Anda di halaman 1dari 42

BAB II

SEMESTER I

1. Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama
kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August
Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya
sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki


kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat,
perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok
yang dibangunnya.[rujukan?] Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan
kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara
kritis oleh orang lain atau umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi
politik, ekonomi, sosial.

a. Sejarah istilah sosiologi

Potret Auguste Comte.

 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh
ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal
sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari
perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu

1
kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki
masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara
sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang
menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian
dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan
Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer,
Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan
Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar
menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna
untuk perkembangan Sosiologi.
 Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi
sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang
berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial.
 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan
pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia,
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain.
 Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap
konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan
masyarakat.
 Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya
menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku
manusia.
 Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

b. Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiolgi ada empat: 1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut.[rujukan?]

Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu,


menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban
tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika
dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan
mengendalikan individu (murid).

2
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka
pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat
peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta
penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran
tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

c. Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M.
Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri,
sebagai berikut.[1]

 Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulasi (menduga-duga).
 Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret
di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga
menjadi teori.
 Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian
diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
 Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk
masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara
mendalam.

d. Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[2]

 Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala


kemasyarakatan.
 Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori
yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau
seharusnya terjadi.
 Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan
terapan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan
konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam
masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

3
 Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari
prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat,
bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan.
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai
gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

e. Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.

 Objek Material

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

 Objek Formal

Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara
manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

 Objek budaya

Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

 Objek Agama

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial
masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi hubungan
manusia.

f. Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan
cara bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di
Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan
remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu
ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan
menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial

4
lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang
berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok
dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika
dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:[6]

 Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan


produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
 Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa
yang dialami warganya;
 Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha
kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar


penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah,
sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup
kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok
manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan
latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara
sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua
lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan
manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam
kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk,
cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut.
Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh
terhadap analisis sosiologi.

g. Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

1. Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles
beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah,
masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti
Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk
hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan
terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang
perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

5
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut
berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

2. Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner


sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur
yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi
industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini
terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari
pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

3. Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat


yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula
bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang
semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di
tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat


feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan


pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat
dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan
masyarakat yang besar telah membawa banyak korban
berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah
sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa
perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

 Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja,
melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.

6
 Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk
menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta
masuk akal.
 Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti,
dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat
diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

h. Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan
Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi
muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara.
Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru,
bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk
sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi.
Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro


(lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari
mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat
ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari
betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

1) Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan


dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-
bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-
perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.
Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa
interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

7
2) Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang
pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok,  kelas sosial,  nilai dan norma sosial, dan
lembaga sosial. Struktur sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat,
sebagaimana ruang geografi yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang
geografi kita dapat mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita
berada), misalnya SMA Negeri 3 Yogyakarta berlokasi di Jalan Yos Sudarso  7,
Kaluarhan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Kota  Yogyakarta,  maka
demikian jugalah di ruang sosial, maka di ruang sosial atau struktur sosial, kita pun
punya alamat sosial.  Di manakan posisi SMA Negeri 3 Yogyakarta di ruang sosial?
Tergantung pada parameter apa yang kita gunakan, apakah nilai dan norma,
kelompok, status atau kelas sosial, atau kah lembaga sosial.
3) Applied science atau lmu terapan adalah penerapan pengetahuan ilmiah
dipindahkan ke dalam lingkungan fisik. Contohnya termasuk menguji sebuah model
teoritis melalui penggunaan ilmu formal atau memecahkan masalah praktis melalui
penggunaan ilmu alam.
Bidang teknik berkaitan erat dengan ilmu terapan. Ilmu Terapan penting bagi
pengembangan teknologi. Penggunaannya dalam pengaturan industri biasanya
disebut sebagai penelitian dan pengembangan (R & D).
Ilmu Terapan berbeda dari ilmu pengetahuan dasar, yang berusaha menggambarkan
obyek yang paling dasar dan kekuatan, setelah kurang penekanan pada aplikasi
praktis. Ilmu Terapan bisa seperti ilmu biologi dan ilmu fisika.

