SEMESTER I
1. Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama
kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August
Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya
sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi
politik, ekonomi, sosial.
1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal
sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari
perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu
1
kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki
masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara
sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang
menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian
dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan
Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer,
Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan
Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar
menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna
untuk perkembangan Sosiologi.
Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi
sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang
berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial.
1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan
pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia,
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain.
Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan
masyarakat.
Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku
manusia.
Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.
Pokok bahasan sosiolgi ada empat: 1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut.[rujukan?]
2
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka
pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat
peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta
penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran
tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M.
Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri,
sebagai berikut.[1]
Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulasi (menduga-duga).
Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.
Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian
diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk
masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.
3
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai
gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
e. Objek Sosiologi
Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara
manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Objek Agama
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial
masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi hubungan
manusia.
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan
cara bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di
Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan
remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu
ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan
menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial
4
lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang
berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok
dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika
dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:[6]
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles
beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah,
masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti
Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk
hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan
terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang
perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
5
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut
berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja,
melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
6
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk
menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta
masuk akal.
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti,
dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat
diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan
Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi
muncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara.
Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru,
bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk
sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa
interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
7
2) Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang
pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, dan
lembaga sosial. Struktur sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat,
sebagaimana ruang geografi yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang
geografi kita dapat mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita
berada), misalnya SMA Negeri 3 Yogyakarta berlokasi di Jalan Yos Sudarso 7,
Kaluarhan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, maka
demikian jugalah di ruang sosial, maka di ruang sosial atau struktur sosial, kita pun
punya alamat sosial. Di manakan posisi SMA Negeri 3 Yogyakarta di ruang sosial?
Tergantung pada parameter apa yang kita gunakan, apakah nilai dan norma,
kelompok, status atau kelas sosial, atau kah lembaga sosial.
3) Applied science atau lmu terapan adalah penerapan pengetahuan ilmiah
dipindahkan ke dalam lingkungan fisik. Contohnya termasuk menguji sebuah model
teoritis melalui penggunaan ilmu formal atau memecahkan masalah praktis melalui
penggunaan ilmu alam.
Bidang teknik berkaitan erat dengan ilmu terapan. Ilmu Terapan penting bagi
pengembangan teknologi. Penggunaannya dalam pengaturan industri biasanya
disebut sebagai penelitian dan pengembangan (R & D).
Ilmu Terapan berbeda dari ilmu pengetahuan dasar, yang berusaha menggambarkan
obyek yang paling dasar dan kekuatan, setelah kurang penekanan pada aplikasi
praktis. Ilmu Terapan bisa seperti ilmu biologi dan ilmu fisika.
4) Fakta sosial (Inggris: social facts) merupakan aliran sosiologi positif dengan
pengkajian berasal dari atribut eksternalitas mencakup struktur sosial, norma
kebudayaan, dan nilai sosial, fakta sosial bila menurut konteks konsepsi Émile
Durkheim didalamnya dapat meliputi kesadaran kolektif dan representasi kolektif
berkaitan dengan cara bertindak yang berasal dari elaborasi kolektif yang
dijabarkan karena adanya aturan hukum yang bersifat otoritatif termasuk
didalamnya praktik keagamaan ataupun yang sekuler yang tertuang dalam norma-
norma dan institusi adalah contoh dari fakta-fakta sosial yang berbentuk baku yang
berasal dari kelompok praktik diambil secara kolektif dan dengan demikian terdapat
adanya pemaksaan diri dan internalisasi yang dilakukan oleh para individu oleh
karena secara kolektif telah diuraikan sehingga dapat membatasi moral dan perilaku
dari tiap-tiap individu. Masalah ini kemudian menjadi menarik bagi para sosiolog
terhadap kekhawatiran adanya kesenjangan antara yang ideal dengan yang bersifat
materi yang direpresentasikan oleh tindakan organisasi-organisasi sosial dan para
pengikutnya misalkan dalam hal antara norma-norma yang disetujui secara sosial
dengan kenyataan dalam praktik-pratik yang bersifat aktual.
