungkin
menggunakan Perpres ini dalam hal tidak áá
dapat mengikuti aturan negara
setempat
* Tatacaranya dapat diatur lebih lanjut oleh Menlu.
),6%
), '*
* Kontrak Payung
* Keikutsertaan perusahaan asing
* Sanggah dan Sanggah Banding
* Konsep Ramah Lingkungan
* Preferensi Harga dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri½
* Dsb.
Penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan antara Keppres 8/23 dengan Perpres
5 /2ÿ terdapat pada lampiran.
8
|
E-procurement adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang terbuka secara online.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik atau yang lebih dikenal dengan nama|
akan menjadikan proses pengadaan menjadi lebih bersih dan transparan,lebih
hemat waktu dan biaya serta dalam pelaksanaannya mudah untuk melakukan
pertanggungjawaban keuangan dan mudah diaudit, sehingga bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN½. Proses ini tidak memberikan kesempatan untuk bertatap muka antara
penyedia barang dan jasa dengan pengguna.
Pada tahun 27, KPK melakukan studi mengenai pelaksanaan e-procurement Pemkot
Surabaya. Dari hasil studi tersebut dapat diketahui output, outcome dan dampak/impact dari
e-procurement. Output/hasil pelaksanaan e-Procurement Pemerintah Kota Surabaya yang
telah dicapai adalah:
. Penekanan biaya dari sisi pengguna barang dan jasa, satuan kerja, dan
penyedia barang dan jasa
5. Keakuratan kredibilitas penyedia barang dan jasa
. Peningkatan pemenuhan kualifikasi spesifikasi barang dan jasa
7. Menciptakan kompetisi yang adil.
Dampak (Impact½ adalah keseluruhan hasil (hasil jangka panjang½ yang disesuaikan
dengan tujuan. Dampak yang diharapkan dari pelaksanaan e-Procurement di Pemerintah
Kota Surabaya adalah sebagai berikut:
j Berkurangnya peluang korupsi APBD dan APBN
j Peningkatan kesempatan kerja kepada pengusaha kecil
j Penghematan APBD/APBN
j Penghargaan/Award dan Kepercayaan Publik
6
+"3
%!
%
0
Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah baik
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sangat marak terjadi. Berbagai macam
modus operandi dilakukan oleh koruptor dalam korupsi di bidang pengadaan. Namun begitu,
dengan adanya Perpres nomor 5 tahun 2ÿ tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah
yang menggantikan Keppres nomor 8 tahun 23 diharapkan dapat mengurangi dahkan
mencegah korupsi tersebut. Beberapa hal dalam Perpres 5 /2ÿ yang dianggap dapat
meminimalkan korupsi antara lain:
j Perencanaan pengadaan yang dilakukan dengan matang mulai dari rencana umum
oleh PA/KPA, rencana teknis oleh PPK, hingga rencana pelaksanaan pengadaan
oleh ULP.
ÿ
j Dengan kenaikan batas nilai pengadaan yang harus ditetapkan oleh PA/KPA maka
diharapkan proses lelang jadi lebih mudah dan cepat.
j Penetapan pemenang lelang tidak lagi ditetapkan oleh PPK, tetapi oleh ULP.
ÿÿ
c c
(
Data laporan tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK½ menyebutkan bahwa kasus
yang paling sering ditangani oleh KPK adalah kasus yang terkait dengan pengadaanbarang
dan jasa. Berdasarkan realita tersebut, maka sudah sepantasnya pemberantasan korupsi di
sector pengadaan barang dan jasa harus mendapat perhatian serius dari seluruh komponen
bangsa. Banyaknya kasus tindak pidana korupsi yang terjadi dalam sector pengadaan
barang dan jasa mencerminkan masih mencerminkan lemahnya sistem hukum yang
mengatur masalah tersebut.
serta menjamin terjadinya persaingan yang sehat dan efisiensi. Beberapa
sistem dan aturan baru diperkenalkan, antara lain dihapuskannya metode pemilihan
langsung dan diubah menjadi pelelangan sederhana, mendorong pelaksanaan e-
announcement, e-procurement, pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP½ yang
kompeten, dan sebagainya.
ÿ2