4) Fakta sosial (Inggris: social facts) merupakan aliran sosiologi positif dengan
pengkajian berasal dari atribut eksternalitas mencakup struktur sosial, norma
kebudayaan, dan nilai sosial, fakta sosial bila menurut konteks konsepsi Émile
Durkheim didalamnya dapat meliputi kesadaran kolektif dan representasi kolektif
berkaitan dengan cara bertindak yang berasal dari elaborasi kolektif yang
dijabarkan karena adanya aturan hukum yang bersifat otoritatif termasuk
didalamnya praktik keagamaan ataupun yang sekuler yang tertuang dalam norma-
norma dan institusi adalah contoh dari fakta-fakta sosial yang berbentuk baku yang
berasal dari kelompok praktik diambil secara kolektif dan dengan demikian terdapat
adanya pemaksaan diri dan internalisasi yang dilakukan oleh para individu oleh
karena secara kolektif telah diuraikan sehingga dapat membatasi moral dan perilaku
dari tiap-tiap individu. Masalah ini kemudian menjadi menarik bagi para sosiolog
terhadap kekhawatiran adanya kesenjangan antara yang ideal dengan yang bersifat
materi yang direpresentasikan oleh tindakan organisasi-organisasi sosial dan para
pengikutnya misalkan dalam hal antara norma-norma yang disetujui secara sosial
dengan kenyataan dalam praktik-pratik yang bersifat aktual.

8
5) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat
maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan
sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan
hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah
persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu
merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar
jangkauan kehidupan pribadi individu.
6) Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain.Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan
merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam
sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
7) Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik
serta deskripsi dan analisa sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi
akademis, teori, dan riset.

Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah
dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.

2. Nilai

o Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau
salah.Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung
lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

o Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia,
atau kebutuhan material ragawi manusia.

o Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
o Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai
kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :
a) Nilai kebenaran

9
b) Nilai keindahan
c) Nilai kebaikan
d) Nilai religius

a. Nilai dominan

Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya.
Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

 Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota
masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang,
seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
 Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
 Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh,
orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari
besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
 Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh,
memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise
tersendiri.

b. Nilai mendarah daging (internalized value)

Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau
pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak
seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa
malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang
belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala
keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.

Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan
tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.

10
Pengertian Nilai Menurut para Ahli

Kimball Young

Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang
apa yang dianggap penting dalam masyarakat.

A.W.Green

Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek.

Woods

Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung


lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari

M.Z.Lawang

Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang


pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai
tersebut.

Hendropuspito

Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena


mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.

3. Norma sosial

adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-
kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana
yang diharapkan.

11
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk
secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.

a. Tingkatan norma sosial

Cara (usage)

Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu
masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus.

Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.

b. Kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama
yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan
benar.

Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

c. Tata kelakuan (Mores)=

Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur
memaksa atau melarang suatu perbuatan.

Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

d. Adat istiadat (Custom)

Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena
bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.

e. Macam norma sosial

12
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling
berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai
berikut.

4. Norma agama

Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosa

Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya dan
tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan. Contoh:
Melakukan sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain
sebagainya.

5. Norma kesusilaan

Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan
akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang
dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik
(dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).

Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak
susila,melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang.

6. Norma kesopanan

Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan
dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima
sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di sembarang tempat.

7. Norma kebiasaan

Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan
yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku
tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan,
kritik, sampai pengucilan secara batin.

13
Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.

8. Kode etik

Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.

Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran.

Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki
sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat
bagaimanapun tingkat peradabannya. Sedangkan norma kesopanan dan norma kebiasaan
biasanya hanya dipelihara atau dijaga oleh sekelompok kecil individu saja, sedangkan
kelompok masyarakat lainnya akan mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang
tersendiri pula.

9. Norma hukum

adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya pemerintah,
sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai
dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri. Pelanggaran terhadap norma ini berupa
sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati).

a. Proses terbentuknya norma hukum

Dalam bermasyarakat, walaupun telah ada norma untuk menjaga keseimbangan, namun
norma sebagai pedomanperilaku kerap dilanggar atau tidak diikuti. Karena itu dibuatlah
norma hukum sebagai peraturan/ kesepakatan tertulis yang memiliki sangsi dan alat
penegaknya

b. Perbedaan antara norma hukum dan norma sosial

10. Norma hukum

 Aturannya pasti (tertulis)


 Mengikat semua orang
 Memiliki alat penegak aturan
 Dibuat oleh penguasa
 Bersifat memaksa
 Sangsinya berat

14
11. Norma sosial

 Kadang aturannya tidak pasti dan tidak tertulis


 Ada/ tidaknya alat penegak tidak pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
 Dibuat oleh masyarakat
 Bersifat tidak terlalu memaksa
 Sangsinya ringan.

A. Interaksi Sosial

interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut


hubungan orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun orang
perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai; pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Menurut Soerjono Soekanto, suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat. Syarat tersebut adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

 III. FAKTOR TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL


4. Faktor imitasi
Faktor ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses interaksi
sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong
seseorang untuk mematuhi nilai yang berlaku. Dampak buruknya, ketika
yang ditiru adalah tindakan-tindakan menyimpang.
5. Faktor sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Berlangsungnya sugesti dapat terjadi apabila pihak yang menerima dilanda
emosinya, yang kemudian dapat menghambat daya berfikirnya.
6. Faktor identifikasi
Merupakan kecenderungan-kecenderungan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam
daripada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
dasar sikap ini.
7. Faktor simpati

15
Merupakan proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.
Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.