8
5) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat
maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan
sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan
hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah
persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu
merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar
jangkauan kehidupan pribadi individu.
6) Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain.Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan
merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam
sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
7) Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik
serta deskripsi dan analisa sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi
akademis, teori, dan riset.
Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah
dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
2. Nilai
o Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau
salah.Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung
lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
o Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia,
atau kebutuhan material ragawi manusia.
o Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
o Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai
kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :
a) Nilai kebenaran
9
b) Nilai keindahan
c) Nilai kebaikan
d) Nilai religius
a. Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya.
Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota
masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang,
seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh,
orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari
besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh,
memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise
tersendiri.
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau
pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak
seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa
malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang
belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala
keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
10
Pengertian Nilai Menurut para Ahli
Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang
apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A.W.Green
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek.
Woods
M.Z.Lawang
Hendropuspito
3. Norma sosial
adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-
kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana
yang diharapkan.
11
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk
secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.
Cara (usage)
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu
masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.
b. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama
yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan
benar.
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur
memaksa atau melarang suatu perbuatan.
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena
bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
12
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling
berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai
berikut.
4. Norma agama
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya dan
tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan. Contoh:
Melakukan sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain
sebagainya.
5. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan
akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang
dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik
(dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak
susila,melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang.
6. Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan
dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima
sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di sembarang tempat.
7. Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan
yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku
tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan,
kritik, sampai pengucilan secara batin.
13
Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.
8. Kode etik
Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki
sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat
bagaimanapun tingkat peradabannya. Sedangkan norma kesopanan dan norma kebiasaan
biasanya hanya dipelihara atau dijaga oleh sekelompok kecil individu saja, sedangkan
kelompok masyarakat lainnya akan mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang
tersendiri pula.
9. Norma hukum
adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya pemerintah,
sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai
dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri. Pelanggaran terhadap norma ini berupa
sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati).
Dalam bermasyarakat, walaupun telah ada norma untuk menjaga keseimbangan, namun
norma sebagai pedomanperilaku kerap dilanggar atau tidak diikuti. Karena itu dibuatlah
norma hukum sebagai peraturan/ kesepakatan tertulis yang memiliki sangsi dan alat
penegaknya
14
11. Norma sosial
A. Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat. Syarat tersebut adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
15
Merupakan proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.
Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.
1. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada individu lain sehingga orang yang diberi mmotivasi menuruti atau
melaksanakan secara kritis, rasional dan penuh tanggung jawab. Seseorang
memutuskan untuk mengukuti event tertentu misalnya karena motif ekonomis,
politis dll.
Bentuk motivasi :
a) Sikap, perilaku, pendapat, saran, pertanyaan
b) Motivasi diberikan oleh orang yang statusnya lebih tinggi dan berwibawa
16
- Ibu berpesan melalui adik agar kakak memberikan obat sakit kepala.
3. Kontak primer : terjadi pada saat awal komunikasi sosial itu mula-mula terjadi.
Contohnya sama seperti contoh pada kontak langsung.
- Kontak sekunder : pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan
melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi.
Contoh : Guru BP berpesan kepada Azis agar Agung ke ruang BP.
Dalam kontak sekunder bisa terjadi kekeliruan / distorsi apabila pihak ketiga salah
dalam menerima atau menyampaikan pesan.
Contoh :Ibu memesan daging ayam kepada langganannya di pasar sebanyak 1 kg
melalui Bi Minah (pembantunya). Setelah pesanannya datang ternyata 10 kg karena
Bi Minah salah mendengar pesan ibu.
4. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi
ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok.
Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat
kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu
dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya,
individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya,
menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
17
BAB III
SEMESTER II
1. Kebudayaan
A. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
a. Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua
institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang
terkukung, dan diatur secara formal.
Sosialisasi primer
Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang
diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang
mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
b. Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar
'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu
berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas
tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan,
seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan
standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi.
Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang
ada di dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan
pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam
lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan
berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami
proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang
19
peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam
dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik
dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat
suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan
informal sekaligus.
c. Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan
materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,
penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.
d. Proses sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan
bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela
keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan
diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self
concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang
kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
21
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena
sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya
pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya.
MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang
tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum
tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan
orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak
memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika
seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai
"anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum
tentu kebenarannya.
a. Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu
sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak
diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya
atau media massa.
22
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-
agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.
Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi
karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung,
dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu
rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas
(extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat
saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis
seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat
sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan
para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak
sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia
ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan
sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam
proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa
remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang
individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain
dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat
dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari
peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga
mempelajari nilai-nilai keadilan.
23
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis,
dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus
dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat
tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan
oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan
pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang
24
dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
2. Penyimpangan ( Deviance )
Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi
sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas toleransi.
a. Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial.
Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1]
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan
mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat
25
disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi
sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
b. Penyebab Terjadi
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
26
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang,
c. Bentuk
27
1. Pembandel
2. Pembangkang
3. Pelanggar
4. Perusuh atau penjahat
5. Munafik
Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan
adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku
sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan
hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat
mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita
pada acara resepsi pernikahan, dsb.
Sikap eksentrik
Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh,
misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.
Penyimpangan kolektif yaitu:
penyimpangan yang dilakukan secara bersama- sama atau secara berkelompok.
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara bersama-
sama (kolektif). Mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya
bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang
dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman.
Kesatuan dan persatuan dalam kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam
kejahatan kelompok, supaya jangan disingkirkan dari kelompoknya.
Konsep konformitas definisikan oleh shepard sebagai bentuk interaksi yang
didalamnya seorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan
kelompok. konformis. Berbagai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah
dipengaruhi orang lain. Salah satu diantaranya ialah studi Muzafer Sherif, yang
membuktikan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderungan membentuk
norma social.
Patron
Istilah ‘patron’ berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara etimologis
berarti ‘seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang dan
pengaruh’ . Sedangkan klien berarti ‘bawahan’ atau orang yang diperintah dan yang
disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua
kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status,
28
kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan
yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi
(superior). Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam
posisi untuk membantu klien-kliennya .
Pola relasi seperti ini di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak
buah, di mana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara
membangun sebuah keluarga besar atau extended family. Setelah itu, bapak harus
siap menyebar luaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak
buahnya tersebut secara personal, tidak ideologis dan pada dasarnya juga tidak
politis. Pada tahap selanjutnya, klien membalas dengan menawarkan dukungan
umum dan bantuan kepada patron.
Sempitnya wawasan sangat berperan dalam terciptanya penyakit yang satu ini.
“Bagai katak dalam tempurung” adalah ungkapan yang tepat untuk
menggambarkan manusia yang pongah dan mengagumi diri sendiri.
Sikap arogan dapat menutup mata hati dalam menerima yang haq. Kesombongan
menjadikan manusia ingkar terhadap kebenaran --walau berasal dari penciptanya
sekalipun--, hingga Allah mengunci mati hati mereka. Kalau kita membuka
lembaran kitab suci Al Qur’an, akan kita dapati kisah salah satu makhluk Allah
yang diberi gelar iblis. Ia membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada
Adam.
Labelling adalah menggambarkan seseorang atau sesuatu dalam frase kata atau
pendek . Misalnya, menggambarkan seseorang yang telah melanggar hukum
sebagai penjahat. Pelabelan teori adalah teori dalam sosiologi yang ascribes
pelabelan orang untuk mengontrol dan identifikasi perilaku menyimpang.
29
Telah dikatakan bahwa pelabelan diperlukan untuk komunikasi [2]. Namun,
penggunaan istilah pelabelan sering dimaksudkan untuk menyoroti fakta bahwa
label adalah deskripsi diterapkan dari luar, bukan sesuatu yang intrinsik hal yang
berlabel. Hal ini dapat dilakukan karena beberapa alasan:
Anomie sebagai kekacauan sosial tidak boleh dikacaukan dengan "anarkhi". Kata
"anarkhi" menunjukkan tidak adanya penguasa, hierarkhi, dan komando, sementara
"anomie" menunjukkan tidak adanya aturan, struktur dan organisasi. Banyak
penentang anarkhisme mengklaim bahwa anarkhi dengan sendirinya
mengakibatkan anomi. Namun hampir semua anarkhis akan mengatakan bahwa
komando yang hierarkhis sesungguhnya menciptakan kekacauan, bukan keteraturan
(lih. misalnya Law of Eristic Escalation). Kamus Webster 1913, sebuah versi yang
lebih tua, melaporkan penggunaan kata "anomie" dalam pengertian
"ketidakpedulian atau pelanggaran terhadap hukum".
Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci
(sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial
dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa,
tarian, drama, kata-kata seperti "amin" dan sebagainya.
property offenses adalah kategori kejahatan yang mencakup, antara kejahatan lain,
perampokan, pencurian, pencurian, pencurian kendaraan bermotor, pembakaran,
mengutil, dan vandalisme. Properti kejahatan hanya melibatkan pengambilan uang
atau harta, dan tidak melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap
korban. Meskipun perampokan melibatkan mengambil properti, diklasifikasikan
sebagai kejahatan kekerasan, seperti kekerasan atau ancaman kekerasan pada
seorang individu yang saat ini terlibat dalam kontras dengan pencurian yang
biasanya dari tempat tinggal kosong atau bangunan kosong lainnya.
Narkotika adalah bahan/zat aktif yg bekerja pada system syaraf yang dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit,serta dapat menyababkan
ketergantungan.contohnya morfin,heroin(putau),ganja,& kokain.
30
Psikotropika adalah bahan/zat yg bekerja pada system syaraf dapat menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental & perilaku dan juga dapat menyebabkan
ketergantungan. Contohnya ekstasi,sabu-sabu,magadon & pil KB.
Berikut ini beberapa definisi tentang pengendalian sosial. Menurut Berger (1978)
Pengendalian Sosial adalah: berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa Pengendalian
Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu
dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai
hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan
kondisi seimbang didalam masyarakat disebut pengendalian sosial (Social Control).
31
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Dua perusahaan yang melakukan joint venture (patungan) selalu melakukan saling
pengawasan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas).
Dua atau lebih negara berkembang bergabung dalam pengawasan peredaran obat-
obatan terlarang.
32
Tidak bosanbosannya guru menasehati muridmuridnya untuk segera
pulang dan tidak nongkrongnongkrong dulu di jalanan; untuk menghindari
terjadinya tawuran pelajar, merokok atau terlibat narkoba.
Contoh:
Berulangkali Ibu Tono menasehati agar Tono tidak berkelahi, namun suatu
hari kemudian Tono berkelahi juga. Betulkah itu contoh pengendalian social
represif? Jelas itu salah! Mengapa? Karena nasehat kepada Tono
dilakukan sebelum Tono berkelahi. Contoh pengendalian represif yang betul,
misalnya :
Hakim menjatuhkan hukuman kepada terpidana.
Pak Rudi di PHK karena korupsi.
Dari contoh tersebut, terpidana dan Pak Rudi mendapat hukuman dan
PHK setelah melakukan tindakan penyimpangan.
Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas
dan perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat sudah
terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya. Dengan adanya
perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan pengendalian social
untuk memulihkan keadaan yang erasi seperti sebelum terjadinya perubahan.
A. Cara Persuasif
33
membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau. Aspek kognitif
(pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan.
Contoh:
B. Cara Koersif
a) Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika
tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut
sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri.
Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para
perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa.
b) Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman
cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para
pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut
melakukan tindak kejahatan.
34
C. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi
“Jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka mereka harus
melakukan perannya sebagai anggota masyarakat”. Melalui sosialisasi mereka dapat
menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Misalnya, sejak kecil
seseorang dididik melakukan
Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya. Namun
dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi. Gosip sebagai bentuk
pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat pelaku pelanggaran
sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma
dalam masyarakat. Gosip kadang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas
seseorang, misalnya artis, pejabat, dsb.
35
2. Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan
maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari
kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegur muridnya yang sering ngobrol pada waktu
belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke
sekolah.
3. Hukuman (Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak
tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non formal oleh
Lembaga Adat.
