Anda di halaman 1dari 8

Urologi:

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan kelainan traktur urogenitalia perempuan dan
laki, andrologi

Uroradiologi  pemeriksaan radiologi yang membantu untuk menegakkan diagnosis urologi

BNO: blass nier oversicht

IVP: IV pielografi atau IVU IV urografi

Indikasi BNO IVP:

1. hematuri,
2. ISK berulang,
3. urolitiasis (batu sal kemih)
4. riwayat operasi saluran kemih
5. tumor buli
6. trauma ginjal
7. keluar batu spontan

syarat BNO IVP: fungsi ginjal baik (ureum kreatinin), tidak hamil, tidak alergi zat kontras

bahan kontras  iodium, dosis: 300 mg/kgBB = 1 mL/kgBB

manfaat BNO IVP: untuk melihat anatomi traktus urinarius sehingga bisa dilihat kelainan anatomi dan
kelainan fungsi ginjal

gambaran batu pada BNO IVP v radioopak

jika pada IVP non visualized  klo batu lusen

tidak kelihatan  lakukan USG

USG dapat membedakan hiperekoik (massa padat) dan hipoekoik (massa kistus)  gambaran batu
hiperekoik dan akustik

Batu asam urat  tidak bisa dilihat dengan BNO IVP

BNO IVP  dari Th 12 sampai simfisis pubis

Indikasi USG:

- untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis, kista, massa, pengkerutan
ginjal)  jika pada pemeriksaan IVP non visualized
- penuntun saat melakukan pungsi ginjal / nefrostomi perkutan
- pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma ginjal derajat ringan
- pada buli -> untuk menghitung sisa urin pasca miksi dan mendeteksi adanya batu/ tumor buli
- pada kel prostat  TRUS (trans rectal USG)  untuk mencari nodul pada keganasan prostaat
dan menentukan volume / besarnya prostat; pada keganasan dilakukan biopsi
- pada testis membedakan antara tumor testis dan hidrokel testis
- pada keganasan mengetahui massa padat organ primer dan metastasis pada hepar/ kel para
aorta

fase BNO IVP:

- 5 menit dan 15 menit fase nefrogram untuk melihat ginjal dan pengisian kontras
- 45 menit fase sistogram melihat anatomi kandung kemih, posisi, bentuknya, dindingnya ada
divertikel/ tidak, ireguler/ sistitis
- Fase post miksi (post voiding) setelah 1 jam pasien disuruh BAK  normal: kontras akan
dieksresikan kalau ada sumbatan  kontras masih tampak

Ureter terdiri dari:

1. Proksimal  pool atas ginjal (Th 12) pars abdominalis s/d Krista iliaca
2. Distal  dari Krista iliaca s/d buli2 pars pelvika

Indikasi kateter  retensi  blast penuh; anuria  blast kosong

Fungsi kateter  diagnostic, terapeutik, kultur urin, menilai input dan output

KI kateter  striktur uretra (anterior; strudel injury) dan (posterior; fraktur pelvis), rupture uretra

Retensi urin  keadaan terjadinya ganggaun pengosongan urin dari buli2  tidak bisa BAK

Anuria  kegagalan ginjal memprokduksi urin  tidak ada kencing

Klasifikasi retensi urin : parsial atau total

Gejala klinis retensi urin akut:

- Kesakitan
- Gelisah
- Mengedan  overflow inkontinensia

Retensi urin kronis :

- Perlahan lahan
- Mulai stadium kompensasi
- Akhir stadium  stadium dekompensasi  buli teraba penuh (700-1000 mL)

Kapasitas buli normal pada dewasa  300-450 mL


Pada anak formula Koff: kapasitas buli = {umur (th) + 2}x 30 ml

Pada saat kosong: buli terletak di belakang simfisis pubis

Pada saat penuh buli di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi

Proses miksi:

Buli2 penuh r angsangan saraf aferen  aktivitas pusat miksi di medulla spinalis segmen sacral 2-4 
kontraksi detrusor  terbukanya leher buli2  relaksasi sfinkter uretra  proses miksi

Etio retensi urin:

1. Supravesika: kerusakan pusat miksi (fraktur vertebra T12-L1), kerusakan serabut simpatis/
parasimpatis pada pelvis, kelainan med spinalis, tabes dorsalis, neurogenis bladder pada DM
2. Vesika : batu buli, tumor buli, kelemahan otot detrusor, bekuan darah dalam buli, asidosis
metabolic
3. Infravesika: BPH, batu uretra, striktur uretra, tumjor uretra, posterior uretra value, fimosis,
bladder neck contracture

Penatalaksanaan retensio:

- Pasang kateter uretra


- Sistostomu per kutan

Setelah retensi urin diatasi cari penyebabnya

Komplikasi retensio  reflex vesikoureter, infiltrate urin, abses, sepsis, hernia inguinalis, hemoroid

Kolik ureter:

1. Nyeri hebat sekali (high intensity)


2. Intermitten (hilang timbul)
3. Menjalar (referred pain)
4. Sumbatan pada ureter
5. Ada keluhan mual muntah
6. Sakitnya hilang diberi obat anti

Renal pain/ flank pain:

1. Nyeri tidak begitu hebat


2. Terus menerus
3. Tidak menjalar
4. Distensi kapsul ginjal
5. Sumbatan biasanya di pielum batu pielum
Penyebab batu:  idiopatik: tubulus ginjal menghasilkan Kristal  ketidakseimbangan pielonefrotik
back flow  Infeksi bakteri yang melapisi Kristal

Komplikasi: gg fungsi ginjak, pyonefrosis, abses ginjal, uremia, asidosis metabolic

Batu pada anak  jarang  cari tanda2 hiperparatiroid  paling sering adenoma paratiroid

Benjolan di inguinal

- Hernia  ada riwayat hilang timbul


- Lipoma  menetap permukaan globulated
- Limfadenopati
- Abses inguinal
- Tumor  primer sekunder
- UDT  periksa skrotum

Strangulasi  nyeri terus menerus  terjadi iskemik  gangrene

Kolik ureter:

Terjadi spasme otot  nyeri  bisa sampai hidroureter

Kalau sakit  fungsi ginjal masih baik  atau infeksi

Kalau tidak sakit  curiga sudah terjadi hidronefrosis

Batu prostat / corpora amylasea

- Terbentuk dari secret prostat  teori back flow


- Kadar asam urat tinggi , urin kental  infeksi kuman
- Melapisis Kristal  hipersaturasi  jenuh  batu  mencegahnya dengan banyak minum

Batu dengan diameter lebih dari 3 cm  harus biopsy paling sering skuamosa sel

Diameter ureter 5-8mm

Batu cetak  batu yang mengisi pielum dan mengisi minimal 2 kalik

Bivalve  ginjal dibelah 2

Ureteronefro kuta stand  dicabut sehari setelah drain dicabut

Drain dicabut bila produksi < 50 cc

Kateter dicabut jika sudah bisa mobilisasi

Inkontinensia artinya tidak bisa menahan kencing dan menimbulkan indikasi social

Bisa terjadi inkontinensia karena:


1. Paradoksa (overflow)
Vol buli2 melebihi kapasitas detrusor mengalami kelemahan
2. Stres urinary  tekanan intraabdomen meningkat
3. Urge inkontinensia  tidak bisa menahan kencing setelah timbul sensasi ingin BAK

BPH:

Hyperplasia: jumlah sel bertambah

Hipertrofi: vol bertambah tapi jumlah sel tidak bertambah

Indikasi rawat = indikasi operasi:

1. Retensio urin berulang


2. ISK berulang
3. Tidak menunjukkan perb aikan setelah terapi medikamentosa
4. Hematuria
5. Gagal ginnjal
6. Timbulnya batu sal kemih (penyulit lain)
7. Presiapan operasi

BPH asimtomatik 70% dan simtomatik sisana

LUTS:

1. Obstruksi: hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi
2. Iritasi  frekuesni, nokturia, urgensi, disuria

Gejala yg paling penting dari LUTS  nokturia

Skor IPSS (keluhan 1 bulan sebelum retensio)

0-7: ringan  watchfull waiting

8-19 = sedang  medikamentosa

20-35 : berat  operasi

Indikasi operasi BPH:

1.BPH dg retensio urin berulang

2. BPH dengan komplikasi

3. BPH dg luts sedang  gagal dg medikamentosa

Komplikasi BPH dengan retensio urin pauing banyak  retrograde ejakulasi  40-70%  madnul
(sperma balik ke buli)
Keuntungan minimal invasive:

1. Perdarahan lebih sedikit


2. Lama perawatan lebih pendek
3. Biaya lebih ringan
4. Tidak ada sayatan operasi di kulit

Open prostatektomi  banyak perdarahan bisa secara supravesika, retropubik, transperineal; baru
dilakukan jika ada indikasi prostatyang sangat besar > 80 gr

Batu ada yg primer berasal dari tempat tsb; sekunder asal dr t4 lain

Pasien demam stl operasi krn:

1. Sebelumna pas puasa


2. Mungkin infuse tidak cukup
3. Pd operasi tjd katabolisme (pelepassa jaringan  panas)

Anestesi spinal 8 jam stl op boleh duduk, < 8 jam hipotensi postural

Pasien pos op TURP cek Hb dan elektrolit

Obstruksi vesika : infravesika harus oeprasi

Kalau retensi urin  lihat urin pertama kali  > 600 cc  penyebab supravesika  perhatikan warna
urin, keruh, nanah, darah

Pasien dg BPH dg gg fungsi ginjak  Hb 8  ble lgsg operasi karena gg pembentukan eritropoetin pd
ginjal

Umur RBC normal 120 hari

PSA  enzim terbanyak dihasilkan o kel prostat 95%, yg lain dr vesika seminalism kel liur.