 IV. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL


1. Kerja sama (co-operation) : dimaksudkan sebagai suatu kerja sama antara
orang perorangan atau kelompok manusia, untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama.
2. Persaingan (competition) : suatu proses sosial di mana orang perseorangan
atau kelompok bersaing untuk memperebutkan sesuatu yang jumlahnya
terbatas.
3. Pertikaian (conflict) : adalah usaha menentang pihak lawan dalam mencapai
tujuan.
4. Akomodasi (accomodation) : akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk
mencapai suatu kesetabilan.

Faktor lain yaitu :

1. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada individu lain sehingga orang yang diberi mmotivasi menuruti atau
melaksanakan secara kritis, rasional dan penuh tanggung jawab. Seseorang
memutuskan untuk mengukuti event tertentu misalnya karena motif ekonomis,
politis dll.
Bentuk motivasi :
a) Sikap, perilaku, pendapat, saran, pertanyaan
b) Motivasi diberikan oleh orang yang statusnya lebih tinggi dan berwibawa

2. Kontak langsung : pihak komunikator menyampaikan pesan secara langsung


kepada pihak komunikan, baik melalui tatap muka maupun melalui alat bantu
media komunikasi.
Contoh :
-         Guru berjabat tangan dengan siswanya.
-         Bella berbicara dengan kekasihnya di telepon.
Kontak tidak langsung : pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada
pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga.
Contoh :
-        Indah berpesan melalui Ida bahwa ia tidak bisa hadir dalam belajar kelompok.

16
-         Ibu berpesan melalui adik agar kakak memberikan obat sakit kepala.
3. Kontak primer : terjadi pada saat awal komunikasi sosial itu mula-mula terjadi.
Contohnya sama seperti contoh pada kontak langsung.
-         Kontak sekunder : pesan dari komunikator disampaikan kepada komunikan
melalui pihak ketiga atau melalui media komunikasi.
Contoh : Guru BP berpesan kepada Azis agar Agung ke ruang BP.
Dalam kontak sekunder bisa terjadi kekeliruan / distorsi apabila pihak ketiga salah
dalam menerima atau menyampaikan pesan.
Contoh :Ibu memesan daging ayam kepada langganannya di pasar sebanyak 1 kg
melalui Bi Minah (pembantunya). Setelah pesanannya datang ternyata 10 kg karena
Bi Minah salah mendengar pesan ibu.

4. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi
ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok.
Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat
kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan bersama.

Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu
dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya,
individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya,
menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

5. Konsensus adalah sebuah frase untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah


kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antarkelompok atau individu
setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif intelijen
untuk mendapatkan konsensus pengambilan keputusan. konsensus yang dilakukan
dalam gagasan abstrak, tidak mempunyai implikasi terhadap konsensus politik
praktis akan tetapi tindak lanjut pelaksanaan agenda akan lebih mudah dilakukan
dalam memengaruhi konsensus politik. konsensus bisa pula berawal hanya
merupakan sebuah pendapat atau gagasan yang kemudian diadopsi oleh sebuah
kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena bedasarkan kepentingan
(seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat mencapai pada tingkat
konvergen keputusan yang akan dikembangkan.

17
BAB III

SEMESTER II

1. Kebudayaan

A. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

a. Jenis sosialisasi

Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua
institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang
terkukung, dan diatur secara formal.

 Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi


pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum
masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga.
Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar
keluarganya.
18
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi
antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

 Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang
diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang
mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

b. Tipe sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar
'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu
berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas
tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan,
seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan
standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi.
Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.

 Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan
yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

 Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang
ada di dalam masyarakat.

Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan
pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam
lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan
berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami
proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang

19
peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam
dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik
dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?

Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat
suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan
informal sekaligus.

c. Pola sosialisasi

Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan
materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,
penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.

Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi


imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam
proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan
komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak.
Keluarga menjadi generalized other.

d. Proses sosialisasi

B. Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.

 Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

 Tahap meniru (Play Stage)


20
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma
diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari
tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai
terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang
telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma
dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti
(Significant other)

 Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan
bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela
keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

 Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.
Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan
diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

C. Menurut Charles H. Cooley

Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self
concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang
kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.

1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.

21
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena
sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.

Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya
pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya.
MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang
tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum
tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan
orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak
memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.

Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.

Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika
seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai
"anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum
tentu kebenarannya.

a. Agen sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu
sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak
diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya
atau media massa.

22
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-
agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.
Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi
karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

 Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung,
dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu
rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas
(extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat
saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis
seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat
sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan
para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak
sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

 Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia
ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan
sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam
proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa
remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang
individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain
dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat
dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari
peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga
mempelajari nilai-nilai keadilan.

 Lembaga pendidikan formal (sekolah)

23
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis,
dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus
dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

 Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat
tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh:

 Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan


penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
 Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau
bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
 Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv,
didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu
dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini
telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan,
menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.

 Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan
oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan
pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang

24
dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

2. Penyimpangan ( Deviance )

Menurut Robert M. Z. Lawang penyimpangan perilaku adalah semua tindakan yang


menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi
sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan di luar batas toleransi.

 Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu


penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah
suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan
terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu
lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder
yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai
narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.

a. Perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial.

Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai
tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1]

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan
mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat

25
disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi
sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

b. Penyebab Terjadi

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab


penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan


seorang individu (faktor objektif), yaitu

1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak


sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak
dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari
proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam
keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa
mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku
menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan
karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali
dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad
merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara
kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang.
Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa
kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang,
maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.

26
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang,

c. Bentuk

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

 Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai


berikut.

1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah


penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena
mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat
yang memunculkan wanita karier.
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk.

Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

1. Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah


penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan
tidak berulang-ulang.
2. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder
adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang
terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk,

 Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu sebagai berikut :

1. Penyimpangan individual (individual deviation)

Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang


menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang
bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, Penyimpangan individu
berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

27
1. Pembandel
2. Pembangkang
3. Pelanggar
4. Perusuh atau penjahat
5. Munafik

Penyimpangan lain yang sering terjadi :

Penyimpangan Budaya
 Penyimpangan kebudayaan
adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku
sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan
hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat
mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita
pada acara resepsi pernikahan, dsb.
 Sikap eksentrik
Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh,
misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.
 Penyimpangan kolektif yaitu:
penyimpangan yang dilakukan secara bersama- sama atau secara berkelompok.
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara bersama-
sama (kolektif). Mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya
bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang
dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman.
Kesatuan dan persatuan dalam kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam
kejahatan kelompok, supaya jangan disingkirkan dari kelompoknya.
 Konsep konformitas definisikan oleh shepard sebagai bentuk interaksi yang
didalamnya seorang berprilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan
kelompok. konformis. Berbagai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah
dipengaruhi orang lain. Salah satu diantaranya ialah studi Muzafer Sherif, yang
membuktikan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderungan membentuk
norma social.
 Patron
Istilah ‘patron’ berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara etimologis
berarti ‘seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang dan
pengaruh’ . Sedangkan klien berarti ‘bawahan’ atau orang yang diperintah dan yang
disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua
kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status,

28
kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan
yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi
(superior). Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam
posisi untuk membantu klien-kliennya .
Pola relasi seperti ini di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak
buah, di mana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara
membangun sebuah keluarga besar atau extended family. Setelah itu, bapak harus
siap menyebar luaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak
buahnya tersebut secara personal, tidak ideologis dan pada dasarnya juga tidak
politis. Pada tahap selanjutnya, klien membalas dengan menawarkan dukungan
umum dan bantuan kepada patron.

 Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk


mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut
ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:

 arogan didefinisikan sebagai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam


sikap suka memaksa atau pongah. Sikap arogan pada dasarnya menggambarkan
kepicikan dalam menilai hakikat manusia.

Sempitnya wawasan sangat berperan dalam terciptanya penyakit yang satu ini.
“Bagai katak dalam tempurung” adalah ungkapan yang tepat untuk
menggambarkan manusia yang pongah dan mengagumi diri sendiri.

Sikap arogan dapat menutup mata hati dalam menerima yang haq. Kesombongan
menjadikan manusia ingkar terhadap kebenaran --walau berasal dari penciptanya
sekalipun--, hingga Allah mengunci mati hati mereka. Kalau kita membuka
lembaran kitab suci Al Qur’an, akan kita dapati kisah salah satu makhluk Allah
yang diberi gelar iblis. Ia membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada
Adam.

 Labelling adalah menggambarkan seseorang atau sesuatu dalam frase kata atau
pendek . Misalnya, menggambarkan seseorang yang telah melanggar hukum
sebagai penjahat. Pelabelan teori adalah teori dalam sosiologi yang ascribes
pelabelan orang untuk mengontrol dan identifikasi perilaku menyimpang.