4. Pendidikan
5. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai
pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.
Contoh:
jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya
terkendali jauh dari perilaku menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan
memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri, dsb.
6. Kekerasan Fisik
36
Contoh:
Setelah Anda memahami uraian materi pada kegiatan 1 dan 2 terdahulu, ternyata fungsi
pengendalian sosial itu pada hakekatnya terdiri atas dua hal. Betulkah? Coba sekarang
Anda perhatikan bahwa fungsi pengendalian sosial ada 2 hal pokok, yaitu:
Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang
terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadap
perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Pengendalian sosial itu dapat
dilakukan oleh:
1. Polisi
37
2. Pengadilan
3. Adat
Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat
tradisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib
tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut
tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau
diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat
atau ringan.
4. Tokoh Masyarakat
1. Hukum
Hukum adalah aturan yang tertulis yang mengatur hak dan kewajiban dan
hubungan hukum antar manusia. Hukuman adalah penderitaan yang
dijatuhkan secara resmi oleh lembaga yang berwenang terhadap pihak yang
melakukan pelanggaran atau kejahatan. Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan
sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi
aturan sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku
38
menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan
sebelum ia menjadi jahat.
2. Pendidikan
3. Agama
Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang yang
beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya sesuai dengan
hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Tidak saling mengganggu,
tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah, tetapi saling menghargai pihak lain,
menghargai bahwa ada perbedaan (hak untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk
agama dalam pengendalian
sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilainilai dan
normanorma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat
sanksi berat dari kelompok agamanya.
4. Kedisiplinan Individu
39
contoh Empati :
Simpati dan empati ibarat angka yaitu angka 11 dan 12, kenapa
begitu? karena hampir mirip.
Dalam hal yang mengenai ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah
merasakan perasaan orang lain inilah salah satu bentuk simpati misalnya seperti membantu
korban bencana alam, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan
wujud rasa simpati seseorang.
Sedangkan untuk rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh
pada kejiwaan dan atau fisik seseorang nah ini yang biasa disebut rasa empati. Misalnya
saja rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin
akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.
Alasan :
Sehingga dapat kita ketahui bahwa Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan
diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan
berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak Simpati lebih banyak
terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan.
Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau
perbuatannya. Untuk empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata
perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan yang sangat dalam.
Contoh Retrealisme :
40
proses yg terjadi apabila nilai-nilai yg berlaku tidak dapat dicapai melalui cara yg telah
melembaga, tetapi warga masyarakat mempunyai kepercayaan yg mendalam sehingga
mereka tidak mau menyimpang dr kaidah yg telah melembaga
Alasan :
Kemiskinan adalah alasan utama mengapa ada sebagian besar orang melakukan kan
Retrealisme. Kepercayaan diri yang kurang, pendidikan yang tidak menyuluruh mejnadi
alasan yang kuat, perhatian yang kurang dari keluarga dan tipisnya keimanan.
Kelompok militan pimpinan Husein Badrudin al-Hutsi dibantai Pemerintah Yaman. Lagi-
lagi pesanan Amerika
DI Yaman, musim panas kali ini sungguh berbeda. Tak cuma suhu udara yang meningkat,
juga suhu politik. Pasalnya, Pemerintah Yaman sedang gencar-gencarnya menghabisi
kelompok bersenjata Al-Syabab al-Mu'min (Pemuda Beriman) di daerah Pegunungan Al-
Hakami dan Maran di Provinsi Shaadah.
Alasan :
Pemeberontakan indentik dengan kebencian terhadap sesuatu hal, baik itu hal dalam
pendapat, ketentramaman , keputusan yang kurang tepat dapat menjadi alasan seseorang
dapat memberontak. Karena itu di anggap tidak sesuai dengan kepercayaan atau
pendapatnya. Hal lain yang membuat orang atau sekumpulan orang melakukan
pemberontakan ialah adalah adanya ajang adu domba, yang di lakukan oleh-oleh pihak
41
yang kurang bertanggung jawab. Keadilan, kelaparan dan pemaksaan juga dapat memicu
pemberontakan yang berantai.
42