Anda di halaman 1dari 3

HIDROLISIS DAN KURVA TITRASI ASAM-BASA

Bila garam-garam dilarutkan dalam air, larutan itu tidak selalu netral. Hal ini disebabkan karena sebagian dari
garam berinteraksi dengan air. Proses ini dinamakan Hidrolisis

Akibat dari hidrolisis adalah ion hidrogen atau hidroksil tertinggal berlebihan dalam larutan yang menyebabkan
larutan menjadi asam atau basa

4 Kategori Garam

1. Garam dari asam kuat dan basa kuat

Bila dilarutkan dalam air menunjukkan reaksi yang netral. Anion maupun kationnya tidak bereaksi dengan H
dan OH. Kesetimbangan disosiasi air tidak terganggu, sehingga larutan bersifat netral

2. Garam dari asam lemah dan basa kuat

Bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang bersifat basa. Anion akan bergabung dengan ion
hidrogen membentuk asam lemah yang sangat sedikit berdisosiasi sehingga ion hidroksil tertinggal dalam
larutan.

3. Garam dari asam kuat dan basa lemah

Bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang bersifat asam. Kation dari garam akan
bergabung dengan ion hidroksil membentuk basa lemah yang sangat sedikit berdisosiasi sehingga ion hidrogen
tertinggal dalam larutan.

4. Garam dari asam lemah dan basa lemah

Bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis yang agak kompleks, karena baik anion maupun kationnya
akan bereaksi dengan ion hidrogen dan hidroksil.

Dari nilai tetapan disosiasinya, ada 3 kemungkinan:

a. Ka > Kb; larutan menjadi asam


b. Ka < Kb; larutan menjadi basa
c. Ka = Kb; larutan bersifat netral
d.

METODE TITRIMETRI UNTUK ANALISIS

Metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada reaksi :


aA + tT produk

a molekul A bereaksi dengan t molekul T


T disebut titran, dengan konsentrasi telah diketahui.
T ditambahkan sampai jumlahnya setara dengan A. Titik ini disebut sebagai titik ekivalensi.
Untuk mendeteksi tercapainya titik ini, diperlukan suatu zat sebagai indikator. Indikator akan menanggapi
kelebihan titran dengan perubahan warna. Titik dimana indikator berubah warna disebut titik akhir.
Diusahakan agar titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekivalensi

Reaksi yang Umum Digunakan Untuk Titrasi diantaranya :


1. Reaksi Asam-Basa
2. Reaksi Oksidasi-Reduksi
3. Reaksi Pengendapan
4. Reaksi Pembentukan Kompleks

ACIDI-ALKALIMETRI
Adalah suatu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada reaksi ASAM-BASA

Teori Asam-Basa
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai
satu-satunya ion positif.

Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil sebagai
satu-satunya ion negatif.

Asam dan Basa kuat akan berdisosiasi hampir sempurna, sedangkan asam dan basa lemah hanya sedikit
berdisosiasi

Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Akan tetapi sebenarnya garam itu dalam larutan tidak ada,
karena asam/basa kuat akan terdisosiasi dalam larutan.

Zat amfoter adalah zat yang dapat bereaksi dengan ion hidrogen maupun hidroksil.

Sebagai asam

2. Teori Bronsted-Lowry
Asam adalah zat yang menyumbang proton (ion hidrogen)
Basa adalah zat yang menerima proton.
Jika A adalah asam dan B basa, maka :
Disebut juga sistem asam-basa konjugasi :

KESETIMBANGAN DISOSIASI ASAM BASA


Untuk reaksi :
Maka harga kesetimbangan disosiasinya adalah :

Untuk asam berbasa dua dan tiga, maka terdapat 2 dan 3 harga K, sedangkan untuk basa analog dengan asam.
Semakin kuat suatu asam atau basa, maka akan terdisosiasi semakin banyak, dan harga K akan semakin besar
pula
Untuk air, dikenal harga Kw yang besarnya pada suhu kamar :

Pada larutan netral, maka :

Indikator Asam Basa

Banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak terdisosiasinya menunjukkan warna
yang berlainan. Molekul semacam ini dapat digunakan untuk menetapkan kapan telah cukup ditambahkan
titran. Molekul semacam ini disebut sebagai titran
Contoh : Fenolftalein
Mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada kondisi asam menjadi merah jambu pada kondisi basa

Anda mungkin juga menyukai