29
Telah dikatakan bahwa pelabelan diperlukan untuk komunikasi [2]. Namun,
penggunaan istilah pelabelan sering dimaksudkan untuk menyoroti fakta bahwa
label adalah deskripsi diterapkan dari luar, bukan sesuatu yang intrinsik hal yang
berlabel. Hal ini dapat dilakukan karena beberapa alasan:
Anomie sebagai kekacauan sosial tidak boleh dikacaukan dengan "anarkhi". Kata
"anarkhi" menunjukkan tidak adanya penguasa, hierarkhi, dan komando, sementara
"anomie" menunjukkan tidak adanya aturan, struktur dan organisasi. Banyak
penentang anarkhisme mengklaim bahwa anarkhi dengan sendirinya
mengakibatkan anomi. Namun hampir semua anarkhis akan mengatakan bahwa
komando yang hierarkhis sesungguhnya menciptakan kekacauan, bukan keteraturan
(lih. misalnya Law of Eristic Escalation). Kamus Webster 1913, sebuah versi yang
lebih tua, melaporkan penggunaan kata "anomie" dalam pengertian
"ketidakpedulian atau pelanggaran terhadap hukum".
 Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci
(sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial
dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa,
tarian, drama, kata-kata seperti "amin" dan sebagainya. 
 property offenses adalah kategori kejahatan yang mencakup, antara kejahatan lain,
perampokan, pencurian, pencurian, pencurian kendaraan bermotor, pembakaran,
mengutil, dan vandalisme. Properti kejahatan hanya melibatkan pengambilan uang
atau harta, dan tidak melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap
korban. Meskipun perampokan melibatkan mengambil properti, diklasifikasikan
sebagai kejahatan kekerasan, seperti kekerasan atau ancaman kekerasan pada
seorang individu yang saat ini terlibat dalam kontras dengan pencurian yang
biasanya dari tempat tinggal kosong atau bangunan kosong lainnya.

Kejahatan Properti tinggi-volume kejahatan, dengan uang tunai, elektronik (televisi


misalnya), power tools, kamera, dan perhiasan sering menjadi sasaran. [1] "Hot
produk" cenderung item yang concealable, dilepas, tersedia, berharga, dan
menyenangkan , dengan kemudahan "pembuangan" menjadi yang paling penting
karakteristik
 penyalah gunaan Narkotika & obat2 terlarang

Narkotika adalah bahan/zat aktif yg bekerja pada system syaraf yang dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit,serta dapat menyababkan
ketergantungan.contohnya morfin,heroin(putau),ganja,& kokain.

30
Psikotropika adalah bahan/zat yg bekerja pada system syaraf dapat menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental & perilaku dan juga dapat menyebabkan
ketergantungan. Contohnya ekstasi,sabu-sabu,magadon & pil KB.

Banyak orang yg menyalah gunakan narkoba karena hal-hal berikut :


- rasa ingin tau tentang narkoba tanpa menyadari akibatnya

- ingin mengalihkan perasaan kecewa dalam hidup

- keinginan untuk sekedar bersenang-senang

- keinginan mengikuti trend/gaya

- ingin lari dari kebosanan hidup

- keinginan untuk diterima lingkungan

penyalah gunaan narkoba dapat di sebut penyimpangan sosial karena di anggap


melanggar nilai&norma2 yg berlaku.

Pengendalian social (Social Control).

Pengertian Pengendalian Sosial

Berikut ini beberapa definisi tentang pengendalian sosial. Menurut Berger (1978)
Pengendalian Sosial adalah: berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa Pengendalian
Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu
dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai
hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan
kondisi seimbang didalam masyarakat disebut pengendalian sosial (Social Control).

II. Cakupan Pengendalian Sosial

1. Pengawasan antar individu.

31
Contoh:

 Amir menyuruh adiknya agar berhenti berteriakteriak.


 Tono mengawasi adiknya agar tidak berkelahi.
 Polisi memerintahkan memakai helm pada seorang pengendara sepeda motor.

2) Pengawasan individu dengan kelompok.


Contoh:

 Guru mengawasi ujian di kelas.


 Polisi mengatur lalu lintas.
 Bapak memerintah anakanaknya untuk segera belajar daripada ribut terus.

3. Pengawasan kelompok dengan individu.

Contoh:

 Bapak dan Ibu Pranoto selalu mengontrol perilaku anak tunggalnya.


 Sekelompok orang menyuruh turun pada seorang anak yang memanjat tiang listrik.
 Kawanan massa menghajar seorang pencopet. Pengawasan antar kelompok.

Contoh:

 Dua perusahaan yang melakukan joint venture (patungan) selalu melakukan saling
pengawasan.
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas).
 Dua atau lebih negara berkembang bergabung dalam pengawasan peredaran obat-
obatan terlarang.