PSA: organ marker

PSA juga bisa meningkat dlm keadaan infksi prostat tp tdk terlalu byk, stl colok dubur PSA jg meningkat

Normal: <4 nG

PSA: 4-10  gray area  lakukan pemeriksaan PSA-D  kadar PSA totoal vbagi vol prostat (diukur dg
TRUS)

PSA-D > 0.115  biopsy prostat

7an periksa PSAD: mengurangi tindakan biopsy, memperbesar ditemukan ca prostat

Pada BPH tidak diBNO IVP dilakukan transrektal usg


Jika fs ginjal baik, curiga ada batu  lakukan BNO IVP

Kompli BPH: ISK berulang, hematuri, hidronefrosis, batu buli, hidroureter, gagal ginjal, hernia, hemoroid,
blast membesar, hipertrofi buli

ISK ditemukanna biakan kuman pd PR 10 5 pd LK 104

Hematuria  RBC > 2

7an primary survey pd CK: mencegah kerusakan otak sekunder spt edem, iskemia

Sistem ARAS (ascending recular activating system)  formation retikularis  berada di MO s/d
mesensefalon  diteruskan ke second neuron  nucleus intraluminer (di thalamus)  korteks serebri

Kemudian berganti dg neuron desenden  motorik

Mesensefalon  ada inti nucleus 3,4,6

Di sekitar N,3 ad periakuaductus material  tempat ARAS  jk tertekan tdk diteruskan k atas 
penurunan kesadaran pd dws dan N.3 tertekan  dilatasi pupil

Pada anak < 2th  penekanan N.3

M. rectus superior tidak berfungsi  bola mata turun  sunset phenomenon

Pada CK  terputusnya sistem ARAS  dilihat dari GCS dan motorik

Alcohol  mengganggu rangsangan pada sistem limbic (dari korteks ke aferen)  inhibitor tdk
terhambat  sadar dan ngacau untuk membuktikan karena alcohol  cek alcohol dalam darah

Pada trauma  tjd akselersai, deselrasi, dan rotasi  terputusnya formation retikularis  putusnya
second neuron di thalamus  tidak diteruskan ke korteks  tdk sadar

Tanda2 impending herniasi: (ancaman hernia)

- Anisokor ipsilateral
- Hemiparese kontralateral

Awake tp tdk alert  terputusnya formation

Alert tp tdk awake  saat mimpi –> rangsangn langsung ke thalamus  korteks

Trias TTIK:

1. Penurunan kesadaran  terganggunya ARAS


2. Hiperventilasi  kepala ditinggikan  vasokontriksi  untuk mengurangi vol O2 yg masuk k
otak  CBF meningkat  cerebral vol menurun
3. Bradikardi  yg dominan efek parasimpatis
Kraniosakral  parasimpatik

Torakolumbal  simpatik

Psuat pengaturan jantung  MO dan pons

Pasien trauma  takikardia karena bladder penuh, hipoksia, syok, pain

CPP normal: > 70 mmHg (70-100)

CPP= MAP –CAP  pada pasien trauma dan stroke  tjd HT  utk kompensasi  s4hingga perfusi ke
otak terpenuhi

Pada pasien cedera kepala  ABC yg tdk diatasi dg baik  tjd inflamasi  pelepasan aktif mediator (IL
dan glutamate)

Pemeriksaan kesadaran  kuantitatif (GCS) dan kualitatif  tidak boleh dlm trauma (subjektif)

Pasien trauma, tanyakan:

- Riwayat alcohol
- Rokok  curiga bronchitis kronik  lung kapasiti menurun  tangkapan O2 menurun  beri
O2 segera

Fraktur terjadi deformitas tp tidak nyeri  mnkn ada lesi med spinalis

Fraktur tdd non patologis dan patologis pada org tua  osteoporosis pada column dan tumor

Bidai  kerusakan jar baru berkurang, nyeri berkurang, dan perdarahan berkurang

Anda mungkin juga menyukai