III. Sifat Pengendalian Sosial

1) Preventif: yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi


pelanggaran, artinya mementingkan pada pencegahan agar tidak terjadi
pelanggaran.
Contoh:
Untuk mencegah anaknya berkelahi Ibu Amir menyuruh anakanaknya
tidak bermain di luar rumah.

32
 Tidak bosanbosannya guru menasehati muridmuridnya untuk segera
pulang dan tidak nongkrongnongkrong dulu di jalanan; untuk menghindari
terjadinya tawuran pelajar, merokok atau terlibat narkoba.

2) Represif: adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah orang melakukan


suatu tindakan penyimpangan (deviasi).

Pengendalian sosial ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum


terjadinya tindakan penyimpangan.

Contoh:

 Berulangkali Ibu Tono menasehati agar Tono tidak berkelahi, namun suatu
hari kemudian Tono berkelahi juga. Betulkah itu contoh pengendalian social
represif? Jelas itu salah! Mengapa? Karena nasehat kepada Tono
dilakukan sebelum Tono berkelahi. Contoh pengendalian represif yang betul,
misalnya :
 Hakim menjatuhkan hukuman kepada terpidana.
 Pak Rudi di PHK karena korupsi.
Dari contoh tersebut, terpidana dan Pak Rudi mendapat hukuman dan
PHK setelah melakukan tindakan penyimpangan.

IV. Tujuan Pengendalian Sosial

Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas
dan perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat sudah
terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya. Dengan adanya
perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan pengendalian social
untuk memulihkan keadaan yang erasi seperti sebelum terjadinya perubahan.

TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL

I. Cara-cara Pengendalian Sosial

A. Cara Persuasif

Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau

33
membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau. Aspek kognitif
(pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan.

Contoh:

a) Para tokoh masyarakat membina warganya dengan memberi nasehat


kepada warga yang bertikai agar selalu hidup rukun, menghargai sesama,
mentaati peraturan, menjaga etika pergaulan, dan sebagainya.
b) Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang
ketahuan mencuri. Ibu itu berusaha memberi pengertian pada anaknya
bahwa mencuri itu perbuatan yang tercela dosa dan sangat merugikan
orang lain. Mencuri itu akan berakibat buruk pada kehidupannya kelak. Ia
akan menjadi orang terkucil dan tersingkir dari masyarakat.
c) Seorang guru membimbing dan membina muridnya yang ketahuan
merokok di sekolah. Guru tersebut dengan penuh kewibawaan dan
kesabaran menanamkan pengertian bahwa merokok itu merusak
kesehatan dan juga merugikan orang lain, selain itu juga merupakan
pemborosan.

B. Cara Koersif

Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang


menggunakan kekerasan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan
tidak melakukan perbuatan buruknya lagi. Jadi terkesan kasar dan keras.
Cara ini hendaknya merupakan upaya terakhir sesudah melakukan cara
persuasif, contoh:

a) Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika
tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut
sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri.
Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para
perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa.
b) Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman
cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para
pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut
melakukan tindak kejahatan.

34
C. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi

Cara pengendalian sosial melalui sosialisasi dikemukakan oleh Froman pada


tahun 1944 sebagai berikut:

“Jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka mereka harus
melakukan perannya sebagai anggota masyarakat”. Melalui sosialisasi mereka dapat
menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Misalnya, sejak kecil
seseorang dididik melakukan

kewajiban yang ada di lingkungan keluarga seperti membersihkan rumah


dan merapikan kamar, lambat laun akan timbul rasa senang dalam diri anak
tersebut jika sudah melakukan kewajibannya. Apabila si anak tersebut sudah
besar dan hidup di lingkungan yang lebih luas, ia akan terbiasa berperan
sesuai dengan status yang ia sandang. Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat
menghayati (menginternalisasikan) normanorma, nilai di masyarakat dan menerapkan
dalam perilakunya seharihari.

D. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial

Cara pengendalian sosial melalui tekanan sosial dikemukakan oleh Lapiere


pada tahun 1954. Lapiere berpendapat bahwa pengendalian social merupakan suatu proses
yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sangat
berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab. Keinginan kelompok dapat digunakan
untuk menerapkan normanorma yang ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya.
Misalnya, pandangan masyarakat konservatif yang masih menganggap perlu
diadakannya upacara adat secara seremonial. Mereka cenderung tetap
melaksanakannya daripada melanggarnya.

II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial


Bentukbentuk pengendalian sosial antara lain:
1. Desasdesus (Gosip)

Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya. Namun
dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi. Gosip sebagai bentuk
pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat pelaku pelanggaran
sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma
dalam masyarakat. Gosip kadang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas
seseorang, misalnya artis, pejabat, dsb.

35
2. Teguran

Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan
maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari
kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegur muridnya yang sering ngobrol pada waktu
belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke
sekolah.

3. Hukuman (Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak
tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non formal oleh
Lembaga Adat.

4. Pendidikan

Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga maupun


lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang
bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang yang berhasil
di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang
tidak pantas atau menyimpang bahkan melanggar peraturan. Contoh: setelah Tono terpilih
menjadi pelajar teladan ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk tidak melanggar
tata tertib, bertutur kata baik, mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan
penuh tanggung jawab.

5. Agama

Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai
pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.

Contoh:

jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya
terkendali jauh dari perilaku menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan
memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri, dsb.

6. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian


sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak
kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial
lain terlebih dahulu.

36
Contoh:

 Pencuri dihajar massa dan tidak diserahkan pada polisi.


 Rumah dukun santet dibakar.
 Petugas keamanan menembak perusuh tanpa tembakan peringatan
terlebih dahulu.

KONSEKUENSI PENGENDALIAN SOSIAL


I. Fungsi Pengendalian Sosial

Setelah Anda memahami uraian materi pada kegiatan 1 dan 2 terdahulu, ternyata fungsi
pengendalian sosial itu pada hakekatnya terdiri atas dua hal. Betulkah? Coba sekarang
Anda perhatikan bahwa fungsi pengendalian sosial ada 2 hal pokok, yaitu:

a) Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui


pendidikan baik formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal
ditanamkan kepada peserta didik kesadaran untuk patuh aturan, sadar hukum
dan sebagainya melalui mata pelajaranmata pelajaran yang ada. Melalui
pendidikan non formal, mass media dan alatalat komunikasi menyadarkan
warga masyarakat untuk beretika baik, tertib lalu lintas, dan sebagainya.
b) Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi
alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayathikayat, ceritacerita rakyat
maupun ceritacerita agama yang memiliki nilainilai terpuji, contohnya cerita
Malin Kundang, cerita Nabi Sulaiman, dan sebagainya.

II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam


Pengendalian Sosial

Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang
terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadap
perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Pengendalian sosial itu dapat
dilakukan oleh:

1. Polisi

Polisi sebagai aparat negara, bertugas memelihara keamanan dan ketertiban,


mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Peran Polisi bukan hanya menangkap,
menyidik, dan menyerahkan pelaku pelanggaran ke instansi lain seperti Kejaksaan, tetapi
juga membina dan mengadakan penyuluhan terhadap orang yang berperilaku menyimpang
dari hukum.

37
2. Pengadilan

Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman


bagi orang yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera dan sadar atas
kesalahan yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak meniru berbuat hal yang
melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi
mereka yang melanggar hukum, berupa denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya
hukuman tergantung kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku.

3. Adat

Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat
tradisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib
tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut
tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau
diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat
atau ringan.

4. Tokoh Masyarakat

Adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa (kharisma) sehingga ia


dihormati dan disegani masyarakat. Tokoh masyarakat diharapkan menjadi
teladan, pembimbing, penasehat dan petunjuk. Ada dua macam tokoh masyarakat:

a. tokoh masyarakat formal, misalnya Presiden, Ketua DPR/MPR, Dirjen,


Bupati, Lurah, dsb;
b. tokoh masyarakat informal, misalnya pimpinan agama, ketua adat,
pimpinan masyarakat.

III. Konsekuensi Penggunaan Teknik-teknik Pengendalian Sosial


Jenis Konsekuensi adalah:

1. Hukum

Hukum adalah aturan yang tertulis yang mengatur hak dan kewajiban dan
hubungan hukum antar manusia. Hukuman adalah penderitaan yang
dijatuhkan secara resmi oleh lembaga yang berwenang terhadap pihak yang
melakukan pelanggaran atau kejahatan. Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan
sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi
aturan sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku

38
menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan
sebelum ia menjadi jahat.

2. Pendidikan

Pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan


melalui sekolah sedangkan pendidikan non formal melalui pergaulan di masyarakat.
Pendidikan sekolah akan mampu membentuk perilaku manusia untuk disiplin, mematuhi
tata tertib, membina hubungan baik dengan sesama. Melalui pergaulan masyarakat sangat
berpengaruh bagi perkembangan pribadi seseorang. Pemahaman diri, pemahaman
masyarakat dan pemahaman nilainilai hidup akan membantu terciptanya masyarakat yang
terkendali. Pelaku pelanggaran akan berkurang kalau masyarakat cukup berpendidikan.

3. Agama

Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang yang
beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya sesuai dengan
hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Tidak saling mengganggu,
tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah, tetapi saling menghargai pihak lain,
menghargai bahwa ada perbedaan (hak untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk
agama dalam pengendalian

sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilainilai dan
normanorma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat
sanksi berat dari kelompok agamanya.

4. Kedisiplinan Individu

Masyarakat terdiri dari individuindividu. Karena itu bila semua individu


mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kedisiplinan, maka seluruh masyarakat akan
menjadi tertib. Orang akan menjadi sedih, menyesal, karena merasa bersalah, berdosa,
merupakan hasil mawas diri atas introspeksi. Orang yang menyesal akan berusaha
memperbaiki kesalahannya, diminta atau tidak diminta. Oleh karena itu dengan
mendisiplinkan diri sendiri niscaya pelanggaran tidak pernah terjadi.

39
 contoh Empati :

Simpati dan empati ibarat angka yaitu angka 11 dan 12, kenapa
begitu? karena hampir mirip.

Simpati dan empati itu suatu gejala kepedulian yg pengertiannya


hampir mirip. namun bedanya terletak di empati adalah lebih
daripada peduli akibat perasaan kita yg terlalu membawai dalam
menyikapi suatu masalah seseorang yg kita empatikan. Sehingga
letak perbedaan antara empati dan simpati terletak hanya pada
taraf atau prosentase perasaan kita yg lebih mengalur pada  perasaan orang. Pada simpati
perlakuan orang terhadap sesama memberikan perhatian lebih tanpa ada alasan apapun,
empati perlakuan orang terhadap sesama memberikan perhatian dengan alasan tertentu.

Dalam  hal yang mengenai ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah
merasakan perasaan orang lain inilah salah satu bentuk simpati misalnya seperti membantu
korban bencana alam, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan
wujud rasa simpati seseorang.

Sedangkan untuk rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh
pada kejiwaan dan atau fisik seseorang nah ini yang biasa disebut rasa empati. Misalnya
saja rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin
akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.

 Alasan :

Sehingga dapat kita ketahui bahwa Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan
diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan
berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak Simpati lebih banyak
terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan.
Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau
perbuatannya. Untuk empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata
perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan yang sangat dalam.

 Contoh Retrealisme :

40
proses yg terjadi apabila nilai-nilai yg berlaku tidak dapat dicapai melalui cara yg telah
melembaga, tetapi warga masyarakat mempunyai kepercayaan yg mendalam sehingga
mereka tidak mau menyimpang dr kaidah yg telah melembaga

Perilaku yang tidak mengikuti tujuan dan cara yang


dikehendaki (meninggalkan baik tujuan
konvensional maupun cara pencapaiannya).

Contoh : Kaum gepeng, pemabuk , pecandu obat


ada dalam masyarakat tetapi kadang tidak diakui
keberadaannya (Kaum Marginal)

 Alasan :

Kemiskinan adalah alasan utama mengapa ada sebagian besar orang melakukan kan
Retrealisme. Kepercayaan diri yang kurang, pendidikan yang tidak menyuluruh mejnadi
alasan yang kuat, perhatian yang kurang dari keluarga dan tipisnya keimanan.

 Contoh Rebellion ( Pemberontakan )

Cara adaptasi tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada


dan menciptakan struktur sosial baru. Tujuan budaya
dianggap sebagai penghalang bagi tujuan yang
didambakan. Contoh : Reformasi dalam agama yang
memunculkan agama Kristen . Reformasi di Indonesia pada
tahun 1998 mengubah dari orde baru menjadi orde
reformasi.

Kelompok militan pimpinan Husein Badrudin al-Hutsi dibantai Pemerintah Yaman. Lagi-
lagi pesanan Amerika

DI Yaman, musim panas kali ini sungguh berbeda. Tak cuma suhu udara yang meningkat,
juga suhu politik. Pasalnya, Pemerintah Yaman sedang gencar-gencarnya menghabisi
kelompok bersenjata Al-Syabab al-Mu'min (Pemuda Beriman) di daerah Pegunungan Al-
Hakami dan Maran di Provinsi Shaadah.

Alasan :

Pemeberontakan indentik dengan kebencian terhadap sesuatu hal, baik itu hal dalam
pendapat, ketentramaman , keputusan yang kurang tepat dapat menjadi alasan seseorang
dapat memberontak. Karena itu di anggap tidak sesuai dengan kepercayaan atau
pendapatnya. Hal lain yang membuat orang atau sekumpulan orang melakukan
pemberontakan ialah adalah adanya ajang adu domba, yang di lakukan oleh-oleh pihak

41
yang kurang bertanggung jawab. Keadilan, kelaparan dan pemaksaan juga dapat memicu
pemberontakan yang berantai.

42

Anda mungkin juga menyukai